youngster.id - Popularitas Paylater atau Buy Now Pay Later (BNPL) sebagai salah satu layanan keuangan digital terus mengalami perkembangan pesat.
Merujuk pada laporan “Unveiling Indonesia’s Financial Evolution: Fintech Lending and Paylater Adoption” yang diluncurkan oleh Populix, 55% responden menyatakan pernah menggunakan layanan Paylater.
Popularitas Paylater diantaranya didorong oleh ketimpangan penetrasi akses kredit diiringi cepatnya adopsi digital serta kemudahan akses dan fleksibilitas pembayaran yang ditawarkan oleh Paylater.
Seiring dengan peningkatan popularitasnya, Paylater telah menjadi alat pembayaran pilihan bagi masyarakat untuk berbelanja berbagai kebutuhan, tidak hanya terbatas pada kebutuhan mendesak. Temuan dari riset yang dilakukan oleh Kredivo dan Katadata Insight Center menunjukkan bahwa sebanyak 56,8% pengguna Paylater menggunakan layanan ini untuk membayar kebutuhan bulanan dengan cicilan tenor kurang dari 1 tahun, sementara 52,1% menggunakannya untuk keperluan yang mendesak.
Selain itu, penggunaan Paylater tidak lagi terbatas pada merchant online saja, tapi juga telah merambah ke merchant offline. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah transaksi di merchant offline Kredivo pada tahun 2023 tumbuh hingga 2 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital CELIOS mengatakan, Paylater kini telah menjadi salah satu layanan pembiayaan digital dengan potensi yang menjanjikan, seiring dengan masih tingginya kebutuhan masyarakat akan akses kredit yang mudah dan aman.
Namun demikian, lanjut Nailul, edukasi mengenai penggunaan Paylater masih perlu ditingkatkan, terutama dalam memahami manfaat, tanggung jawab, serta risiko dari Paylater. Dampak Paylater juga sangat tergantung dari penggunaannya. Jika digunakan dengan bijak, Paylater dapat membantu dalam mengatur cash flow dan memenuhi berbagai kebutuhan, bahkan membantu meningkatkan skor kredit.
“Jika tidak dikelola dengan baik, layaknya inovasi layanan keuangan pada umumnya, penggunaan Paylater bisa berdampak negatif, termasuk potensi kredit macet hingga penurunan skor kredit. Akibatnya, pengguna tidak dapat mengakses layanan pembiayaan lembaga jasa keuangan lainnya. Oleh karena itu, kesadaran dari pengguna menjadi kunci utama,” jelas Nailul, Kamis (21/3/2024).
Lantas, apa saja hal yang harus diperhatikan pengguna supaya dapat mengoptimalkan manfaat dari Paylater? Pertama, posisikan Paylater sebagai alat pembayaran bukan alat berhutang. Paylater bukanlah bentuk sumber tambahan uang atau pinjaman seperti fintech P2P lending atau pinjaman online. Sebaliknya, Paylater adalah layanan keuangan digital yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pembelian tanpa harus membayar secara langsung, sehingga membantu mereka mengelola cash flow dan menyisihkan dana untuk kebutuhan lainnya.
Kedua, sadar akan kemampuan finansial sebelum menggunakan Paylater. Sebelum memanfaatkan Paylater, penting bagi pengguna untuk memiliki pemahaman yang jelas mengenai kemampuan finansial mereka, termasuk pendapatan dan pengeluaran bulanan, serta apakah mereka memiliki cukup dana untuk melunasi tagihan Paylater dalam waktu yang ditentukan tanpa menimbulkan beban keuangan yang berlebihan.
Ketiga, ingat, perhitungkan bunga dan biaya layanan yang dikenakan penyedia Paylater. Paylater mengenakan bunga sebagai biaya untuk penundaan pembayaran, dan biaya layanan sebagai biaya untuk pengembangan layanan penyedia Paylater. Oleh karena itu, pengguna harus membaca syarat dan ketentuan serta perjanjian pinjaman untuk memperhitungkan bunga dan biaya layanan serta total tagihan keseluruhan saat menggunakan Paylater.
Keempat, gunakan Paylater untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan skala prioritas. Paylater dirancang sebagai layanan keuangan yang membantu pengguna memenuhi beragam kebutuhan sehari-hari mereka. Namun, penting bagi pengguna untuk memastikan bahwa penggunaan Paylater tetap terfokus pada kebutuhan yang sesuai skala prioritas. Menggunakan Paylater tanpa mempertimbangkan skala prioritas kebutuhan dan hanya berdasarkan keinginan semata dapat memicu perilaku konsumtif yang tidak sehat.
Pertumbuhan pengguna Paylater juga dirasakan oleh Kredivo. Tercatat, jumlah pengguna Kredivo mengalami peningkatan hingga 20 kali lipat dalam 5 tahun terakhir dengan total jumlah dan nilai transaksi juga meningkat masing-masing hingga 58,59% (CAGR) dan 78.42% (CAGR) dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Indina Andamari, SVP Marketing & Communications Kredivo mengatakan, pertumbuhan jumlah pengguna maupun transaksi Kredivo menunjukkan tingginya animo masyarakat terhadap Paylater. Di lain sisi, masih banyak mispersepsi yang berkembang mengenai Paylater.
Menurutnya, Paylater seringkali dianggap sebagai pinjaman online (pinjol) atau fintech P2P lending, alih-alih sebagai alat pembayaran. Hal ini tentunya dapat berpotensi mempengaruhi perkembangan industri Paylater yang tengah tumbuh menjanjikan.
“Kondisi inilah yang mendorong Kredivo untuk gencar melakukan edukasi mengenai Paylater termasuk juga penggunaannya yang perlu dilakukan secara bijak. “Kami berharap literasi keuangan dan popularitas Paylater berkembang beriringan sehingga masyarakat bisa mendapatkan manfaat dan dampak optimal dari akses yang dihadirkan oleh layanan Paylater dari Kredivo,” kata Indina. (*AMBS)
Discussion about this post