youngster.id - Angka sampah makanan di Indonesia terus meningkat dan Indonesia tercatat sebagai salah satu negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia menurut The Economist Intelligence Unit (2021). Untuk menjawab permasalahan ini, Bank DBS Indonesia bersama Kebun Kumara menghadirkan Kompos Kolektif, sebuah program pengolahan kembali sampah makanan menjadi material yang bermanfaat, yakni pupuk kompos sehingga sampah makanan tidak berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
Program Kompos Kolektif ini telah berlangsung sejak Juni 2022 sebagai bagian dari kampanye Towards Zero Food Waste yang diprakarsai oleh Bank DBS Indonesia sejak tahun 2020 untuk membangkitkan kesadaran publik tentang masalah sampah makanan.
Menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), sampah makanan menyumbang hingga 41,1% persen dari 28,6 juta ton sampah di Indonesia. Kebun Kumara juga menemukan sampah makanan saat ini menyumbang sebesar 60 persen dari total 7,8 ribu ton sampah yang ada di Jakarta. Tumpukan sampah makanan yang tidak terkelola dengan baik tersebut akan menghasilkan gas metana, sebuah gas emisi rumah kaca yang 21 kali lebih berbahaya dibandingkan dengan gas karbondioksida, yang mengancam kesehatan masyarakat serta berdampak buruk pada pemanasan global.
Head of Group Strategic Marketing & Communications, PT Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan, penanggulangan sampah makanan di Indonesia merupakan tanggung jawab bersama dan membutuhkan aksi nyata untuk menanggulanginya.
“Sebagai wujud salah satu pilar sustainability kami yaitu Creating Social Impact Beyond Banking, maka sejak tahun 2020, Bank DBS Indonesia telah melakukan berbagai kampanye untuk mengedukasi tentang bahaya sampah makanan diantaranya dengan program #MakanTanpaSisa yang telah berhasil menyelamatkan sekitar 43 ton food impact. Kini, kami ingin memperluas jangkauan serta edukasi untuk mengolah sampah makanan menjadi kompos. Selain itu, bekerja sama dengan wirausaha sosial seperti Kebun Kumara juga merupakan fokus dari pilar keberlanjutan yang sama. Kami juga mengajak karyawan Bank DBS Indonesia berpartisipasi dalam program ini sehingga dapat memperluas dampak positif yang dihasilkan,” ujar Mona, Sabtu (6/8/2022).
Tahun ini, Bank DBS Indonesia menargetkan mencapai 26 ton food impact. Salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah dengan menghadirkan program Kompos Kolektif yang berkolaborasi dengan Kebun Kumara pada bulan Juni hingga Desember 2022.
Kompos Kolektif merupakan program yang mengolah sampah makanan menjadi pupuk kompos melalui teknik biokonversi sampah dari Black Soldier Fly (BSF) yang disediakan oleh Magalarva. Program ini juga menghadirkan layanan bagi masyarakat yang ingin mengolah sampah makanan mereka. Bermodalkan Rp100.000 per bulan, masyarakat akan mendapat pelayanan pengangkutan sampah dari rumah sebanyak empat kali, penyediaan kantong sampah beserta laporannya, hingga media tanam dari kompos hasil olahan sampah makanan yang dikirimkan setiap tiga bulan sekali.
Program Kompos Kolektif mengukuhkan komitmen Bank DBS Indonesia dalam menjalankan pilar ketiganya Creating Impact Beyond Banking, untuk mengajak masyarakat mengadaptasi prinsip “Sustainable More, Waste Less,” atau gaya hidup yang lebih berkelanjutan, salah satunya dengan mengurangi sampah makanan. Untuk memperluas dampak positif yang dapat diberikan, Bank DBS Indonesia turut mengimbau karyawannya dalam melakukan kegiatan sukarela atau yang disebut People of Purpose.
“Pada program Kompos Kolektif, kami mengajak masyarakat untuk dapat memilah sampah organik dan anorganik dimulai dari rumah masing-masing, serta memberikan edukasi bagaimana mengolahnya menjadi kompos. Kami berharap lebih banyak lagi masyarakat yang berkontribusi mengurangi sampah makanan ke TPA agar kita dapat mewujudkan #ZeroToLandfill,” kata Co-Founder Kebun Kumara Siti Soraya Cassandra.
HENNI SOELAEMAN
Discussion about this post