youngster.id - Isu ketahanan pangan merupakan masalah penting bagi seluruh dunia. Indonesia sebagai negara dengan sumber daya alam yang sangat banyak, ternyata juga memiliki beragam bahan makanan pokok selain nasi. Salah satunya yang tengah naik daun adalah sorghum.
Memang sorghum–atau juga dikenal dengan nama cantel, orean, jaung cangkul, atau gandrung (sorghum bicolor)–dikenal sebagai tanaman serba guna. Biji dari tanaman ini digunakan sebagai sumber pangan seperti sereal dan sirup, pakan ternak, hingga sebagai bahan baku industri alkohol dan biofuel. Bahkan, sebagai bahan pangan, cantel berada pada urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan jelai.
Dulu, sorghum menjadi bahan makanan utama, terutama di pelosok desa. Namun tanaman ini tergusur oleh penanaman padi yang masif di awal era Orde Baru. Apalagi tanaman ini lebih dikenal sebagia pakan ternak. Tetapi, seiring dengan gaya hidup sehat, sekarang bahan makanan ini masuk kategori superfood dan mulai diburu orang.
Nah, peluang ini yang ditangkap oleh Muhammad Bayu Hermawan. Dia sukses mengolah sorghum menjadi aneka makanan ringan, tepung, hingga dendeng dan gula dengan merek Yant Sorghum.
“Sorghum itu merupakan tanaman dari Indonesia yang terdapat di Lombok, Nusa Tenggara Barat atau bisa juga sebagai pengganti nasi atau sejenis gandum. Tanamn ini nyaris punah dan tersisa hanya di Lombok dan Bali. Setelah melakukan riset kami lalu mengolah menjadi aneka makanan ringan yang sehat dan diminati banyak orang,” ungkap Bayu, CEO Yant Sorghum saat ditemui youngster.id di Jakarta belum lama ini.
Bayu menjelaskan, sorghum merupakan tanaman serealia sejenis gandum dan quinoa yang kaya akan kandungan serat, rendah indeks glikemik dan gluten free. “Sorghum merupakan tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering dan merupakan solusi untuk daerah di lahan kritis,” katanya.
Bayu mengetahui kalau tanaman ini hampir punah. Pasalnya, meski sejenis gandum namun harganya sangatlah murah. Sehingga petani mulai enggan membudidayakannya. Dari ketertarikan itu, dia belajar untuk membuat sendiri penganan dari sorghum, dan berhasil membuat kukis. Ternyata, panganan ini banyak disukai. Dari sanalah pemuda yang berdomisili di Mataram Lombok ini memutuskan untuk memulai usaha yang menggunakan organic food yaitu sorghum.
“Jadi ide awalnya seorang kawan bercerita kalau di Lombok ada tanaman sejenis gandum yang harganya murah. Saking murahnya, petani setempat bingung mau dibuat apa. Tertarik dengan itu, saya pun melakukan riset dan eksperimen untuk membuat produk dari tanaman ini,” ungkap Bayu.
Dari produk kue yang dia buat itu, Bayu melihat peluang baru. “Saya juga terinspirasi melihat banyak startup yang mulai “main” di organic food. Kenapa tidak jika saya juga memperkenalkan produk dari sorghum ini lebih luas lagi,” ujarnya.
Gandeng Petani
Sejak tahun 2017 produk cookies dengan label Yant Sorgum pun diluncurkan ke pasar sebagai produk oleh-oleh khas Lombok. Dan setahun kemudian peminat akan kue ini semakin luas.
“Pada tahun 2018 ini kami melakukan ekspansi ke pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Kami memanfaatkan demamnya produk sehat. Kami juga berkolaborasi dengan beberapa startup di Surabaya dengan konsep Business to Business (B2B) dengan kapasitas penjualan yang besar,” paparnya.
Langkah ini terbilang berani. Mengingat ketersediaan bahan baku sorghum masih terbatas. Alumni Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat ini harus melakukan pendekatan kepada para petani untuk mau menanam sorghum. Dan itu tentu butuh biaya dan tenaga yang tidak sedikit.
