Nafas Indonesia: Polusi Udara di Jakarta Tingkatkan Kasus Pneumonia pada Balita

Nafas Indonesia

Nafas Indonesia: Polusi Udara di Jakarta Tingkatkan Kasus Pneumonia pada Balita (Foto: Ilustrasi)

youngster.id - Pneumonia dikenal sebagai “silent killer“, yang bertanggung jawab atas 14% dari seluruh kematian anak di dunia, dan merenggut lebih dari 800.000 nyawa anak di bawah lima tahun setiap tahunnya. Polusi udara partikulat halus (PM2.5) telah mengakibatkan meningkatnya kasus pneumonia pada balita di Jakarta.

Temuan itu terungkap dari studi terbaru startup Nafas Indonesia yang bekerja sama dengan DBS Foundation dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dalam white paper inovatif berjudul “Napas Terputus di Tengah Polusi: Dampak PM2.5 terhadap Pneumonia pada Balita di Jakarta”.

CEO Nafas Indonesia Nathaniel Roestandy mengatakan, white paper ini menunjukkan bahwa udara bersih bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga menjadi isu kesehatan publik yang sangat mendesak.

“Pendekatan berbasis data yang kami terapkan, dikombinasikan dengan ketelitian akademik FKM UI, serta dukungan DBS Foundation sebagai mitra strategis, memperkuat urgensi untuk segera mengambil tindakan demi kesehatan anak-anak kita,” kata Nathaniel, Kamis (10/7/2025).

Menurut white paper itu, di Jakarta rata-rata tahunan PM2.5 mencapai 35–40 μg/m3–hingga tujuh kali lipat di atas ambang aman tahunan yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO), yaitu 5 μg/m3. Penelitian ini mempertegas bahwa tingginya kadar PM2.5 sangat terkait erat dengan meningkatnya prevalensi kasus pneumonia, sehingga menempatkan ribuan anak-anak di Jakarta pada risiko kesehatan yang serius.

Setiap kenaikan 10 μg/m3 PM2.5 berhubungan dengan peningkatan prevalensi pneumonia hingga dua kali lipat pada balita di beberapa kecamatan di Jakarta. Satu dari 20 balita di Jakarta terdiagnosis pneumonia sepanjang tahun 2023. Dan kasus pneumonia cenderung meningkat pada musim kemarau, bersamaan dengan melonjaknya level PM2.5.

Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan, sebagai penerima dana hibah dari DBS Foundation, Nafas Indonesia menjadi contoh nyata bagaimana Social Enterprise dan Bisnis Berdampak dapat memanfaatkan teknologi dan kolaborasi untuk mewujudkan perubahan sistemik.

“Kami mendukung Nafas dalam upayanya meningkatkan kesadaran masyarakat akan kondisi udara yang lebih baik. Dengan begitu, setiap anak di Jakarta dan seluruh Indonesia bisa menjadi lebih sehat dan sejahtera di masa mendatang,” ujar Mona.

 

HENNI S.

Exit mobile version