Nezatullah Ramadhan : Membangun Bisnis Kreatif Demi Anak Jalanan

Nezatullah Ramadhan, Founder & CEO Nara Kreatif (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)

youngster.id - Anak jalanan masih merupakan masalah kesejahteraan sosial yang serius di Indonesia. Sejumlah pihak pun tergerak untuk turun tangan membantu dan turut menyelesaikan masalah anak jalanan ini. Termasuk para wirausahawan muda yang merasa terpanggil untuk bisa membantu anak-anak jalanan meraih impian hidupnya yang lebih baik.

Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI, jumlah anak jalanan di seluruh Indonesia pada tahun 2006 sebanyak 232.894 anak, tahun 2010 sebanyak 159.230 anak, tahun 2011 turun menjadi 67.607 anak, dan pada tahun 2015 menjadi 33.400 anak.

Anak-anak itu berada pada situasi dan kondisi jalanan sangat keras dan membahayakan bagi kehidupan. Ancaman kecelakaan, eksploitasi, penyakit, kekerasan, perdagangan anak, dan pelecehan seksual sering mereka alami. Kondisi ini juga sangat rentan terhadap pelanggaran bagi hak anak. Mereka kehilangan mimpi dan semangat. Mereka hanya berfikir bagaimana melangsungkan hidup hari ini dan tidak terlalu peduli bagaimana esok akan berlangsung

Kondisi ini menimbulkan kegelisahan dalam diri Nezatullah Ramadhan. Lingkungan sekelilingnya di Jakarta Timur banyak anak jalanan. Dia semakin terdorong membuat usaha ini setelah mendengar  cerita dari mendiang sang ibu juga seorang guru di sebuah SMP Negeri di Jakarta.

”Mendiang ibu sering bercerita bagaimana kondisi anak-anak di sekolah. Sebagai inisiator, saya akhirnya memutuskan waktu itu bagaimana caranya agar anak-anak jalanan itu tidak lagi mempunyai kegiatan di jalan. Saya ingin memberikan wadah dan tempat untuk mereka berkreatifitas dan meninggalkan kegiatannya di jalan dan memberikan nilai kehidupan yang baik untuk mereka,” ungkap Founder dan CEO Nara Kreatif ini kepada Youngsters.id saat ditemui di kantornya kawasan Kampung Dukuh Jakarta Timur belum lama ini.

Pada tahun 2013, pria yang akrab disapa Neza ini pun memutuskan untuk membuka Nara Kreatif. Ini adalah bisnis kreatif berbasis lingkungan yang melibatkan sejumlah anak jalanan. Menariknya, selain berupaya untuk mendatangkan profit, usaha yang dirintis putra pasangan Astarizal Munaf dan Alm. Erma Dewita M itu membawa dampak sosial yang luar biasa positif bagi kesejahteraan anak-anak terpinggirkan itu.

“Saya sangat yakin, dengan keikhlasan, kesabaran, dan kompaknya kepedulian mayarakat, mereka bisa menata kehidupan dengan lebih baik lagi,” ujarnya.

Berbekal keterampilan dan keahlian Neza mendaur ulang kertas, alumni Politeknik Jakarta ini mendidik sejumlah anak jalanan untuk membuat produk kreatif berbahan daur ulang sampah. Kebanyakan dari mereka memang putus sekolah, bahkan ada di antaranya adalah penyandang cacat.

Nara Kreatif menawarkan usaha pengolahan limbah lingkungan menjadi barang tepat guna. Beberapa jenis limbah yang digunakan, antara lain beragam kertas yang kemudian disulap menjadi beragam benda sumber peralatan kerja kantor, dekorasi ruangan, kemasan produk, paper bag dan beberapa produk lainnya.

Produk-produk tersebut dipasarkan ke beberapa perusahaan yang menjadi sumber asal bahan baku limbah.  Salah satunya kerjasama dengan Mark, perusahaan dari Jerman dalam pengembangan usaha sosial ini. “Melalui kerjasama ini, sudah ada beberapa murid-murid yang belajar di Nara Kreatif setelah mereka lulus dari pendidikannya di bangku kuliah, mereka berkesempatan untuk bekerja di perusahaan itu dengan pendapatan yang baik. Ini adalah menjadi salah satu kebahagiaan dan kebanggan kami,” jelas lelaki kelahiran Padang, 8 April 1991.

