youngster.id - Jabodetabek merupakan daerah padat penduduk dengan berbagai aktivitas bisnis dan ekonomi yang terpusat di dalamnya. Hal ini pula yang mendorong minat masyarakat dalam mencari hunian di area tersebut semakin meningkat. Di sisi lain, kualitas udara menjadi pertimbangan pemilihan hunian.
WHO menyatakan, Air Pollution Index atau index polusi di Jakarta mencapai 39 µg/m³, atau 8 kali lipat dari standar WHO di 5 µg/m³. Padahal dengan PM2.5 merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, karena badan manusia tidak mampu memfilter polutan ini dan dapat terperangkap di paru-paru.
Co-Founder Nafas, Piotr Jakubowski, mengatakan, kualitas udara menjadi salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mencari hunian. “Sumber polusi udara di Indonesia itu seperti gado-gado. Ada campurannya di mana-mana. Jadi di daerah tertentu ada faktor seperti daerah pembakaran sampah, pembakaran sampah dari tetangganya, ada juga pabrik, kendaraan motor,” ujar Piotr, dalam Webinar x Market Report by Pinhome dan Nafas, Rabu (14/09/2022).
Menurut data riset hasil kolaborasi Pinhome dengan Nafas, terdapat sedikitnya lima wilayah di Jabodetabek yang menjadi referensi untuk mengukur tren kualitas udara. Kelima wilayah tersebut antara lain Depok Beji, Pondok Indah, Bogor Barat, Bekasi – Tambun Selatan, dan Dharmawangsa. Hasil ini diukur berdasarkan kualitas udara pada aplikasi Nafas.
Meski demikian, akan cukup sulit dalam mencari sumber polusi itu sendiri. “Jadi kalau kita mengklasifikasi sumbernya di daerah masing-masing, kita memikirkan itu sebagai fingerprint. Karena fingerprint kita semua beda,” tambahnya.
Head of Sales and Business Development Pinhome, Panca Satria, menyampaikan beberapa cara untuk para pembeli dalam mencari hunian dengan mempertimbangkan kualitas udara. Yang pertama ialah memantau rencana pembangunan dari properti tersebut.
“Jadi kita mungkin bisa lihat rencana pembangunannya. Rata-rata proyek properti primary itu inden ya. Biasanya bisa 12 bulan atau 24 bulan. Sambil kita lihat apakah dalam proses proyek properti tersebut memperhatikan kualitas udaranya, tidak dekat dengan kawasan industri, dan lain-lain,” kata Panca.
Lebih lanjut Panca juga menyebut soal jarak lokasi dengan sumber keramaian hingga mendatangkan kerumunan dan menyebabkan kemacetan hingga polusi udara.
“Kepadatan penduduk itu belum tentu jadi faktor polusinya. Jadi itu perlu kita perhatikan juga dia kerumunannya atau crowd di sekitar fasilitas itu yang seperti apa,” tambahnya.
STEVY WIDIA