youngster.id - Ekosistem Fintech di Asia Tenggara mencatat total pendanaan sebesar US$1,6 miliar pada tahun 2024, turun 23% dari US$2,1 miliar pada tahun 2023 dan penurunan signifikan sebesar 75% dari US$6,3 miliar pada tahun 2022.
Hal itu terungkap dalam laporan platform data Tracxn bertajuk “Tracxn Geo Annual Report: SEA FinTech 2024”. Laporan itu menyebutkan bahwa pendanaan pada tahun 2024 kembali ke tingkat sebelum pandemi, mencerminkan tantangan yang ditimbulkan oleh kondisi makroekonomi, kenaikan suku bunga, dan ketegangan geopolitik.
Walaupun menurun, namun sektor fintech ini menunjukkan ketahanan dan menjadi salah satu sektor dengan kinerja terbaik dalam lanskap startup teknologi secara keseluruhan di Asia Tenggara pada tahun 2024.
Selain itu, pendanaan juga menurun di semua tahap, dengan tahap akhir menghadapi dampak maksimal. Perusahaan-perusahaan fintech di kawasan ini memperoleh pendanaan tahap awal senilai US$190 juta, 6,4% lebih rendah dibandingkan US$203 juta pada tahun 2023.
Pendanaan tahap awal di kawasan ini turun 16% menjadi US$750 juta pada tahun 2024 dari US$893 juta pada tahun 2023. Pendanaan tahap akhir turun 31% menjadi US$694 juta pada tahun 2024 dari US$1 miliar pada tahun 2023.
Neha Singh, Co-Founder dan Chief Executive Officer Tracxn mengatakan, ekosistem fintech di Asia Tenggara menunjukkan ketahanan yang luar biasa pada tahun 2024, meskipun pendanaan turun menjadi US$1,6 miliar dari US$2,1 miliar pada tahun 2023.
“Meskipun ada tantangan seperti kenaikan suku bunga, semangat inovatif sektor ini terus bersinar, dengan segmen seperti pembayaran dan mata uang kripto mencapai pertumbuhan yang signifikan. Ini adalah momen penting bagi para startup untuk menyempurnakan strategi mereka dan membuka potensi besar di kawasan ini,” kata Singh, seperti dilansir TN Global, Selasa (14/1/2025).
Tercatat bahwa putaran Seri D senilai US$195 juta dari Ascend Money merupakan kesepakatan terbesar tahun ini di lanskap FinTech di Asia Tenggara. Kesepakatan penting lainnya senilai US$100 juta+ pada tahun 2024 termasuk putaran Seri D senilai US$148 juta dari ANEXT Bank, dan putaran Seri C senilai US$100 juta dari Bolttech.
Polyhedra Network menjadi satu-satunya Unicorn baru pada tahun 2024, setelah mengumpulkan US$20 juta dalam putaran pendanaan Seri B dengan penilaian US$1 miliar.
Menurut laporan itu, Singapura memimpin aktivitas pendanaan tahun ini, disusul Jakarta dan Bangkok. Perusahaan fintech yang berbasis di Singapura mengumpulkan dana sebesar US$955 juta pada tahun 2024, sementara perusahaan yang berkantor pusat di Jakarta dan Bangkok masing-masing mengumpulkan US$242 juta dan US$198 juta.
“Ekosistem fintech di Asia Tenggara berada pada titik perubahan. Meskipun tantangan ekonomi makro telah melemahkan aktivitas pendanaan, semangat kewirausahaan yang dinamis di kawasan ini telah melemahkan aktivitas pendanaan populasi muda, paham teknologi, dan inisiatif pemerintah yang suportif menjanjikan masa depan yang cerah,” kata Abhishek Goyal, Co-Founder Tracxn.
Investor paling aktif di ekosistem ini termasuk East Ventures, Y Combinator, dan 500 Global. Sedangkan Antler, Mirana, dan Alliance DAO merupakan investor tahap seed-stage yang paling aktif. Sementara UOB, Argor Capital Management, dan Peak XV Partners memimpin pendanaan tahap awal (early-stage). Adapun NewView Capital dan The Rise Fund adalah investor tahap akhir yang paling aktif. (*AMBS)
Discussion about this post