Meski belum bisa dikatakan profitable sebagai sebuah bisnis besar, namun yang pasti apa yang dilakukan oleh Neza berhasil membuat perubahan positif lewat langkah nyata. Bahkan bisnis yang berpusat di Kramat Jati Jakarta Timur ini, sekarang telah mempunyai asrama untuk anak asuh. Selain itu ada program pendidikan, mulai dari kejar paket pendidikan untuk tingkat SD sampai SMA hingga memberikan beasiswa bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.

 

Neza dan anak-anak jalanan binaan Nara Kreatif (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)

 

Konflik dan Penolakan

Sesungguhnya kegiatan Nara Kreatif bukan hal yang sederhana. Neza mengakui di awal usaha ini dia mengalami berbagai konflik dan penolakan. Tak hanya itu, modal yang dia keluarkan tidak sedikit, mulai dari uang tabungan, hadiah hingga makan siang bagi anak-anak itu dia siapkan sendiri.

Menurut Neza, usaha Nara Kreatif dibangun ketika ia masih berkuliah di Politeknik Negeri Jakarta. Ketika itu dia nyaris gagal menyelesaikan kuliah karena nilainya kurang memenuhi syarat. “Dari peristiwa itu saya mulai bangkit, memperbaiki nilai dan belajar serius. Sehingga dosen yang pernah memberi saya nilai nol, lama-kelamaan mereka pun percaya bahwa saya bisa membuktikan dan memperbaiki kesalahan,” kenangnya.

Berangkat dari pengalaman itulah dia ingin juga membawa anak-anak jalanan mengapai impian mereka menjadi sukses. Bersama beberapa rekan mereka mulai dengan program bimbingan belajar untuk anak-anak. Dari sana mulai terpikir untuk membangun usaha bagi kesejahteraan anak-anak tersebut dalam bentuk social creatipreneur education.

“Jadi waktu masih duduk di bangku kuliah, saya pernah ikut lomba wirausaha di kampus dan menang. Hadiah lomba itu ditambah pinjaman modal dari kampus dengan jaminan ijazah menjadi langkah awal mulai usaha ini,” ungkapnya. Nara Kreatif mendapatkan bantuan sebesar Rp 37 juta, dengan jaminan ijazah Neza dan kawan-kawan.

Namun tak hanya modal yang dibutuhkan, juga kesediaan para anak jalanan. Dan Neza mengalami konflik dengan mereka yang ingin dibantu. Minimnya kondisi ekonomi yang dialami oleh para anak jalanan tersebut, menjadi alasan bagi mereka tidak tertarik untuk mengembangkan diri lewat program yang ditawarkan dirinya.

Akan tetapi, sikap sabar, berani dan bekal mendidik yang pernah didapat dari sang ibunda yang menular ke dalam diri Nezatullah membuatnya terus berupaya untuk melakukan pendekatan humanis. Bahkan untuk bisa menarik minat mereka, Neza merelakan uang pribadinya sendiri.

“Untuk memancingnya tentu kami harus punya uang untuk membuatnya tertarik. Hampir setiap hari ibu selalu memasak dan menyiapkan makanan untuk mereka, di sinilah rintangan tersulitnya karena keterbatasan dana yang kami miliki,” ungkapnya.

Meski demikian Neza tidak patah semangat. Menurut dia, anak-anak jalanan bukanlah anak-anak yang tidak mempunyai masa depan. Mereka hanya tidak tahu harus bagaimana menghadapi ujian hidup berupa kepapaan di masa kanak-kanaknya. Jadi, harus ada orang yang dengan sengaja berupaya memutus rantai kemiskinan yang menimpa mereka.

 

Neza dan tim Nara Kreatif bersama anak-anak jalanan binaannya (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)

 

Visi Melayani

Neza memutuskan Nara Kreatif mengolah sampah menjadi produk kreatif daur ulang. Hal itu karena dia memiliki keahlian itu. Selain itu, untuk mendapatkan bahan baku tidak harus memakai uang. Dengan begitu, modal yang diperlukan Neza tidak akan terlalu besar. Justru, sampah yang dibuang orang dan dianggap tidak bermanfaat harus bisa menyambung hidup anak-anak-anak jalanan ini.

