youngster.id - Iklim investasi sedang tidak menentu, bahkan banyak perusahaan pemodal ventura menahan diri untuk melakukan investasi. Akibatnya, pendanaan untuk startup juga mengalami penurunan yang signifikan. Namun ada sejumlah sektor bisnis yang dinilai punya potensi, dan dilirik oleh pemodal ventura.
Partner Living Lab Ventures Bayu Seto mengungkapkan, meski pembiayaan untuk perusahaan startup di kawasan Asia memang mengalami tren penurunan namun masih ada peluang investasi bagi mereka.
“Living Lab Ventures tetap garang dan hungry dalam melakukan investasi alias kerja sama strategis dengan startup,” kata Bayu Seto Partner of Living Lab Ventures dalam Media Briefing and Investment Outlook 2025 Kamis (22/5/2025) di Jakarta.
Menurut Bayu, sejak 2022 memang terjadi penurunan pendanaan untuk startup di Kawasan Asia Tenggara. Selain itu, adanya gejolak ekonomi dunia yang disebabkan oleh kebijakan tarif resiprokal oleh presiden Amerika Serikat Donald Trump. Meski demikian, kondisi ini masih membuka peluang bagi Asia terutama Indonesia sebagai emerging market.
“Ada lima sektor yang menarik dan berpotensi untuk mendapatkan pendanaan dari sudut padang kami. Yaitu manufacturing, alternatif protein, agritech, healthcare, dan clean tech. Total investasi kami ada di triple digit of millions dollar sampai sejauh ini,” ucapnya.
Dengan pendanaan tersebut, Bayu mengatakan adanya perputaran ekonomi secara langsung, mulai dari terbukanya lapangan pekerjaan, dan meningkatnya aktivitas komersial.
Di tahun ini, LLV juga akan terus melakukan pembiayaan ke sejumlah startup di berbagai sektor. Apalagi, perusahaan modal ventura mendapat dukungan Sinar Mas Land sebagai perusahaan induk yang telah mempunyai ekosistem terintegrasi seperti dengan BSD City sebagai area ekonomi unik (KEK).
Saat ini, LLV telah mempunyai portofolio investasi pada perusahaan rintisan sektor manufaktur ialah Imajin. Begitu pula pada sektor healthcare, Sinar Mas Land telah mengembangkan beragam inisiatif dalam sektor ini seperti Biomedical Campus di BSD City.
Sejalan dengan itu, Sinar Mas Land dengan LLV juga menghadirkan Biomedical Fund yang memberikan pendanaan kepada perusahaan rintisan di bagian biomedis, pusat penelitian, biobank, teknologi kesehatan, dan sebagainya.
“Kebanyakan venture capital lainnya lebih memandang health tech, baik itu telemedicine alias menggunakan AI. Tapi kami melihatnya sedikit konvensional ialah healthcare. Jadi, kita bukan memandang yang core-nya teknologi tetapi teknologi sebagai enabler seperti R&D lab, dan sebagainya,” kata Bayu.
Living Lab Ventures juga memiliki portofolio dari sejumlah sektor, seperti startup perjalanan Traveloka, financial technology (fintech) Dana, perhotelan Artotel Group, makanan dan minuman JumpStart Coffe, dan lingkungan (Waste4Change).
STEVY WIDIA
Discussion about this post