youngster.id - Guna mengatasi isu lahan perkebunan berkelanjutan, juga untuk meningkatkan produktivitas serta volume produksi kelapa sawit berkelanjutan sebesar 30% melalui intensifikasi selama periode yang sama, Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil menggandeng agritech KOLTIVA dan Swisscontact untuk meluncurkan Dasbor MultiStakeholder Forum (MSF).
“Penandatanganan Nota Kesepahaman dan peluncuran Dasbor Forum Multi-Pemangku Kepentingan merupakan komitmen nyata Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil untuk menjadikan wilayah ini sebagai yurisdiksi berkelanjutan dengan produktivitas kelapa sawit yang optimal dan perlindungan maksimal terhadap ekosistem hutan, terutama Suaka Margasatwa Rawa Singkil,” ujar Drs. Azmi M.A.P., Penjabat (Pj) Bupati Aceh Singkil, dikutip Rabu (24/7/2024).
Swisscontact, sebagai salah satu anggota forum, berkomitmen untuk menciptakan lanskap produksi yang berkelanjutan di mana pembangunan ekonomi berdampingan dengan perlindungan lingkungan dan bekerja sama dengan KOLTIVA untuk mengembangkan dasbor.
Dasbor MultiStakeholder Forum (MSF) menjadi alat penting untuk memantau dan melaporkan aktivitas pemangku kepentingan regional, memfasilitasi implementasi efektif dari indikator visi lanskap. Platform ini melacak kemajuan inisiatif MSF, menampilkan tindakan kolektif dan upaya para mitra pembangunan berdasarkan indikator pencapaian yang telah ditetapkan.
Dikembangkan bersama-sama anggota MSF Aceh Singkil, dasbor ini dikelola oleh KOLTIVA, sebuah startup pertanian berkelanjutan dan pelacakan rantai pasokan yang berbasis di Indonesia. Pengoperasian dasbor dibawah kordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Aceh Singkil melalui sekretariat MSF.
Fitur utama meliputi Manajemen Pelaporan (Reporting), di mana anggota dapat memantau indikator kinerja utama (KPI) di seluruh pilar ekonomi, lingkungan, dan sosial, semuanya disajikan dalam format grafis yang mudah dibaca. Ini juga memungkinkan anggota untuk mengirimkan dan melaporkan hasil aktivitas mereka. Dasbor ini juga dapat dihubungkan dan disematkan ke situs web institusional eksternal, meningkatkan transparansi, dan disematkan ke platform lain untuk aksesibilitas yang lebih luas.
Selain itu, KoltiTrace MIS menawarkan berbagai fungsi pendukung, termasuk manajemen acara untuk mengorganisir kegiatan dan melacak kehadiran, pengiriman email massal untuk komunikasi massal yang efisien, dan perpustakaan bersama untuk dokumen dan video terkait aktivitas.
Manfred Borer, CEO dan Co-Founder KOLTIVA, menyatakan, memanfaatkan potensi besar dari perkebunan kelapa sawit dan produksi pertanian di Aceh Singkil harus disertai dengan pembentukan kerangka tata kelola yang mendukung praktik berkelanjutan melalui kolaborasi multi-pemangku kepentingan.
“Pengembangan Dasbor MultiStakeholder Forum (MSF) ini dibangun melalui platform ketertelusuran kami, KoltiTrace MIS, memberikan kemudahan semua stakeholder untuk mengumpulkan dan memantau data penting tentang pengelolaan sumber daya alam, serta mendorong implementasi Rencana Aksi Kelapa Sawit Berkelanjutan. Dasbor pelaporan terpusat ini memastikan transparansi bagi semua pihak dan mengintegrasikan pertumbuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial,” jelas Manfred.
Ekosistem Leuser dan Suaka Margasatwa Rawa Singkil (termasuk Aceh Tenggara, Subulussalam, dan Aceh Singkil) bukan hanya penting untuk perlindungan lingkungan, tetapi juga merupakan kesempatan terakhir dan terbesar untuk melestarikan keanekaragaman hayati Sumatera yang sangat besar. Meski berstatus dilindungi, Taman Nasional Leuser sendiri telah kehilangan seperlima area hijau dataran rendahnya akibat aktivitas komersial dalam lima tahun terakhir.
Kabupaten Aceh Singkil, dengan 77.512 hektar perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh perusahaan dan petani mandiri, berkontribusi sebesar 31,8% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di subsektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Kabupaten ini juga merupakan rumah bagi Suaka Margasatwa Rawa Singkil, yang menyediakan habitat alami bagi harimau Sumatra, gajah Sumatra, dan orangutan Sumatra.
Christina Rini, Project Manager Sustainable Landscape LASR, Swisscontact mengatakan, upaya kolaboratif ini menyelaraskan beragam isu, kepentingan, dan sumber daya ke dalam satu kekuatan yang bertujuan untuk mencapai tujuan bersama: pembangunan berkelanjutan di sektor kelapa sawit. Hal ini menandai dimulainya perjalanan menuju Kelapa Sawit Berkelanjutan yang terintegrasi di Aceh Singkil.
“Dengan berpedoman pada mekanisme Rencana Aksi Regional Kelapa Sawit Berkelanjutan, pencapaian-pencapaian yang terukur secara berturut-turut, kami harap upaya ini menciptakan kemajuan progresif yang mempunyai dampak di masa depan,” Christina.
Inisiatif ini menyoroti perlunya Rencana Aksi Kelapa Sawit Berkelanjutan untuk menempatkan kelapa sawit Aceh Singkil sebagai komoditas yang diakui secara global, mempromosikan masa depan yang lebih lestari dan berkelanjutan untuk wilayah tersebut.
STEVY WIDIA