youngster.id - Indonesia masuk ke dalam jajaran negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia. Data Startup Ranking mencatat, hingga pertengahan Juni 2023, jumlah startup di Indonesia sebanyak 2.482, dan menjadi peringkat keenam di dunia.
Data lainnya mengungkapkan bahwa pendiri (founder) usaha rintisan berbasis teknologi (startup) di Indonesia didominasi oleh kaum produktif yang berusia 25-38 tahun sebanyak 60,50% (berdasarkan MIKTI Mapping & Database Startup Indonesia 2021).
Banyak pula dari startup yang berkembang ini hadir dengan teknologi berkelanjutan dan inklusif yang mampu membawa perubahan secara merata dan ramah lingkungan demi menjaga masa depan bumi.
Sylvia Diah selaku Pengendali Dampak Lingkungan, Pusat Industri Hijau, Kementerian Perindustrian, menegaskan pentingnya peran pemuda dalam pelestarian lingkungan.
Menurutnya, Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian, melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, memiliki program yang disebut “startup4industry” yang salah satu tujuannya adalah mengakselerasi startup sebagai technology provider atau problem solver bagi industri dan masyarakat.
Selain itu melalui Pusat Industri Hijau, Kemenperin juga sudah beberapa kali melibatkan startup di bidang lingkungan, khususnya terkait waste management untuk ikut dalam sosialisasi atau kampanye terkait industri hijau. Hal ini dapat menjadi wadah bagi startup tersebut sebagai media promosi maupun ajang untuk matchmaking dengan perusahaan industri.
“Jika dilihat dari isu lingkungan, maka pemuda merupakan agent of change yang bisa berperan sebagai inovator, aktor, influencer, maupun mentor bagi masyarakat dalam aksi perubahan ke arah sustainability,” ujar Sylvia, dalam acara Sampoerna University Bright Future Talks, dikutip Senin (30/10/2023).
Startup yang memiliki perhatian pada teknologi berkelanjutan dan inklusif yang hadir dalam Bright Future Talks 2023 dengan tema “Dari Pemuda untuk Indonesia: Teknologi Berkelanjutan dan Inklusif” ini, salah satunya adalah Magalarva, startup bisnis pengolahan sampah organik yang memadukan teknologi dengan ekonomi sirkular.
“Pemuda umur produktif itu memang sudah jadi native of digital era. Kita sebagai pemuda tentunya punya peran sangat penting untuk berkontribusi dalam teknologi berkelanjutan dan inklusif. Pemuda yang punya kepentingan paling besar dalam menentukan masa depan negara ini serta yang paling tahu selera pemuda lainnya agar inovasi yang diciptakan bisa bisa digunakan banyak orang dan bermanfaat untuk negara. Pemuda punya kreativitas tinggi dan fleksibilitas tinggi sehingga inovasi dari segi teknologi, bisnis, dan lainnya pasti akan sangat baik,” jelas Dharin Detama selaku COO Magalarva.
Selain itu, turut hadir pula Erwin Gunawan, Co-Founder GREENS, startup teknologi agrikultur yang memberi akses inklusif bagi semua orang untuk menikmati pangan organik.
“Pemuda memiliki peran penting dalam kemajuan Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan sektor pertanian. Dengan sekitar 70% petani berusia lanjut, regenerasi menjadi krusial. GREENS hadir dengan solusi teknologi, menggunakan Smart Controlled Environment Agriculture melalui GREENS pod, memungkinkan pertanian di berbagai tempat, bahkan di gedung-gedung, dan melibatkan generasi muda sebagai petani digital dalam konsep pertanian metafarming. Semua ini adalah langkah penting untuk memajukan sektor pertanian dan meningkatkan ketahanan pangan negara kita,” kata Erwin.
Pentingnya peran serta dukungan berbagai pihak sangat diperlukan untuk mewujudkan transformasi teknologi hijau (green technology) yang menyeluruh di Indonesia.
Farid Triawan selaku Head of Mechanical Engineering Program Sampoerna University mengatakan, lingkungan tentunya merupakan isu yang harus melibatkan banyak pihak, seperti pemerintah, pendidikan, para ahli, hingga generasi muda.
“Contohnya seperti kegiatan yang saat ini kita adakan. Ini adalah langkah awal untuk membuka ruang diskusi antara pihak pendidikan, pemerintahan serta pelaku industri yang digawangi anak-anak muda dengan tujuan mengedukasi dan meningkatkan kesadaran akan isu lingkungan serta menginspirasi generasi muda di momen spesial Sumpah Pemuda ini,” jelas Farid.
Menurut Farid, misi Sampoerna University adalah mendorong terciptanya generasi muda Indonesia atau calon pemimpin masa depan yang selain menguasai kecakapan dan kemampuan sesuai akademisnya, juga harus memiliki pemikiran kritis dan inovatif. Salah satunya adalah melalui Fakultas Teknik dan Teknologi yang mengaplikasikan proses pembelajaran yang membuat para mahasiswa serta lulusannya mampu beradaptasi dan mencari solusi yang tepat, khususnya yang berkaitan dengan teknologi.
Dukungan Sampoerna University terhadap transformasi teknologi hijau yang berkelanjutan dan inklusif telah dihadirkan melalui inovasi teknologi karya para mahasiswa untuk masyarakat. Seperti sistem otomasi perpustakaan digital berbasis ramah lingkungan yang menggunakan energi panel surya di SMAN 6 Cirebon dan SMPN 174 Jakarta serta mesin eco-pounding untuk membantu meningkatkan volume produksi para pengrajin di UMKM Lenteng Agung Sejahtera (Lentera), Jakarta Selatan.
“Kami akan terus mengembangkan kompetensi para mahasiswa, karena kami percaya life skills inilah yang membuat mereka bisa terus berkembang, tangguh dan adaptif menghadapi berbagai tantangan perubahan dalam hidup. Harapan kami pada akhirnya mereka lebih dari sekadar menjalani hidup, tetapi menjadi solution maker bagi orang banyak, khususnya untuk Indonesia,” tutup Farid.
STEVY WIDIA
Discussion about this post