youngster.id - Sejatinya, partisipasi perempuan dalam kepemimpinan di sektor jasa keuangan, termasuk perusahaan fintech, masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan kepemimpinan laki-laki.
Berdasarkan data Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) pada 2023, hanya ada 16% perempuan dari keseluruhan Chief Executive Officer (CEO) di perusahaan fintech di Indonesia. Perempuan yang masuk sebagai founder fintech di Indonesia pun hanya mencapai 22,7%. Sementara survey AFTECH menunjukkan 39,23% transaksi fintech disumbang dari kalangan perempuan.
Chief Operating Officer Xendit, Tessa Wijaya mengatakan, semua harus mendukung potensi kepemimpinan perempuan, dengan mendorong terwujudnya kesetaraan gender terutama di industri fintech Indonesia. Untuk mewujudkan inklusi bagi perempuan dan gender equality di industri ini perlu dukungan support system dari keluarga maupun masyarakat.
“Kita juga harus mengubah persepsi, yakin bahwa perempuan layak dan mampu menjadi pemimpin di bidang apapun. Meningkatkan peran perempuan dan partisipasi perempuan dalam kepemimpinan sangatlah penting bahkan terbukti mampu meningkatkan GDP global hingga 5 triliun USD,“ kata Tessa, dalam diskusi panel dengan tema “Unleashing Women’s Leadership Potential: Advancing Gender Equality in Indonesia’s Fintech Industry”, dikutip Kamis (30/11/2023).
Dalam kesempatan yang sama, pentingnya peran perempuan di sektor fintech juga diungkapkan Sophia Wattimena, Ketua Dewan Audit OJK. Menurutnya, melalui data Otoritas Jasa Keuangan yang menyebut bahwa indeks inklusi dan literasi keuangan perempuan terus bertumbuh.
Pada 2022, tingkat inklusi keuangan perempuan mencapai 83,88% dibandingkan pada 2019 sebesar 75,15%. Tingkat literasi keuangan perempuan mencapai 50,33% pada 2022, naik dibandingkan posisi 2019 sebesar 36,13%. Bahkan literasi keuangan perempuan pada 2022 mengalahkan tingkat literasi keuangan laki-laki yang berkisar 49,05%.
“Perempuan memiliki kompetensi yang tidak kalah dengan laki-laki. Hasil survey OJK menyebut bahwa perempuan memiliki keunggulan yang sama namun dari sisi kepercayaan diri masih kurang. Dari segi penguasaan teknologi dan knowledge sudah setara hanya perlu kepercayaan diri, berani ambil keputusan, lebih komunikatif dan memiliki iklim suportif agar bisa menjadi pemimpin di era digital,” papar Sophia.
Lily M. Sambuaga, Wakil Ketua Umum I AFTECH, menekankan pentingnya meningkatkan inklusi keuangan dan literasi digital untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam kepemimpinan di era digital.
Menurutnya, AFTECH meyakini bahwa fintech bisa menjadi garda terdepan untuk meningkatkan inklusi keuangan dalam masyarakat. Ini karena Indonesia yang sangat luas dengan 67% penduduknya memiliki akses terhadap handphone dan teknologi untuk mengakses fintech dalam keseharian mereka. Selain itu penetrasi internet di Indonesia dilakukan dengan kebiasaan masyarakat yang mobile first sehingga masyarakat terkoneksi internet melalui handphone dan fintech ada di situ.
“Di sinilah diperlukan peran perusahaan fintech untuk menjadi tonggak utama peningkatan literasi digital maupun inklusi keuangan dengan cara mengedukasi masyarakat,” ungkap Lily.
Sementara itu, Director Advisory Services for Southeast Asia Women’s World Banking Elwyn Panggabean mengajak masyarakat untuk memahami pentingnya kesetaraan gender dan memberikan peluang yang sama dan dukungan kepada perempuan untuk menjadi pemimpin.
Menurut Elwyn, potensi dan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja perlu terus ditingkatkan. Di sisi lain, potensi pasar dari segmen perempuan juga besar. Mendengarkan suara, memahami hambatan dan memberikan dukungan kepada perempuan penting untuk keberhasilan usaha.
“Keberagaman dan kesetaraan gender dalam institusi termasuk perusahaan fintech, akan meningkatkan inovasi untuk pertumbuhan usaha, juga akan menghasilkan strategi bisnis dan layanan fintech yang lebih baik dan inklusif,” kata Elwyn.
Data e-Conomy SEA 2022 Reports by Google, Temasek and Bain & Company menyebut pertumbuhan ekonomi digital Indonesia menempati posisi pertama diantara negara-negara ASEAN lain. Selama tahun 2017-2021, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia tercatat naik empat kali lipat atau sebesar 414%.
Sementara, sepanjang tahun 2020-2022 terjadi peningkatan akselerasi perekonomian digital secara signifikan. Nilai pertumbuhan ekonomi digital meningkat dari US$41 miliar pada 2019 menjadi US$77 miliar pada 2022, dan diprediksi akan terus naik dengan nilai US$130 pada 2025.
Selain itu, data startupranking.com juga menyebut sepanjang tahun lalu Indonesia telah mengalami peningkatan investasi di sektor digital, dengan jumlah kesepakatan senilai US$3 miliar. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai penerima investasi terbesar kedua di kawasan ASEAN. Dengan pencapaian ini, ekosistem digital Indonesia diyakini mampu semakin mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan menggerakkan perekonomian nasional.
Kebangkitan ekonomi digital Indonesia yang pesat merupakan bukti nyata dari kemampuan beradaptasi, kerja keras, dan ketangguhan masyarakat Indonesia secara keseluruhan, yang tentunya menjadi gambaran tentang pentingnya literasi digital di era perkembangan lanskap digital. Data dari Global Web Index menunjukkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat di dunia untuk penetrasi pengguna internet di Indonesia, sehingga pemerintah menargetkan inklusi keuangan digital mencapai 90% di tahun 2024 mendatang.
HENNI S.
Discussion about this post