youngster.id - Paper.id luncurkan produk terbaru Buy Now Pay Later (BNPL) yang ditujukan untuk usaha kecil dan menengah (UKM). Startup di bidang invoicing B2B di Indonesia ini berharap lewat produk ini dapat membantu mengatasi masalah UKM dalam memenuhi permintaan konsumen tanpa sumber pendanaan bisnis di masa pandemi ini.
Platform yang sejak awal tahun telah memproses invoice senilai US$640 juta dan memvalidasi lebih dari 3.000 invoice untuk produk BNPL ini juga membuat produk Get Paid Faster, buat pelaku usaha yang belum membutuhkan skema BNPL.
“Fitur-fitur ini diharapkan dapat menjadi solusi pendanaan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh lebih dari 200.000 UMKM di Indonesia,” kata Yosia Sugialam CTO dan Co-Founder Paper.id dalam keterangannya, Kamis (7/10/2021).
Untuk produk ini Paper.id menggandeng investor strategis, Buana Sejahtera Group, grup perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, logistik, dan perhotelan. Kerjasama ini guna memperluas kapabilitas Paper.id dalam pendanaan bisnis dan penetrasi ke dalam supply chain konvensional.
“Berdasarkan data internal kami, kebanyakan UMKM dalam B2B hanya memiliki sedikit opsi untuk membayar supplier mereka, yakni dengan metode cash atau transfer bank saja. Kami memberikan lebih banyak opsi lewat produk BNPL dan pembayaran digital, seperti kartu kredit, terlepas apakah supplier mereka menyediakan metode pembayaran tersebut. Kabar baiknya, fitur-fitur tersebut akan dihadirkan bagi semua pengguna Paper.id,” kata Yosia lagi.
Menurut dia, perusahaan yang menggunakan fasilitasi pendanaan, cenderung menggunakan pembayaran dan invoicing digital juga. Oleh sebab itu, ini menjadi indikasi positif dalam transformasi dan digitalisasi seluruh supply chain.
Sementara itu, Simon Pratama selaku Direktur Buana Sejahtera Group, mengatakan alasannya berinvestasi pada sejumlah perusahaan, terutama perusahaan fintech lending dan payment di Indonesia yang dapat bersinergi dengan visi dan misi perusahaan.
“Kami melihat, Paper.id dengan berbagai keunggulan unik yang dimiliki, seperti invoicing, payment dan pendanaan bergerak sebagai startup yang bukan hanya membantu proses digitalisasi dan pendanaan dalam ekosistem kami, tapi juga membantu para pelaku usaha lainnya di supply chain lain di seluruh Indonesia,” ucapnya.
CEO dan Co-Founder Paper.id Jeremy Limman menambahkan kondisi pandemi saat ini memberikan kesempatan yang unik bagi pihaknya untuk turut serta membantu menstabilkan keadaan UMKM dalam berbisnis. “Selain itu, untuk sekaligus memberikan opsi lebih banyak untuk mengatasi masalah arus kas, baik secara finansial maupun operasional. Kedua solusi ini telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir,” ungkapnya.
Saat ini Paper.id telah menyalurkan pembiayaan berbasis rantai pasok lebih dari US$10 juta dan mengklaim bahwa tingkat pembayaran digital naik 3 kali lipat sejak peluncuran kedua produk tersebut. Bahkan dalam 2 tahun terakhir, Paper.id telah memproses invoice dengan nilai kumulatif lebih dari US$1 miliar.
Selagi faktur dan pembukuan gratis masih terus berkembang, Paper.id melihat percepatan tingkat pertumbuhan dan adopsi melalui produk-produk pendanaan dan pembayaran digital melengkapi trifecta dalam transaksi B2B: invoice atau dokumen bisnis, pembayaran, dan pendanaan.
“Kami bersemangat melihat momentum ini dan melihat ke depan bahwa tidak hanya mengubah beberapa supply chain dari berbagai segmen, tapi juga memberdayakan banyak supplier dan buyer dengan opsi pembayaran dan pendanaan usaha yang mereka butuhkan,” pungkas Jeremy.
STEVY WIDIA
Discussion about this post