youngster.id - Pasar kredit konsumen di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, khususnya pada segmen pinjaman berjangka pendek dengan nilai kecil. Segmen ini digemari oleh kelompok masyarakat yang membutuhkan dana cepat untuk kebutuhan darurat atau konsumtif seperti keperluan berobat, pendidikan, travelling, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit konsumen perbankan tumbuh sebesar 10,88% secara tahunan per September 2024. Angka pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan bulan Agustus yang tumbuh sebesar 10,83%. Tren ini menunjukkan naiknya kebutuhan masyarakat terhadap produk keuangan untuk berbagai keperluan.
Pada kuartal ketiga 2024, total penyaluran pinjaman mencapai Rp29,9 triliun. Pertumbuhan ini juga didukung oleh adanya 35,75 juta kontrak aplikasi pinjaman baru, yang artinya terjadi peningkatan pada penyaluran pinjaman berjangka pendek dengan nilai kecil sebesar 24,95% dibandingkan kuartal kedua tahun 2024.
Leonardo Lapalorcia, Presiden Direktur PT CRIF Lembaga Informasi Keuangan (CLIK) mengatakan, terkait dengan adanya peningkatan pada permintaan pinjaman jangka pendek dengan nilai kecil, CLIK menilai perlu ada inovasi di lingkup penilaian risiko kredit.
Menurutnya, akses data real-time dan adopsi progresif pada teknologi analitik yang canggih merupakan salah satu cara bagi pelaku industri memasuki era digital dalam penilaian risiko kredit yang inovatif.
“Sangat penting bagi pelaku industri untuk memastikan praktik pemberian pinjaman yang bertanggung jawab sambil tetap menjaga pemberian akses terhadap kredit. Inovasi pada data yang dapat diakses secara real-time serta teknologi canggih untuk melakukan analitik akan membantu kita menciptakan proses penilaian digital yang cepat dan ramping. Inovasi ini juga memungkinkan peralihan dari kebijakan pinjaman yang mengandalkan agunan menjadi pinjaman tanpa agunan, di mana skor kredit dapat berfungsi sebagai jaminan reputasi calon debitur,” jelas Leonardo, Kamis (12/12/2024).
Menurut Leonardo, beberapa pelaku industri yang sangat membutuhkan tools inovatif ini mencakup beberapa bisnis antara lain, perusahaan peer-to-peer lending (P2P lending), penyedia jasa Buy Now Pay Later (BNPL), multifinance, Bank, dan penyedia jasa kredit lainnya.
Untuk mengatasi kebutuhan ini, CLIK menciptakan solusi untuk pelaku bisnis agar bisa mengolah data calon debitur dengan lebih komprehensif, untuk memastikan alokasi kredit semakin tepat sasaran, yaitu CLIK Skor Kredit Akselerasi Inklusi (CLIK SKAI).
Jan Tjintjelaar, Direktur Komersial CLIK menjelaskan, pada dasarnya, perhitungan skor kredit memanfaatkan dua jenis sumber data, yaitu data internal dan eksternal masing-masing debitur. Pada data eksternal, data biro kredit masih menjadi penyedia dominan untuk digunakan pada sebagian besar model dan sistem penilaian.
“Oleh karena itu, CLIK menyediakan model skor kredit terbaru yang dirancang khusus untuk pinjaman jangka pendek dengan tenor hingga enam (6) bulan dan jumlah pinjaman maksimal Rp8 juta. Inovasi ini bertujuan untuk memprediksi risiko gagal bayar pada pinjaman yang baru disalurkan, sehingga membantu pemberi pinjaman dalam pengambilan keputusan yang lebih akurat,” jelas Jan.
Model skor kredit terbaru ini dilengkapi dengan teknologi artificial intelligence (AI), machine learning, dan sumber data alternatif yang pada akhirnya menciptakan Bureau Scorecard baru yang lebih akurat. Tujuan CLIK dalam pembuatan CLIK SKAI adalah untuk menyederhanakan proses bagi lembaga keuangan, yang memungkinkan lembaga keuangan menilai kelayakan kredit calon debitur dengan lebih akurat. CLIK SKAI juga dirancang agar lembaga keuangan bisa meningkatkan persetujuan pinjaman tanpa meningkatkan risiko gagal bayar, sekaligus memperluas inklusi keuangan di Indonesia.
Anggie Setia Ariningsih, Ketua Komite Buy Now Pay Later (BNPL) Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menyampaikan optimismenya pada CLIK SKAI, khususnya dalam hal memperkuat ekosistem keuangan.
“CLIK SKAI dapat menjawab kebutuhan ini dengan mencatat semua data yang dibutuhkan oleh pelaku industri. Hal ini menjadi peluang yang baik untuk kolaborasi antara penyedia jasa keuangan dan Biro Kredit,” kata Anggie.
Tiar Nabilla Karbala, Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengharapkan lebih banyak kolaborasi antara pelaku industri dan asosiasi untuk mengedukasi masyarakat mengenai penggunaan kredit yang bertanggung jawab.
“Munculnya marketplace online telah memfasilitasi kebutuhan pembelian konsumen secara lebih mudah dan semakin mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Tren ini telah menyebabkan peningkatan permintaan akan pembiayaan jangka pendek sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan mereka secara cepat,” kata Tiar.
CLIK berharap peluncuran produk barunya dapat membantu berbagai pemangku kepentingan utama di ekosistem keuangan, termasuk bank, perusahaan multifinance, dan platform pinjaman peer-to-peer (P2P) meningkatkan manajemen risiko kredit, memperkuat inklusi keuangan, dan mendorong praktik pemberian pinjaman yang bertanggung jawab dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berkembang.
STEVY WIDIA
Discussion about this post