youngster.id - Kain tenun Flores sudah lama menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Kini berkat kreativitas para siswa Lasalle College, kekayaan tersebut dihadirkan sebagai bagian gaya fashion modern, yang lebih kekinian dan ready to wear.
Karya kreatif yang mempertemukan karya tradisi dengan fashion modern itu hadir pada pagelaran Creative Show 2018 bertema Nian Tana yang berlangsung Jumat (13/4/2018) di The Hall Senayan City, Jakarta. Pada ajang tersebut tampil 266 baju mini collection karya dari para siswa Lasalle College Jakarta (LCJ) yang menggunakan kain tradisional asal Flores sebagai dasar dari karya mereka.
“Kami terus konsisten mengangkat kain yang memiliki akar tradisi dan budaya Indonesia dalam setiap pagelaran. Dab tema dari pagelaran kali ini adalah mengangkat kain dari Flores sebagai bagian dari project akhir para siswa Lassale College Jakarta. Kami melihat bahwa proses dan kekayaan dari kain Flores layak untuk diekplorasi dan menjadi bagian dari mini collection dari para siswa,” kata Shinta Djiwatampu Program Director Fashion Design LCJ sekaligus Show Director dari Creative Show 2018 ini.
Persiapan untuk pagelaran ni berlangsung cukup lama, dimulai dari proses seleksi sketsa hingga penggunaan kain tenun. “Para siswa mengajukan sketsa yang kemudian dipilih untuk dijadikan satu koleksi yang harus mereka buat sendiri. Hasilnya mulai dari ready to wear hingga couture,” ujar Shinta.
Kain Flores yang didominasi motif bunga tampil dengan potongan modern pada berbagai busana mulai dari dress, outher, hingga celana. Kain-kain tradisional yang merupakan hasil tenunan dari para pengrajin tenun dari Desa Dokar, Watu Belah, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tak hanya kainnya, ada lima orang pengrajin turut hadir pada pagelaran itu lengkap dengan alat tenun, mereka menunjukkan proses pemintalan benang menjadi kain.
Menurut Shinta keistimewaan dari kain dari Dokar ini adalah mereka menggunakan teknik pewarna alami sehingga ecofriendly. Tren yang tengah digandrungi dunia fashion belakangan ini.
“Kain tenun dari daerah ini memiliki kualitas yang sangat baik karena dikerjakan dengan tangan dan proses pewarnaan dengan bahan alami. Sehingga selain ramah lingkungan warna kain bisa bertahan lama hingga bertahun-tahun tidak luntur,” jelasnya.
Selain itu, dengan pewarna alam mereka dapat menghasilkan warna yang jarang hadir di tenun tradisional seperti warna pink, ataupun kuning. “Warna yang dihasilkan jarang ada di kain tenun tradisional lain dan kalau dicuci tidak luntur,” ujar Shinta.
Lewat pagelaran ini LCJ ingin menghadirkan karya akhir dari para siswa. Selain fashion desain, sekolah yang merupakan bagian dari Lassale Internasional ini memiliki program studi Fashion Business, Interior Design, Digital Media Design, Photography dan Artistic Make Up. Selain itu ada empat program baru di Lassale College yakni interior decorating creatif, desain interior, graphic design dan games art & desain.
Karya terbaik dari seluruh program studi dengan stratra 1 ini turut ditampilkan dalam ajang Creative Show 2018. Tahun ini ada 214 yang lulus, dengan siswa terbaik adalah Ellene Alserita Kumala (fashion design) Regina Dharmawa (fashion business), Jesslyn Fibela (internior design), Vania Rianto (digital media design), Andreas Saputra (fotografi) dan Priskila Teresa (artistic make up).
“Dengan pagelaran ini Lassale College menunjukkan pencapaian yang sangat baik di tahun ini. Kami yakin para alumni kami akan ambil bagian dan berkontribusi positif pada industri kreatif di Indonesia,” kata Hariyadi Sukamdani Direktur LCJ.
STEVY WIDIA
Discussion about this post