youngster.id - Penggunaan AI Generatif untuk melengkapi aktivitas kerja dapat membantu membuka kapasitas produksi sebesar US$243,5 miliar di seluruh perekonomian Indonesia. Angka ini setara dengan 18% PDB Indonesia di tahun 2022.
Hal itu terungkap dari laporan yang dirilis Access Partnership kerja sama dengan ELSAM, bertajuk “Dampak Ekonomi AI Generatif: Masa Depan Pekerjaan di Indonesia”
Laporan itu merincikan sedikitnya tiga aspek yang perlu menjadi perhatian, yaitu meningkatkan akses dan pemakaian, manajemen risiko, dan mendorong inovasi – semuanya dengan menyertakan elemen tanggung jawab sebagai fondasi utama.
Meningkatkan akses dan pemakaian AI memerlukan infrastruktur yang memadai serta tenaga kerja terampil. Kapabilitas natural language dan reasoning engine AI Generatif pun mampu mendemokratisasi AI – mengurangi tantangan setiap individu dalam menggunakan teknologi ini. Pada pelaksanaannya, keterampilan-keterampilan baru tetap perlu dikuasai – seperti memberikan instruksi (prompt), melakukan evaluasi analitis, dan menyelesaikan masalah.
Di saat bersamaan, regulasi AI yang mengatur pengembangan serta penggunaan AI secara bertanggung jawab juga memiliki peran penting untuk memaksimalkan manfaat atau dampak positif teknologi tersebut.
Upaya untuk membuka peluang dan memitigasi risiko tidak sebatas meningkatkan akses atau merancang regulasi yang komprehensif, namun juga memerlukan upaya yang terkoordinasi untuk membentuk formula AI yang bertanggung jawab, baik dari sisi pengembangan maupun penggunaan. Formula ini pun dapat dijadikan bagian dari strategi perusahaan atau prinsip penggunaan AI oleh individu.
“Ketika kami di Microsoft mengadopsi enam prinsip etika AI pada tahun 2018, kami mencatat bahwa satu prinsip–akuntabilitas–adalah landasan bagi semua prinsip lainnya: keadilan, keandalan dan keselamatan, privasi dan keamanan, inklusivitas, serta transparansi. Hal ini merupakan kebutuhan mendasar untuk memastikan bahwa mesin tetap diawasi secara efektif oleh manusia, dan orang yang merancang serta mengoperasikan mesin tetap bertanggung jawab kepada semua orang lainnya. Singkatnya, kita harus selalu memastikan bahwa AI tetap berada di bawah kendali manusia. Hal ini harus menjadi prioritas utama bagi perusahaan teknologi dan pemerintah,” kata Ajar Edi, Director of Government Affairs, Microsoft Indonesia & Brunei Darussalam, Senin (30/10/2023).
Guna membantu terciptanya keseluruhan ekosistem AI yang bertanggung jawab, Microsoft telah merilis Microsoft Responsible AI Standard versi 2 dan Microsoft Responsible AI Impact Assessment Report kepada publik; hasil dari pengalaman, pembelajaran, serta masukan yang Microsoft terima selama bertahun-tahun.
Aspek terakhir adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara melindungi dan mendorong inovasi. Seiring dengan masih terus berprosesnya pengembangan kerangka kebijakan dan regulasi AI, terdapat pertanyaan serta kekhawatiran mengenai pemanfaatan teknologi AI Generatif dalam merealisasikan peluang-peluang baru. Untuk itu, diperlukan kolaborasi erat antara pemerintah dan sektor swasta dalam menghidupkan lingkungan yang inovatif.
Dharma Simorangkir, Presiden Direktur Microsoft Indonesia mengatakan, generasi baru AI, yakni AI Generatif, membantu untuk berinteraksi dengan data dalam cara-cara baru. Mulai dari merangkum teks, mendeteksi anomali, hingga mengenali gambar. Antarmukanya yang berbentuk natural language memungkinkan untuk berinteraksi dengan teknologi ini menggunakan bahasa sehari-hari.
“Dan kemampuannya sebagai reasoning engine membantu kita mengidentifikasi pola serta menarik insights secara jauh lebih cepat. Kombinasi kedua kapabilitas tersebut memungkinkan setiap orang dan organisasi untuk memiliki copilot-nya sendiri; mencetuskan kreativitas, mengakselerasi penemuan, dan meningkatkan efisiensi. Ketika dimanfaatkan secara bertanggung jawab, seluruh hal ini akan berdampak positif pada perekonomian,” kata Dharma.
Dampak positif dari AI Generatif memang besar, dan berbagai organisasi lintas skala serta industri, atau bahkan individu di Indonesia, sudah mulai mengintegrasikan teknologi ini ke dalam kegiatan operasional bisnis dan kehidupan sehari-hari. Misalnya untuk meningkatkan personalisasi dalam pelayanan pelanggan, meningkatkan edukasi mengenai jenis teknologi baru, atau mencari ide baru.
“Ini menunjukkan bagaimana AI dapat membantu orang untuk bisa fokus melakukan elemen-elemen esensial dalam setiap pekerjaannya, bukan menggantikan orang tersebut. Sebab, bagaimanapun juga AI hanya dapat bekerja dengan data yang diberikan manusia, dan dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi manusia,” tutup Dharma. (*AMBS)
Discussion about this post