youngster.id - Saat ini, di Indonesia tercatat sudah ada 8 startup unicorn (perusahaan dengan valuasi lebih dari US$1 miliar) yang beroperasi di berbagai sektor. Ini menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi di Indonesia mulai terbentuk meskipun tengah berada dalam fase pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Xendit Index melaporkan minat masyarakat Indonesia untuk terjun berwirausaha cukup tinggi, dimana 1 dari 3 penduduk usia produktif (15-35 tahun) memiliki keinginan untuk dapat menjalankan bisnis mereka sendiri, dan sebanyak 34% dari masyarakat Indonesia saat ini sudah melakukannya. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan bisnis di Indonesia yang mencatat dominasi bisnis oleh UMKM sebanyak 56% dan bisnis besar yang tumbuh sebanyak 44%.
Beberapa faktor penunjang dari perkembangan bisnis digital ini adalah: penggunaan media sosial (54%), pembelian melalui toko online (51%), video streaming (50%), kelas edukasi online (49%), dan penjualan melalui toko online (45%).
Sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat di Asia Tenggara, Indonesia diprediksi akan mengalami ledakan bonus demografi usia produktif pada tahun 2030 mendatang. Ledakan ini selain mendatangkan peluang, tentunya turut mendatangkan tantangan bagi generasi muda, mulai dari ketersediaan lapangan kerja, keterampilan yang tidak memadai, hingga infrastruktur yang tidak dapat menunjang produktivitas.
Namun di sisi positifnya, pertumbuhan transformasi digital dapat membantu meringankan tantangan tersebut, misalnya melalui pertumbuhan peluang bisnis digital dengan dukungan teknologi finansial (fintech) yang terus berkembang.
Selain di Indonesia, berdasarkan laporan Xendit Index, secara umum terdapat peningkatan bisnis digital di wilayah Asia Tenggara, yang meliputi Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Dari populasi masyarakat yang mencapai 700 juta jiwa, 70 juta di antaranya merupakan pelaku UMKM. Menariknya, 61% dari pelaku UMKM tersebut merupakan generasi muda-mudi yang berusia di bawah 35 tahun. Selain itu, terdapat lebih dari 40 startup unicorn di Asia Tenggara dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2025 mendatang.
Ke depannya, diperkirakan pelaku usaha muda ini akan terus bertambah karena berbagai faktor. Misalnya peningkatan kualitas pendidikan, kemajuan teknologi, hingga bantuan investasi dari pemerintah yang turut menopang perkembangan bisnis digital. (*AMBS)
Discussion about this post