youngster.id - Hampir semua negara tengah bersiap menyambut era teknologi generasi ke-5. Salah satunya adalah Indonesia. Namun, saat ini, belum ada pusat riset atau pembelajaran yang memungkinkan talenta-talenta potensial Indonesia di bidang TIK untuk mempelajari teknologi 5G yang diyakini bakal membawa revolusi budaya baru.
Untuk mendukung kesiapan sumber daya digital, Huawei menggelar Seeds for the Future. Tahun ini memilih sepuluh mahasiswa unggulan dari delapan universitas di Indonesia. Untuk mempelajari langsung teknologi-teknologi terkini di pusat pengembangannya, serta belajar pentingnya menjunjung tinggi budaya kearifan lokal dan membangun jejaring global di Beijing dan Senzhen, Cina.
Kesepuluh mahasiswa tersebut adalah Samuel Christian Coe dan Wilson Rustiandy dan ITB, Christian Andrew Tantono dan Gusti Ngurah Satria Aryawan dari ITS, Espinal Adrinaldi dari Telkom University, Achmad Mu’ammar Afinas dari UGM, Mochamad Zairy Fajar Ibrahim dan Achmad Fathur Rizki dari Universitas Indonesia, serta Sachi Hongo dan Vega Savera Yuana dari Universitas Padjajaran. Mereka mengikuti program ini pada awal November 2019 lalu.
“Pelajaran tentang bagaimana melakukan konfigurasi jaringan telekomunikasi 5G sangatlah berharga. Meskipun di kampus kami mempelajari teknologi telekomunikasi, namun karena alat-alat yang telah dilengkapi teknologi 5G sangat mahal, kami belum bisa mempelajari dan mempraktikkan teknologi ini secara teknis. Beruntung sekali saya lolos terpilih dalam program Huawei Seeds for the Future, sehingga berkesempatan untuk mempelajarinya langsung dari salah satu pemimpin teknologi dunia,” ungkap Afinas dalam siaran pers, Huawei Kamis (28/11/2019)..
Ungkapan senada juga datang dari peserta Seeds for the Future lainnya, Wilson Rustiandy. Wilson, mahasiswa Institut Teknologi Bandung, menjelaskan bahwa pelajaran mengonfigurasi 5G sangat berguna bagi dirinya sebagai mahasiswa yang mempelajari ilmu-ilmu telekomunikasi. Pembekalan langsung tentang konfigurasi teknologi 5G dirasakannya sangat berguna untuk mempersiapkan dirinya dalam menyambut penerapan teknologi 5G di Indonesia yang kabarnya akan dilakukan pada 2023 nanti.
Wilson dan Afinas merupakan dua dari 10 mahasiswa Indonesia yang beruntung mendapatkan pendidikan langsung di Kampus dan Laboratirium Huawei yang berada di Shenzen. Di tempat tersebut, Afinas, Wilson dan kawan-kawan mendapatkan kesempatan istimewa belajar langsung tentang ilmu konfigurasi 5G dari pakarnya, mengenal teknologi-teknologi yang berhubungan dengan Internet of Things (IoT), serta ilmu-ilmu telekomunikasi lainnya. Mereka juga mendapatkan sertifikat yang bisa digunakan untuk bekal memasuki dunia kerja selepas lulus kuliah nanti.
“Kami sangat terkesan dengan ilmu-ilmu yang kami pelajari selama dua minggu mengikuti program Seeds for the Future dari Huawei. Kami juga terkesan dengan pelajaran mengenal budaya dan bahasa Mandarin, termasuk menulis kaligrafi Cina, serta pelajaran tentang pentingnya berjejaring dengan talenta-talenta dari negara lain yang ikut dalam program yang sama,” ujar Vega Savera Yuana, satu-satunya peserta perempuan yang berasal dari Universitas Padjajaran Bandung.
Menurut Vega, kegiatan ini menyadarkan mereka bahwa untuk menjadi SDM berkompetensi global di bidang TIK, mereka tidak cukup hanya mempelajari teknologi secara teknis, namun juga harus melengkapi diri dengan wawasan-wawasan lainnya. Pada kesempatan tersebut, Vega dan kawan-kawan berkenalan dengan mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Nigeria dan Azerbaijan.
Program Seeds for the Future sendiri yang diikuti oleh Vega dan kawan-kawan telah digelar selama 7 tahun dan menjadi upaya Huawei dalam mendorong terlaksananya alih pengetahuan, serta meningkatkan pemahaman dan ketertarikan talenta muda Indonesia terhadap industri TIK. Hingga tahun ini, lebih dari 100 mahasiswa asal Indonesia telah berpartisipasi dalam program ini.
STEVY WIDIA
Discussion about this post