“Kami berusaha mengajak kerja sama pemerintah dan pihak swasta seperti Astra dan Unilever untuk bisa mendorong petani menanam sorghum. Hal ini tidak mudah karena selama ini nilai penjualan sorghum sangat rendah. Tetapi dengan dukungan berbagai pihak akhirnya ketertarikan menanam sorghum semakin besar,” ungkapnya.
Dia berkisah, kalau respon awal masyarakat di Lombok akan sorghum sangat rendah. “Kami berusaha menunjukkan kalau tanaman ini punya pasar, dan kami menjamin bisa membuat orang-orang membelinya,” ujarnya.
Bahkan, Bayu berjanji akan membuat daerah agrowisata untuk para petani yang memberdayakan sorghum.” Kami juga menjanjikan pendapatan petani tidak hanya dari menjual bahan mentah, tetapi juga dari bahan setengah jadi yang kami ajarkan cara membuatnya seperti tepung, beras dan gula dengan harga sekitar Rp 15 ribu per 250 gram sorghum,” ungkapnya.
Selain itu, dia berhasil meyakinkan para petani bahwa jenis pangan ini baik untuk ketahanan pangan. Karena sorghum ini cocok untuk ditanam di lahan kering.
Ekspansi
Dengan pendekatan tersebut akhirnya mulai banyak petani yang tertarik. Saat ini ada 60 petani yang bermitra dengan Yant Sorghum. Mereka juga mengolah 10 sampai 12 lahan seluas 12 hektar.
“Kalau ada pemintaan sorghum yang meningkat, kami juga bermitra dengan petani lain dari Jawa Timur, Jawa Tengah dan NTT,“ ujar Bayu.
Selain kendala dari petani, kendala lain juga pernah dialami Bayu. Mulai dari gagal mendapatkan pasar hingga gagal panen akibat hama dan cuaca.
“Kendala pertama membangun bisnis ini saya sempat mengalami kesulitan meraih pasar, kesulitan bahan baku mungkin karena hama-hama yang nggak bisa kami prediksi bakal terjadi. Selain itu, kami juga sempat terkendala soal SDM, ungkapnya.
Namun, Bayu tak mau menyerah pada berbagai kendala yang dihadapinya. Lebih dari itu, ia pun terus melakukan edukasi pada masyarakat di sekitarnya.
“Saya terus mengatakan bahwa sorghum ini punya pasar tersendiri dan bernilai baik. Selain itu, dengan menanam sorghum maka petani akan dapat memperoleh hasil yang lebih baik sehingga dapat mengentaskan kemiskinan di wilayahnya,” ucapnya.
Bayu membeberkan, saat ini total produksi sorghum dalam sebulan bisa mencapai 1 sampai 2 ton untuk beras dan tepung. Sedangkan, untuk gula produksinya 400 sampai 500 kg per bulannya.
“Jadi 1 hektar sorghum itu bisa mengahsilkan 5 sampai 6 ton setiap 3 bulan. Jadi dalam setiap bulannya tinggal kami bagi aja mungkin sampai 1 hingga 2 ton,” ungkapnya.
Bayu berharap kedepan produk sorghum semakin lebih dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Dia manargetkan akan melakukan ekspansi agar produk Yant Sorghum dapat semakin luas. Tidak hanya di Lombok dan Bali, kini Yant Sorghum telah menjangkau pasar Jakarta, Bandung, Surabaya dan Kalimantan.
“Kesadaran masyarakat akan produk yang sehat semakin tinggi karena itu kami yakin produk berbahan sorghum akan semakin diminati dan mendapat pasar yang lebih luas lagi,” pungkasnya.
==================================
Muhammad Bayu Hermawan
- Tempat Tanggal Lahir : Banjarmasin 13 September 1996
- Pendidikan Terakhir : Sarjana Hukum Universitas Lambung Mangkurat
- Mulai Usaha : 2017
- Nama Usaha : Yant Sorghum
- Modal Awal : Rp 60 – Rp 80 Juta
- Jumlah karyawan : 27
- Mitra : 60 petani
- Omset : Rp 150 juta per bulan
- Prestasi : Juara II, Indofood Local Pitch Startup Competition 2018
====================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post