youngster.id - Di tengah krisis sampah nasional dan penutupan 343 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ilegal oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Waste4Change dan Greenhope berkolaborasi menyediakan solusi baru yang dapat mempercepat transisi Indonesia dari krisis penutupan TPA open dumping ilegal menuju sistem TPA yang aman, berkelanjutan, dan sesuai regulasi.
Kedua perusahaan sepakat untuk mengimplementasikan teknologi ECOPLAS — sebuah material biodegradable berbasis pati singkong, yang kini dikembangkan sebagai pengganti tanah untuk penutup sampah harian (daily landfill cover).
“Kebutuhan tanah untuk landfill adalah tantangan besar bagi banyak kota. Teknologi ECOPLAS kami hadir sebagai alternatif ramah lingkungan, murah, dan praktis untuk menggantikan tanah sebagai penutup harian sampah. Ini bukan hanya solusi teknis, tapi juga bentuk kontribusi terhadap kesejahteraan petani lokal,” ujar Peter Samuel Tandio, Head of Business Development Greenhope, Kamis (7/8/2025).
Sejak diberlakukannya UU No. 18 Tahun 2008, pemerintah mewajibkan semua kota dan kabupaten beralih dari sistem open dumping ke controlled landfill dan sanitary landfill. Namun, hingga kini, implementasi di lapangan masih minim akibat keterbatasan anggaran dan sulitnya akses lahan untuk menutup sampah dengan tanah.
Ecoplas telah lolos uji internasional untuk biodegradasi tanah (ASTM D-5988), uji toksisitas (OECD 208), dan menerima sertifikasi ekolabel nasional. Terbuat dari pati singkong, material ini mampu terurai secara alami dalam 6 bulan hingga 2 tahun. Dalam kolaborasi ini, ECOPLAS akan digunakan sebagai komponen edukatif dan teknologi transisi di kawasan TPA, sementara Waste4Change mengintervensi dari sisi sistem pengelolaan, pelatihan SDM, hingga tata kelola limbah di hilir.
Sebagai pelaku pengelolaan sampah yang telah mendampingi lebih dari 30 kawasan dan mengolah lebih dari 16.000 ton sampah secara bertanggung jawab, Waste4Change memastikan pendekatan sistemik yang tidak hanya berhenti di “produk ramah lingkungan”, tapi juga membangun sistem yang tahan lama.
Melalui kemitraan ini, Waste4Change akan mengintegrasikan ECOPLAS dalam solusi sistem penutupan TPA bertahap serta mendampingi pemerintah daerah dalam penerapan sistem pengelolaan TPA yang lebih bertanggung jawab.
“Kami tidak hanya berbicara soal pengelolaan sampah, tapi juga soal transformasi sistem. Kami ingin memastikan kota/kabupaten di Indonesia bisa menutup TPA secara berkala sesuai teknis operasional yang diatur oleh Kementerian PU,” ujar Mohamad Bijaksana Junerosano atau akrab dipanggil Sano, CEO dan Founder, Waste4Change.
Kemitraan ini merupakan salah satu bentuk dukungan di hilir pengelolaan sampah guna mencapai target nasional dalam RPJMN 2025-2029, yaitu 100% pengelolaan sampah dan pengurangan 30% timbulan sampah rumah tangga pada 2029.
STEVY WIDIA
Discussion about this post