youngster.id - Pendanaan private equity dan modal ventura (VC), serta aktivitas transaksi di Asia Tenggara (ASEAN) mengalami penurunan pada tahun ini (data Oktober 2023) dibandingkan 2022.
Hal itu terungkap dari laporan perusahaan analisis aset investasi Preqin bertajuk “Preqin Territory Guide: Private Equity and Venture Capital in ASEAN 2023”.
Namun, menurut analisis Preqin, ASEAN tetap menjadi lokasi pertumbuhan masa depan, sebab nilai aset kelolaan (assets under management/AUM) VC mencapai rekor tertinggi baru pada 2023.
Laporan ini juga mengulas kondisi ekonomi terkini di ASEAN, serta menyajikan analisis tentang motor penggerak pertumbuhan penting dan sejumlah tantangan. ASEAN mengalami tekanan makroekonomi pada 2023, serta tingkat suku bunga dan inflasi tinggi dalam jangka panjang sehingga ekspor merosot.
Terlepas dari tantangan ini, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tetap terjaga positif dibandingkan Eropa dan Amerika Utara, mencapai 3,4% dan 5,8% di pasar-pasar utama ASEAN pada 2023. Di sisi lain, angkatan kerja yang berusia muda di ASEAN, terutama kelas menengah yang tengah berkembang di Asia Tenggara, akan terus menghasilkan permintaan atas solusi inovatif yang mendapat pendanaan dari industri VC.
Nilai AUM VC di ASEAN mencapai rekor tertinggi baru pada 2023. Meski demikian, penurunan aktivitas transaksi mencerminkan bahwa kelas aset tetap terdampak inflasi dan tekanan tingkat suku bunga, bahkan memengaruhi aktivitas transaksi pada seluruh kelas aset alternatif sepanjang 2023.
AUM VC di ASEAN mencapai laju pertumbuhan rata-rata yang disetahunkan sebesar 31% pada Desember 2019-Desember 2022, dan nilainya mencapai rekor tertinggi baru, yakni US$27,3 miliar pada Maret 2023. Sebagai perbandingan, AUM private equity di ASEAN tercatat senilai US$23,8 miliar pada Maret 2023.
Nilai cadangan kas (dry powder) VC juga memecahkan rekor pada Maret 2023, mencapai US$7,4 miliar. Rekor tertinggi ini tercapai dari nilai cadangan kas VC di ASEAN yang tumbuh sebesar 25% dari akhir Desember 2022-Maret 2023.
Menurut laporan ini, pertumbuhan ekonomi dan demografi negara-negara Asia Tenggara menjadi daya tarik investor di kawasan ASEAN.
Meski ada prospek pertumbuhan AUM VC yang lebih lanjut pada 2024, nilai transaksi VC total di ASEAN anjlok menjadi US$6,7 miliar pada 2023, menurut data yang terhimpun hingga Oktober lalu.
Angka tersebut kurang dari seperempat nilai transaksi pada 2021 yang mencapai US$24,0 miliar—rekor saat ini. Kendati demikian, rekor tertinggi ini tercapai ketika tingkat penggunaan layanan digital berjalan semakin cepat di pasar-pasar ASEAN, dan inovasi teknologi pun berkembang pesat. Di saat bersamaan, tingkat suku bunga yang rendah dan nilai modal yang besar tersedia sehingga mendorong angka transaksi yang tinggi.
Dari sisi negara-negara yang mendorong tren tersebut, Indonesia dan Singapura berkontribusi 86% terhadap nilai transaksi total di ASEAN pada tahun ini, berdasarkan data Preqin pada Oktober lalu. Di sisi lain, Vietnam dan Thailand juga memiliki pertumbuhan positif, bahkan angkanya pada 2022 masing-masing bertambah hampir tiga dan enam kali lipat dari nilai transaksi pada 2018.
Nilai pendanaan private equity dan VC di ASEAN tetap stabil pada 2022 di tengah kondisi makroekonomi yang kian memburuk dan tantangan berat. Angkanya mengalami penurunan pada tahun ini, terlihat dari 21 produk reksa dana yang meraih pendanaan US$2,7 miliar pada akhir Oktober lalu. Nilai modal secara agregat ini mencapai setengah dari nilai pendanaan senilai lebih dari US$5,4 miliar yang diraih 32 produk reksa dana pada 2022.
Namun, penurunan nilai pendanaan tersebut tidak terlalu tajam ketimbang nilai pendanaan di Asia untuk kombinasi kelas aset yang sama, tepatnya mencapai US$45,8 miliar pada 2023 hingga Oktober lalu—38% dari nilai pendanaan pada 2022 yang mencapai US$120,0 miliar.
Valerie Kor, Lead Author Preqin mengatakan, Asia Tenggara merupakan salah satu lokasi yang penuh prospek di Asia dari sisi pertumbuhan ekonomi. Penduduk berusia muda dan melek teknologi di Asia Tenggara menghasilkan permintaan solusi inovatif sehingga mendorong perkembangan industri VC. Nilai AUM VC di ASEAN terbukti tumbuh dengan konsisten secara tahunan.
“Meski aktivitas transaksi menurun pada 2023, sejumlah produk reksa dana baru yang dilansir dalam nilai besar berpotensi membangkitkan kembali ekosistem usaha rintisan di wilayah tersebut,” kata Kor, Kamis (14/12/2023).
Sejumlah temuan penting lainnya dalam laporan ini, antara lain, Vertex Ventures SEA & India Fund V, produk reksa dana VC dengan nilai terbesar yang dilansir pada 2023 hingga Oktober lalu berhasil meraih pendanaan US$541 juta—nilai terbesar kelima dalam 10 tahun terakhir.
Nilai transaksi VC: 40% dari nilai transaksi VC di ASEAN berasal dari sektor TI. Nilai transaksi penjualan aset (exit value) private equity di ASEAN tercatat senilai US$1,9 miliar pada 2023, menurun dari US$2,6 miliar, atau 27% dari angka pada 2022. (*AMBS)
Discussion about this post