youngster.id - Perusahaan kecerdasan buatan OpenAI berinvestasi ke startup Adaptive Security yang berfokus pada keamanan siber dari ancaman berbasis AI. Fokus utama Adaptive Security adalah pada serangan rekayasa sosial (social enginerring).
Dilansir dari Tech Crunch pada Jumat, investasi sebesar US$43 juta yang dilakukan melalui OpenAI Startup Fund dan Andreessen Horowitz ini merupakan investasi pertama terhadap perusahaan keamanan siber.
“Investasi terbaru ini akan digunakan untuk merekrut lebih banyak tenaga ahli, guna mengembangkan produk dan membuat inovasi dalam berbasis AI untuk mencegah kejahatan penjahat siber,” ungkap CEO dan Co-founder Adaptive Security Brian Long, dikutip Senin (7/4/2025).
Adaptive Security menggunakan pendekatan unik dengan mensimulasikan serangan berbasis AI untuk melatih pengguna mengenali ancaman semacam itu. Fokus utama Adaptive Security adalah pada serangan rekayasa sosial (social engineering), di mana peretas mencoba meyakinkan korbannya untuk melakukan sesuatu yang tidak seharusnya mereka lakukan, seperti mengklik tautan berbahaya.
Misalnya, seorang pengguna mungkin menerima panggilan telepon dari seseorang yang terdengar seperti CTO perusahaan yang meminta kode verifikasi. Namun, suara tersebut bukan berasal dari CTO yang sebenarnya, melainkan suara yang telah dipalsukan oleh Adaptive Security menggunakan AI.
Meskipun tampak sederhana, teknik ini telah menyebabkan kerugian besar. Contohnya adalah kasus Axie Infinity, yang kehilangan lebih dari US$600 juta akibat tawaran pekerjaan palsu kepada salah satu pengembangnya pada tahun 2022.
Platform ini tidak hanya terbatas pada panggilan telepon, tetapi juga mencakup pesan teks dan email, serta menganalisis area paling rentan dalam suatu perusahaan dan melatih staf agar lebih waspada terhadap risiko tersebut.
Selain itu, OpenAI kembali menghadirkan inovasi untuk ChatGPT dengan pembaruan besar-besara pada fitur Advanced Voice Mode. Kini, pengguna bisa ngobrol secara real-time dengan AI lebih natural, minim interupsi, dan lebih responsif.
Fitur baru ini bertujuan mengatasi kelemahan asisten suara AI sering kali menyela penggunaan saat mereka sendang berpikir atau berhenti sejenak dalam percakapan. Pembaruan ChatGPT ini membuat chatbot lebih fleksibel dalam memahami jeda percakapa, sehingga pengguna bisa berbicara lebih santai tanpa takut dipotong oleh AI.
Langkah ini menjadi keunggulan OpenAi di tengah persaingan ketat industri AI, dengan Apple, Google, dan Amazon yang terus berinovasi dalam teknologi serupa.
STEVY WIDIA