youngster.id - Asia Pasifik diperkirakan akan mengalami defisit sekitar 47 juta talenta digital pada 2030. Pada tingkat nasional, setidaknya 50% talenta memiliki keterampilan digital tingkat dasar dan menengah. Talenta digital yang memiliki kemampuan tingkat lanjutan berjumlah kurang dari 1%.
Kondisi ini mendorong Kementerian Komunikasi dan Informatika meluncurkan program Digital Talent Scholarship (DTS) dan Digital Leader Academy (DLA). Program ini menargetkan jaring 200 ribu milenial mendapatkan kecerdasan digital tingkat menengah atau intermediate digital skills.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengungkapkan, di kawasan Asia Pasifik, lebih dari 50% CEO kesulitan merekrut talenta digital dengan keterampilan yang tepat.
“Tentu kesenjangan ini harus disikapi serius. Apalagi kita ingin menciptakan Indonesia yang kompetitif di kancah global. Intensifikasi transformasi digital berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan akan talenta digital. Talenta-talenta digital inilah yang akan menjadi navigator utama penggerak ekosistem digital,” kata Johnny, dalam video sambutan pada acara The National Digital Talent Program, Selasa (17/5/2022).
Program beasiswa ini dibuat untuk mencetak talenta digital Indonesia karena terdapat kesenjangan antara ketersediaan talenta dengan kebutuhan, baik secara nasional maupun kawasan Asia Pasifik.
Untuk tahun ini, DTS terdiri dari tujuh akademi yaitu Vocational School Graduate Academy, Government Transformation Academy, Digital Entrepreneurship Academy, Professional Academy. Thematic Academy, Fresh Graduate Academy dan Talent Scouting. Sementara program Digital Leadershp Academy, dibuka untuk para pengambil kebijakan digital baik di sektor pemerintah maupun swasta. Kominfo memberikan kuota 550 kursi untuk tahun ini.
Menkominfo berharap program DTS akan mendorong terciptanya talenta digital Indonesia yang secara merata. Sebab, Indonesia saat ini membutuhkan sekitar 600 ribu intermediate digital skills.
“Namun yang dilakukan oleh pemerintah baru dalam jumlah 200 ribu intermediate digital skills. Sehingga kita membutuhkan dan saya mengajak perusahaan-perusahaan teknologi, baik perusahaan teknologi global maupun teknologi lokal Indonesia, ekosistem digital untuk bekerja bersama-sama mengisi kebutuhan talenta digital indonesia,” ungkapnya.
Sebagai implementasi triplehelix, pelaksanaan program Digital Talent Scholarship bekerja sama dengan perguruan tinggi di ternama di Indonesia serta perusahaan teknologi lokal dan global seperti Alibaba, AWS, Cisco, Google, Red Hat, Oracle, Microsoft, Mastercard, EC-Council, Huawei, Progate, Skilvul, DQLab, MyEduSolve, Dicoding, Rakamin, Teknoblox, Hellomotion, Binar Academy, Hacktiv8, Agate, Indobot, Tempo, Gojek, Tokopedia dan Techready Community.
Selain itu, lewat program Digital Leadership Academy (DLA), Kementerian Kominfo akan memberikan pelatihan digital tingkat lanjut bagi 550 pimpinan sektor publik dan swasta yang bekerja sama dengan delapan Universitas ternama dunia, antara lain Harvard Kennedy School, Oxford University, National University of Singapore, Tsinghua University, Cornell University, Imperial College London, Massachusetts Institute of Technology, dan University of Cambridge.
Menkominfo menegaskan alumnus dan alumni dari program tersebut seluruhnya terdata dengan lengkap dan tersedia di aplikasi yang memungkinkan alumni terhubung dengan pencari kerja, yaitu Simonas.
Johnny berharap dari sisi hilir pembangunan infrastruktur digital dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh putra-putri Indonesia. Maka dalam waktu yang bersamaan, kebutuhan talenta digital nasional juga terpenuhi.
“Sekali lagi, setelah kebijakan pemerintah untuk membangun infrastruktur TIK upstream atau hulu secara besar-besaran. Di saat yang sama, saat ini juga pemerintah sedang melakukan pembangunan infrastruktur digital hilir berupa pusat-pusat data nasional,” tandasnya.
STEVY WIDIA