youngster.id - Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi anak-anak penderita diabetes di Indonesia, Kementerian Kesehatan melakukan integrasi fitur Diari Diabetes Digital (3D) dari aplikasi Primaku ke aplikasi SatuSehat Mobile.
Primaku, sebuah aplikasi kesehatan anak, bertujuan meningkatkan taraf kesehatan anak Indonesia dengan menyediakan akses layanan kesehatan yang mudah dan berkualitas. Aplikasi ini telah melayani lebih dari 1,5 juta anak di Indonesia serta digunakan oleh lebih dari 80% dokter anak di Tanah Air. Sedangkan, Diari Diabetes Digital (3D) merupakan fitur dalam aplikasi Primaku yang terintegrasi dengan alat glucometer. Melalui fitur ini hasil pemeriksaan gula darah tercatat realtime, sehingga kondisi diabetes anak dapat dipantau secara langsung.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, dengan adanya integrasi ini, pemantauan kasus diabetes pada anak dan remaja diharapkan dapat dilakukan lebih dini, sehingga penanganan dapat berlangsung lebih cepat dan efektif, serta menekan angka kematian.
“Selama ini identifikasi penyakit tidak rapi. Walaupun ada, tapi tidak masuk ke sistem sehingga tidak bisa ditindaklanjuti dan tidak tahu berapa banyak. IDAI sudah bikin aplikasi Primaku di mana ada sekitar 170.000 pengukuran dari 883.000 pasien, saya lihat sudah masuk,” ujar Menteri Budi.
Bentuk integrasi Primaku ke SatuSehat ini dengan memonitor data yang masuk ke Primaku, melalui fitur Diary Diabetes Digital (3D). Fitur ini memungkinkan orang tua dan tenaga kesehatan untuk memantau kondisi diabetes anak-anak secara langsung, sehingga perawatan menjadi lebih efektif.
Melalui integrasi di SatuSehat Mobile, data ini dapat termonitor dengan lebih mudah dan lebih lengkap dibandingkan dengan data sebelumnya.
“Kami berharap integrasi ini dapat memudahkan pemantauan gula darah mandiri untuk kepatuhan jangka panjang, mendukung proses penanganan holistik berdasarkan data kontrol pasien dan surveilans serta perencanaan kedepannya,” kata CEO Primaku Muhammad Aditriya Indraputra.
Data yang dapat dimonitor melalui SatuSehat Mobile meliputi jenis insulin yang digunakan, waktu pencatatan penggunaannya, tipe gula darah yang sering diukur, dan lainnya.
Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi Kesehatan sekaligus Chief of DTO Kemenkes RI Setiaji menjelaskan, data ini tidak hanya untuk pemantauan, tetapi juga dianalisis untuk mendukung pengembangan machine learning di SatuSehat Mobile.
Menurut Setiaji, data ini juga akan digunakan untuk dianalisis karena dapat membantu memperkaya proses dalam mengembangkan machine learning di dalam SatuSehat mobile. Dengan adanya machine learning, harapannya tingkat temuannya semakin besar dari sebelumnya. Tanpa machine learning, DTO hanya mencatat 3,3% prevalensi, setelah menggunakannya menjadi 12,2% prevalensi.
“Deteksi dini ini memiliki banyak manfaat, salah satunya pencegahan dan pengobatan diabetes dapat dilakukan dengan cepat serta dalam hal biaya pun lebih efisien. Semoga kolaborasi ini ke depannya bisa lebih banyak memberi manfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya untuk pasien-pasien diabetes,” ujar Setiaji.
HENNI S.
Discussion about this post