youngster.id - Usaha kecil menengah (UKM) bisa mendapatkan banyak keuntungan jika menerapkan teknologi digital (digitalisasi) dalam model bisnis mereka, yang akan meningkatkan produktivitas dan membuka sumber penghasilan yang baru.
Riset dari Asia Pacific MSME Trade Coalition (AMTC) menyebut digitalisasi dapat menghemat biaya ekspor UMKM di India, China, Korea Selatan dan Thailand hingga US$ 339 miliar. Selain itu, teknologi digital dapat menghemat waktu ekspor 29% dan mengurangi biaya hingga 82%.
Masa Pandemi Covid-19 menjadi urgensi akan peningkatan digitalisasi di antara komunitas UKM lebih besar dari sebelumnya agar dapat ‘bertahan dan berhasil di norma baru’.
Faridah Lim, Country Manager JobStreet Indonesia menjelaskan bahwa digitalisasi adalah elemen penting untuk keberlanjutan bisnis, sementara memiliki tenaga kerja ‘digital first’ sama pentingnya untuk UKM.
“Karena masa yang penuh ketidakpastian ini, UKM sebaiknya menggunakan kesempatan ini untuk mengubah model bisnis mereka secara digital. Pertama, mereka harus tahu untuk mulai dari mana sebelum membangun tenaga kerja digital yang kuat untuk mempercepat transformasi,” ujar Faridah Lim dalam siaran pers Sabtu (3/7/2021).
Selain itu, pentingnya keberlanjutan bisnis. Studi SAP terbaru menyimpulkan bahwa memberikan pengalaman konsumen yang positif melalui digitalisasi telah menjadi pertimbangan strategi utama di Asia Tenggara. SAP menekankan bahwa PSBB karena Covid-19 telah menunjukkan peran penting teknologi sebagai pengaktif operasi dan untuk keberlanjutan bisnis.
“Terlepas dari industrinya, setiap perusahaan harus melakukan transformasi bisnis menjadi perusahaan pintar dengan tetap mengingat bahwa konsumen adalah kunci untuk bertahan dan pertumbuhan berkelanjutan. Teknologi memungkinkan keberlanjutan bisnis untuk organisasi terutama karena adanya PSBB dan memperkuat bisnis dengan kemampuan untuk merespon kebutuhan pribadi customer, melibatkan talent dengan cara baru dan menciptakan model bisnis disruptive yang sangat penting bagi industri,” papar Faridah lagi.
Meskipun demikian, manfaat digitalisasi sudah jelas, tingkat digitalisasi di komunitas UKM tetap masih rendah. Menurut data Bank Indonesia (BI), baru 13% UKM yang telah memasuki pasar digital.
Walaupun digitalisasi proses bisnis seperti ecommerce dan pengembangan web telah berjalan, UKM di Indonesia masih mengalami hambatan untuk digitalisasi karena kurangnya pengetahuan dalam menjalankan bisnis daring, teknologi yang belum siap dan keterbatasan infrastruktur.
“Oleh karena itu, perusahaan yang berkembang dengan cepat di industri baru seperti ecommerce dan ride hailing telah merasakan manfaat dari teknologi sebagai inti model bisnis mereka terutama sejak masa pandemi,” pungkas Farida.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post