Beberapa jenis produk yang dibuat oleh Nara Kreatif di antaranya mesin bubur kertas serta pengurai serat yang dapat digunakan untuk kerajinan kertas daur ulang. Untuk mengoptimalkan pembinaan, Neza  menyewa rumah petak agar pekerjaan anak-anak binaan dilakukan di rumah kontrakan tersebut.

Namun, dalam setahun usaha Neza belum membuahkan hasil yang memuaskan. Keuntungan yang diperoleh dari usaha daur ulang sampah kertas menjadi produk bernilai ekonomi ini masih terus membutuhkan dana pribadi Neza. Bahkan, kedua rekannya yang pada awal ikut serta, memutuskan meninggalkan usaha ini.

Melihat hal ini Neza memutuskan untuk membuat yayasan. Lewat yayasan, anak-anak binaan akan lebih mudah mendapatkan proyek dan bantuan yang lebih layak daripada hanya sekumpulan anak-anak jalanan. Lahirlah Yayasan Nara Kreatif, dengan mentor dari Profesor Raldi Artono Koestoer, guru besar Teknik Mesin UI dan Nurokhim, pendiri sekolah Master (Masjid Terminal) Depok.

Lalu, ada Dian Hardiyanti Karren yang akhirnya menjadi istrinya turut membantu usaha ini. Dengan usaha keras mereka Yayasan Nara Kreatif akhirnya berkembang pesat. Kini ada 20 anak asuh yang berada dalam naungan Nara Kreatif.

Dalam keseharian, anak-anak binaan Nara Kreatif tinggal di yayasan, menjadikan Rumah Kreatipreneur sebagai sanggar. Bukan hanya mengolah kertas daur ulang, tetapi mereka juga bisa sekolah gratis. Mulai tahun ini Rumah Kreatipreneur bekerjasama dengan Sekolah Master (Masjid Terminal) Depok dalam melaksanakan ujian paket A, B, C, sehingga anak-anak bisa memperoleh ijazah. Yayasan juga membuka kesempatan untuk masyarakat sekitar untuk belajar.

Bantuan pun datang dari pihak lain seperti perbankan dan perusahaan. Bahkan, Neza sendiri diganjar dengan prestasi sebagai jawara Wirausaha Sosial Mandiri 2014 dan menjadi Duta Sosial Nasional 2014. Selain itu, rekannya mengembangkan Nara Kreatif, Dian, juga dinobatkan sebagai Pemenang Favorit 2014 Women Of Worth Loreal Paris.

Neza dan Dian berharap lewat Nara Kreatif nantinya para anak jalanan tersebut tidak hanya mendapat pengalaman untuk membuat usaha mandiri, namun juga diupayakan dapat berubah dari sisi karakter serta kemandiriannya.

“Yang jelas kami tidak memberdayakan anak-anak, tetapi kami mencoba mewujudkan mimpi anak-anak jalanan ini yang dipandang sebelah mata. Intinya dari mereka untuk mereka. Yayasan Nara Kreatif hanya sebagai pembuka saja untuk mewujudkan mimpi mereka jadi kenyataan. Dan, ke depannya kami ingin mempunyai unit usaha dibeberapa daerah lain dan anak-anak asuh di Nara Kreatif ini yang menjalankannya salah satunya di bidang kuliner, “ ungkapnya.

Yayasan Nara Kreatif mulai terkenal dan mendapatkan banyak order dari berbagai pihak. Kepercayaan dan kepedulian para pelanggan, pengusaha, kantor-kantor, dan semua orang adalah salah satu jalan agar anak-anak jalanan ini bisa mencari rezeki dengan lebih baik sekaligus bisa sekolah. Sebuah cara meretas langkah untuk menyelamatkan anak-anak bangsa, sekaligus menanggulangi permasalahan sampah.

“Kami memang belum profit karena ini bisnis sosial. Dan kami menyebutnya bukan omset, tapi biaya produksi yang kami keluarkan di sini sekitar Rp 60 juta per bulannya untuk menutupi produksi setiap bulannya. Tapi kami bersyukur,  meski 5 bulan belakangan ini, kami cukup kerepotan menutupi biaya produksi, tetapi saya yakin masih ada jalan ketika hal yang baik ini kami lakukan. Itu yang seperti diajarkan di agama dan saya yakin, “ pungkasnya.

 

=======================================

Nezatullah Ramadhan

Prestasi :

==========================================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version