youngster.id - Di tengah pesatnya penerapan otomatisasi dan kecerdasan buatan, model bisnis konvensional mulai terancam. Untuk itu Asia Pasific Media Forum (APMF) menggelar kompetisi Big Break 2018. Ajang ini mengundang startup Asia Pasifik untuk mengajukan solusi di bidang consumer engagement, pemasaran, dan periklanan.
Kompetisi ini akan menyelesi lima startup yang berkesempatan mempresentasikan proposalnya di hadapan sekitar 1.000 orang delegasi APMF 2018 pada 2-4 Mei 2018 di Bali.
Ketua APMF Andi Sadha mengungkapkan, perusahaan konsultan manajemen McKinsey memprediksikan bahwa seluruh angkatan kerja dunia akan memasuki masa transisi pada tahun 2030. Hal ini seiring dengan semakin maraknya otomatisasi yang akan mempengaruhi seluruh disiplin dan bahkan menghapus hingga 60% dari angkatan kerja aktif saat ini.
“Di tengah pesatnya penerapan otomatisasi dan kecerdasan buatan, model bisnis dan keahlian-keahlian yang selama ini kita kenal terancam segera usang. Oleh karena itu, pelaku industri membutuhkan cara dan solusi baru dalam menulis ulang model bisnisnya sehingga dapat tetap relevan di era baru ini. Di sinilah terdapat peluang bagi para perusahaan startup untuk berinovasi menjawab kebutuhan tersebut, “ kata Andi dalam keterangan pers, Rabu (3/4/2018) di Jakarta.
Digagas pada tahun 2012, BIG BREAK merupakan kontribusi APMF dalam menciptakan ekosistem kreatif yang mendukung inovasi.
Menurut Andi, hal ini sejalan pula dengan salah satu prioritas Presiden Joko Widodo untuk membangun sebuah ekosistem kewirausahaan di mana industri dapat bergerak lincah dalam memanfaatkan potensi model baru ekonomi digital.
Dalam forum tahun ini, para delegasi yang terdiri atas perusahaan, inovator, pencetak tren digital, dan media dari Asia Pasifik akan membahas bagaimana industri dapat tetap relevan di tengah revolusi yang tengah terjadi.
Perusahaan startup yang tertantang untuk berpartisipasi dalam BIG BREAK 2018 dapat mengajukan proposalnya hingga 14 April 2018 melalui tautan http://apmf.com/bigbreak.
Proposal yang masuk akan diseleksi oleh komite seleksi yang mencakup nama-nama terkemuka di bidangnya, antara lain Head of Media Indonesia and SEA Unilever Eka Sugiarto, Direktur Grup Radio dan Digital Kompas Group Andy Budiman, CEO Wavemaker Indonesia Ajay Gupte, Direktur Capella Digital Sunilkumar Suvvaru dan Managing Partner Ideosource Andi Boediman.
Selain berkesempatan untuk memberikan presentasi tentang solusi mereka, kelima startup terpilih juga akan mendapatkan satu tiket platinum untuk mengikuti seluruh sesi APMF 2018, dua tiket pameran, dan sesi berjejaring dengan lima kurator ternama.
APMF 2018 akan menghadirkan puluhan pembicara terkemuka di bidangnya, termasuk Nielsen Global Vice President Digital Audience Measurement Marissa McArdle, Universal Music Group Global Senior Vice President Brand Partnership Manuel Hubault, pendiri Frame A Trip Dian Sastrowardoyo, dan Wakil Ketua BEKRAF Ricky Pesik.
Para pembicara akan menyampaikan temuan dan masukan terkini mengenai perilaku konsumen, aplikasi teknologi disruptif seperti big data, blockchain, dan machine learning, serta pergeseran lanskap media.
Sejak pertama kali diluncurkan pada 2005, APMF kini hadir setiap dua tahun sekali dalam tiga format utama: Konferensi, yang melibatkan seluruh delegasi dan dipandu oleh puluhan pembicara dalam sejumlah sesi pendek.
Advance Class, yaitu kelas-kelas intensif yang masing-masing dipandu oleh satu pembicara terkemuka dan memiliki jumlah peserta terbatas, sehingga peserta dapat langsung belajar dari ahlinya dan menyusun rencana aksi untuk bisnisnya; serta Expo, yaitu sebuah pameran beragam solusi terkini di bidang teknologi, komunikasi, dan digital.
Tahun ini, APMF 2018 juga menghadirkan satu format baru, yaitu Braindates, di mana peserta dalam jumlah terbatas berkesempatan bertemu secara 1-on-1 dengan pembicara untuk berdiskusi lebih lanjut setelah sesi Konferensi.
STEVY WIDIA
Discussion about this post