Menristek : Inovasi Harus Menjadi Mainstream

Menteri Riset dan Teknologi dan Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro meninjau UGM Science Techno Park. (Foto: istimewa)

youngster.id - Menteri Riset dan Teknologi dan Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro, menegaskan Kata inovasi harus menjadi kunci utama. Bahkan kata ini tercantum di dalam kabinet dengan pendirian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan tidak terlepas dari kabinet Indonesia Maju.

“Indonesia maju tidak akan tercapai kalau tidak ada inovasi. Inovasi harus dibuat inklusif, harus menjadi sesuatu yang mainstream di dalam kegiatan pembangunan ekonomi,” ujarnya dalam acara kuliah umum, di Balai Senat UGM belum lama ini.

Ia menambahkan terkait strategi dan kebijakan Kemenristek/BRIN dalam pengembangan IPTEK dan inovasi. Indonesia, ujarnya, memiliki kelebihan di banding banyak negara di dunia dalam hal kekayaan sumber daya dengan variasi yang beragam.

Meski demikian, di tengah persaingan global yang semakin berat, kekayaan sumber daya hanya akan menjadi beban jika tidak dikelola dengan benar. Untuk menjadi negara maju, Indonesia menurutnya perlu berubah dari efficiency-driven economy menjadi innovation-driven economy.

“Semua sumber daya perlu ditingkatkan nilai tambahnya dengan IPTEK dan inovasi. Inovasilah yang membuat sebuah negara maju,” imbuh Bambang.

Dengan demikian, ia mendorong para peneliti di perguruan tinggi untuk dapat terus mengembangkan riset-riset yang mampu menjawab kebutuhan industri serta masyarakat. Indonesia memerlukan iptek yang mampu memberikan dampak langsung berupa efisiensi sumber daya sehingga dapat menurunkan biaya produksi dan menciptakan produk-produk baru yang kompetitif di pasar domestik dan global.

“Riset yang dilakukan jangan hanya berdasarkan selera peneliti, tapi sesuai dengan kebutuhan pasar, dan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Karena riset itu dari hulu sampai hilir, maka kolaborasi antar disiplin ilmu menjadi mutlak, tidak hanya opsi,” jelas Bambang.

Dalam hal ini, Perguruan Tinggi sebagai lembaga penghasil SDM IPTEK harus mampu menghasilkan SDM yang sesuai dengan kebutuhan industri di Indonesia, juga menghasilkan produk-produk inovatif berbasis riset.

“UGM sebagai universitas yang komprehensif dengan berbagai bidang studi mampu menghasilkan banyak produk riset yang berpotensi dihilirisasi menjadi produk komersial,” tutur Rektor UGM, Prof Panut Mulyono.

Untuk mencapai tujuan nasional tersebut, UGM melalui Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi berupaya mengoptimalkan sinergi riset dan inovasi dengan industri. Melalui direktorat ini, proses inkubasi, pengembangan usaha, dan akselerasi di UGM Science Techno Park terhadap berbagai hasil riset dan inovasi akademik dilakukan, dengan bekerja sama dengan industri.

FAHRUL ANWAR

Exit mobile version