Menciptakan Teknologi Inklusif untuk Komunitas Neurodiverse

teknologi untuk disabilitas

Menciptakan Teknologi Inklusif untuk Komunitas Neurodiverse (Foto: Istimewa/youngster.id)

youngster.id - Sejatinya, teknologi dapat menjadi bagian dari perjalanan menuju inklusivitas, khususnya bagi penyandang disabilitas. Neurodiverse.

Individu neurodivergent adalah individu dengan perbedaan neurologis yang mempengaruhi pembelajaran, pikiran, dan perilaku individu-individu bersangkutan. Perbedaan ini menghasilkan kekuatan dan kemampuan unik – beberapamemiliki tingkat konsentrasi yang tinggi dan dapat menguasai sebuah subjek atau keterampilan yang kompleks, beberapa  memiliki karakter yang sangat tidak memihak dalam menilai lingkungan sekitarnya sehingga memperlakukan semua orang dengan adil dan hormat, beberapa memiliki kemampuan luar biasa dalam bidang tertentu seperti matematika, ilmu pengetahuan, seni, atau bahasa, dan lain sebagainya. Individu-individu tersebut mungkin telah menyaksikan kemajuan teknologi, tetapi apakah mereka benar-benar mendapat manfaat dari teknologi?

Teknologi sering dianggap sebagai enabler peluang baru. Dengan demikian, teknologi memiliki potensi untuk membantu individu neurodivergent dan penyandang disabilitas secara luas, mengasah keahlian khusus mereka, meningkatkan kemandirian mereka, dan mengakses peluang yangsebelumnya bisa jadi tidak dapat dijangkau.

“Aksesibilitas mendorong inklusivitas dengan memanfaatkan inovasi digital dan memanfaatkan data yang berharga, memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih informatif dan berdampak positif pada kehidupan,” ujar Faizal Thamrin, Data Innovation Lead, UN Global Pulse Asia Pacific, dalam acara Pekan Kreatif untuk Penyandang Disabilitas, dikutip Senin (11/12/2023).

Teknologi juga dapat memberdayakan penyandang disabilitas untuk berkontribusi pada masyarakat dan ekonomi, serta menunjukkan bakat dan keterampilan mereka.

Juliana Cen, Senior Partner Development Manager di Microsoft Indonesia mengatakan bahwa teknologi harus bersifat inklusif bagi semua, termasuk para penyandang disabilitas. Dan, pandangan ini juga dimiliki oleh Microsoft.

“Microsoft berkomitmen untuk memajukan teknologi yang didorong oleh prinsip etika sekaligus menempatkan manusia di kursi terdepan, dan ini juga tercermin dalam terobosan AI Perusahaan, seperti Microsoft Copilot,” Juliana.

Namun, lanjut Juliana, Microsoft tidak berhenti di sana. Untuk menciptakan teknologi yang inklusif, mudah diakses, dan mudah digunakan pengguna, terdapat tiga prinsip penting harus dipegang teguh:

Sebagai sebuah perusahaan, tambah Juliana yang juga merupakan Accessibility Lead Microsoft ASEAN, Microsoft mengedepankan prinsip inklusivitas dalam segala aspek, mendorong empati dan allyship untuk memberdayakan setiap individu dan organisasi di planet ini untuk mencapai lebih. Komitmen ini diwujudkan, misalnya dengan: Pertama, menerapkan desain inklusif di seluruh teknologi Microsoft, termasukWindows 11, Microsoft 365, Microsoft Teams, dan Visual Studio. Metodologi Desain Inklusif Microsoft juga Microsoft bagikan secara publik untuk membantu orang-orang memahami bagaimana mereka dapat mengintegrasikan desain inklusif ke dalam pekerjaan mereka.

Kedua, bermitra dengan organisasi seperti Komisi Nasional Disabilitas, Difalink,dan PT Panasonic Gobel Life Solutions Sales Indonesia untuk memperluas jangkauan Microsoft Enabler, sebuah inisiatif yang mempertemukan organisasi nirlaba, mitra pemberi kerja, dan penyandang disabilitas di Asia Pasifik – termasuk Indonesia –guna menciptakan lingkungan kerja yang inklusif di mana setiap orang dapat menunjukkan potensi mereka di tempat kerja.

Ketiga, memberdayakan penyandang disabilitas untuk memanfaatkan kekuatan AI dan menyelesaikan permasalahan mendesak dunia melalui: Innovation and AI for Accessibility Grantsbagi organisasi yang menggunakan AI untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian penyandang disabilitas; Menghadirkan inovasi tanpa henti seperti Seeing AI App, sebuah aplikasi gratis yang dirancang untuk membantu individu dengan gangguan penglihatan dalam menjalani hari-hari mereka, dengan mengubah dunia visual menjadi pengalaman yang dapat didengar menggunakanteknologi AI; Kesempatan kerja. Microsoft percaya bahwa individu dengan segala kemampuan dapat memperkuat workforcemelalui pemikiran inovatif dan solusi kreatif. Termasuk di antaarnya adalah individu dengan neurodivergent.

Oleh karena itu, selama beberapa tahun terakhir, Microsoft secara global telah menjalankan  sebagai bagian dari inisiatif Diversity and Inclusion Di Indonesia, Microsoft juga sudah mulai mengadopsi program ini. Pada tahun 2023, ada empat orang penyandang autisme yang menjalankan program magang di Microsoft Indonesia, dan perusahaan berharap dapat memperluas jangkauan program ini. Untuk memastikan kesiapan perusahaan, seluruh karyawan dibekali dengan pelatihan untuk mengidentifikasi berbagai cara di mana mereka dapat berkolaborasi dengan dan mendukung sesama rekan kerja neurodiverse.

Juliana senang melihat kemajuan yang sudah dicapai dan berharap dapat berkontribusi pada dunia yang tidak meninggalkan siapapun (#LeaveNoOneBehind).

“Untuk seluruh penyandang disabilitas, ingatlah selalu bahwa ketika tidak ada pintu untuk kita, mari kita bangun pintu sendiri,” pungkas Juliana. (*AMBS)

 

Exit mobile version