youngster.id - Pendidikan vokasi tidak hanya menyiapkan lulusan siap kerja, akan tetapi juga berwirausaha. Untuk itulah, berbagai program dirancang untuk mendukung kewirausahaan peserta didik vokasi, mulai dari jenjang SMK hingga perguruan tinggi vokasi.
Serangkaian program yang dimaksud seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), dan juga Program Dana Padanan Kampus Vokasi. Program-program tersebut terbukti berhasil mendorong praktik-praktik kewirausahaan para mahasiswa, bahkan hingga berhasil membangun sebuah produk atau jenama hingga saat ini.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati mengatakan, melalui program-program ini, Ditjen Pendidikan Vokasi mendorong para murid pendidikan vokasi untuk lebih kreatif dalam melahirkan berbagai inovasi terbaru.
Tidak hanya mendorong pengembangan kewirausahaan mahasiswa vokasi, melalui program Dana Padanan, Ditjen Pendidikan Vokasi juga mendukung kewirausahaan dengan mengembangkan inovasi-inovasi tepat guna untuk mendukung para pengembangan kewirausahaan, termasuk Usaha Mikro Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Harapannya, ide tersebut dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada dan menciptakannya sebagai sebuah bisnis yang berkelanjutan,” ujar Kiki, dalam acara talkshow bertajuk “Strategi Branding untuk Wirausaha Pemula”, dikutip Jum’at (26/7/2024).
Salah satu praktik baik dari rangkaian program terkait kewirausahaan adalah Salamatul Hifdiyah atau Salma, alumnus Politeknik Negeri Malang (Polinema). Bersama dengan dua rekannya yang sama-sama alumni Polinema, yakni Prasasti Valentina Gustama dan Syayyidah Fatimatuz Zahro, Salma berhasil membangun Gosoya, yakni sebuah produk olahan dari tempe yang cukup terkenal di Malang, Jawa Timur.
Salma menceritakan bahwa pengembangan Gosoya tidak bisa dilepaskan dari program kewirausahaan yang ia ikuti bersama dengan dua orang rekannya saat masih menjadi mahasiswa di Polinema.
“Selama kurang lebih dari satu tahun, saya melakukan PKM dan juga PMW dari Ditjen Pendidikan Vokasi dengan melakukan riset dan mencari tahu lebih untuk proses pembuatan tempe langsung bersama para penggiat keripik tempe. Kita juga melakukan trial and error dan akhirnya terciptalah produk jajanan, salah satunya produk tempe pelangi ketawa,” ucap Salma.
Menurut Salma, melalui program tersebut mereka berhasil mendapat dukungan pendanaan untuk mengembangkan usahanya. “Karena mendapatkan dukungan dana dari pendidikan vokasi, saya bisa membeli alat food dehydrator. Sehingga proses pengeringannya produksi kripik tempe ini menjadi lebih cepat,” tambah.
Hingga saat ini, Gosoya telah menciptakan beragam produk, mulai dari makanan berbahan dasar tepung kedelai seperti tempe pelangi, kukis, bahkan hingga sabun. Nama Gosoya juga semakin dikenal oleh masyarakat karena berhasil melibatkan para perajin tempat sekaligus pemberdayaan terhadap masyarakat, khususnya perajin tempe.
Direktur Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia Kreatif) Jakarta, Tipri Rose Kartika mengatakan, kewirausahaan mahasiswa tidak hanya didorong dengan bagaimana mahasiswa dapat menciptakan sebuah produk. Akan tetapi juga diarahkan pada bagaimana membangun branding yang sesuai agar usaha yang didirikan oleh para mahasiswa dapat bertahan. Branding diperlukan tidak hanya untuk mengembangkan bisnis, akan tetapi juga menciptakan sebuah perspektif khusus terhadap produk atau jasa yang diberikan.
“Melalui strategi branding yang sesuai, konsumen dapat mengetahui keunikan tersendiri dari sebuah produk atau jasa yang dimiliki oleh sebuah bisnis. Hal ini termasuk dalam menetapkan sebuah keunikan untuk meningkatkan ketertarikan konsumen hingga akan menciptakan trust dan menjadi konsumen yang loyal,” ucap Tipri.
Ditambahkan Irvan Helmi, Co-Founder Anomali Coffee bahwa dalam proses branding diperlukannya visi yang terkoneksi antara pemilik bisnis dan juga pelanggan (customer). Hal ini dapat menciptakan trust tersendiri dari produk yang disampaikan. Contoh pada proses pembuatan kopi.
“Kami ingin memberikan edukasi kopi yang enak seperti apa kepada customer kita. Caranya, kita ajak mereka untuk melihat salah satu proses penggilingan (roasting) kopi untuk memperlihatkan bagaimana kopi yang enak dibuat. Dan akhirnya, hal ini dapat memberikan trust konsumen terhadap produk kopi yang kami tawarkan,” kata Irvan.
Menurut Kiki, dengan memiliki peran penting dalam mengembangkan keahlian generasi anak muda kewirausahaan menjadi keahlian yang penting dalam menyiapkan anak-anak muda untuk persaingan dunia.
“Oleh karena itu, pendidikan vokasi akan terus menaruh fokus dalam mengembangkan keahlian wirausaha bagi murid pendidikan vokasi untuk menguatkan Indonesia kedepannya,” tutup Kiki.
STEVY WIDIA