Pendapatan Mitra UMKM Amartha Naik 38%

Amartha x Mitra

Kolaborasi Amartha, Mastercard Center for Inclusive Growth dan Accion untuk Digitalisasi Usaha Mikro (Foto: Istimewa/youngster.id)

youngster.id - Perusahaan microfinance bagi pelaku usaha ultra mikro Amartha mencatatkan peningkatan pendapatan di kalangan mitra sebesar 38%. Hasil itu terungkap dalam Sustainability Report (SR) periode 2021.

Amartha Sustainability Report merupakan laporan tahunan yang mempublikasikan hasil pengukuran dampak dari bisnis yang dijalankan oleh Amartha, baik dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial. Dengan mempublikasikan Sustainability Report, perusahaan berkomitmen untuk menjalankan bisnis yang berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat dan planet sesuai dengan prinsip SDG (Sustainable Development Goals) dari PBB dan ESG (Environment, Social, & Governance).

Aria Widyanto, Chief Risk and Sustainability Officer Amartha mengatakan, pihaknya percaya bahwa menjalankan bisnis yang profitable dapat beriringan dengan upaya menciptakan dampak berkelanjutan bagi lingkungan dan sosial. Lewat Sustainability Report, dia mengajak stakeholder lainnya untuk turut andil dalam mendukung akselerasi pemberdayaan UMKM lewat layanan keuangan yang inklusif.

“UMKM terbukti memiliki resiliensi yang cukup kuat, terlebih jika diberikan akses keuangan, digitalisasi, serta pendampingan usaha seperti yang dilakukan Amartha,” ucap Aria, Rabu (9/11/2022).

Berdasarkan Sustainability Report 2021, fintech ini telah menciptakan 130.000 UMKM baru lewat akses permodalan. UMKM ini merupakan mitra yang baru pertama kali mengembangkan usahanya berkat dukungan permodalan dari Amartha.

Dampak ekonomi juga terlihat dari meningkatnya jumlah lapangan kerja informal yang berhasil tercipta sepanjang tahun 2021. Sebanyak lebih dari 271.000 lapangan kerja informal tercipta dari mitra UMKM Amartha, angka ini meningkat 29% jika dibanding jumlah lapangan kerja pada tahun sebelumnya.

Amartha mencatatkan, sekitar 90.000 usaha ultra mikro binaan berhasil meningkatkan skala usahanya menjadi usaha kecil, dengan total omzet tahunan mencapai Rp300 juta.

Menurut Aria, peningkatan skala usaha dan pendapatan harus diiringi dengan kemampuan dalam mengelola keuangan. Oleh sebab itu, pihaknya juga konsisten memberikan edukasi literasi keuangan bagi mitra. Edukasi literasi keuangan ini meliputi pendidikan tentang pentingnya mencatat arus kas, membiasakan diri untuk menabung, serta literasi untuk memanfaatkan platform digital dalam mengakses layanan keuangan.

“Tanpa adanya edukasi, UMKM akan kesulitan memisahkan arus kas usaha dan pribadi, sehingga sulit mengembangkan usahanya,” tambahnya.

Sebelum bergabung dengan Amartha, hampir 30% mitra tidak memiliki tabungan dan tidak terbiasa menabung. Untuk itu, program edukasi literasi keuangan yang dijalankan juga meliputi proses pengukuran dampaknya. Sebanyak 276.000 mitra tercatat telah rutin menabung, bahkan penambahan jumlah tabungan mereka rata-rata meningkat 50% dalam setahun. Percepatan ini turut didukung oleh intervensi digital, yakni dengan menyediakan aplikasi Amartha+.

Diklaim Aria, secara kumulatif, sejak 2010 perusahaannya telah menyalurkan pendanaan mencapai Rp8,7 triliun kepada lebih dari 1,2 juta pelaku usaha ultra mikro yang tersebar di 35.000 desa di Indonesia. Termasuk memperluas jangkauan operasional dengan membuka 220 poin operasional baru, sehingga total poin operasional mencapai lebih dari 600 titik.

“Di tengah isu mengenai gejolak ekonomi secara global, Amartha tetap optimis dapat menjangkau jutaan pelaku usaha ultra mikro lainnya lewat akses keuangan inklusif. UMKM mampu bangkit dengan cepat apabila mendapatkan akses keuangan inklusif, serta berpeluang untuk memajukan ekonomi di Indonesia,” tutup Aria.

 

HENNI SOELAEMAN

Exit mobile version