youngster.id - Agar dapat mendorong potensi ekonomi digital Indonesia menuju negara maju di tahun 2045, maka menjadi penting untuk berkolaborasi dan bersinergi antar semua pihak, baik kementerian, lembaga pemerintah, swasta dan kampus, dalam menciptakan usaha-usaha rintisan baru (startup) yang inovatif dan berkualitas.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, saat ini Pemerintah sedang mendorong rasio kewirausahaan mencapai sebesar 3,95% di tahun 2024.
Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) pun turut aktif berkerja sama dengan semua pihak, dalam menciptakan usaha-usaha rintisan baru. Misalnya, Entrepreneur Hub disiapkan dalam melahirkan entrepreneur dan startup baru yang inovatif dan berwawasan teknologi.
“Kita beruntung, saat ini di Indonesia terdapat 2.600 startup dan menjadi yang terbesar keenam dunia. Indonesia punya embrio terbaik untuk dikembangkan melahirkan startup hingga entrepreneur berkualitas,” ujar MenKopUKM Teten dalam acara Road To Indonesia Startup Ecosystem Summit 2023 di Solo Techno Park, Surakarta, Jawa Tengah, dikutip Senin (14/8/2023).
Berdasarkan data Startup Ranking, jumlah startup di dunia sebanyak 144.688 per 10 Mei 2023. Dari jumlah tersebut, sebanyak 77.554 startup berada di Amerika Serikat.
Posisinya disusul India yang memiliki 17.209 startup. Kemudian, disusul Inggris yang memiliki 7.046 startup, dan Kanada dengan 3.902 startup. Lalu, sebanyak 2.902 startup berada di Australia.
Indonesia menempati urutan keenam dengan jumlah startup sebanyak 2.492 perusahaan. Disusul Jerman, yang tercatat memiliki sebanyak 2.423 startup. Sementara, Prancis berada di urutan kedelapan yang memiliki 1611 startup.
Menurut Teten, salah satu pendorong lahirnya startup berkualitas adalah dengan menghubungkannya ke modal ventura. Disebutkan, Korea Selatan dan Jepang sudah membuka peluang kerja sama dengan Indonesia dalam pengembangan startup.
“Saya optimistis dengan kebijakan substitusi impor dan hilirisasi bisa menjadi peluang besar yang dimanfaatkan oleh para pelaku usaha, termasuk startup. Karena itu startup potensial kita koneksikan dengan investor asing,” katanya.
Di sisi lain, inkubator kampus juga harus bisa melahirkan entrepreneur berbasis inovasi dan teknologi. Apalagi saat ini Indonesia sudah diserbu produk luar yang harganya di bawah standar, sehingga sulit bagi pelaku usaha dalam negeri untuk berkompetisi.
Padahal ekonomi nasional itu sebesar 53%-nya didorong oleh konsumsi rumah tangga. Jika produksi belanja lokal terus diperkuat, maka ekonomi dalam negeri juga ikut kuat. Jadi harus diproteksi dan disiapkan produk UMKM yang berkualitas.
Diakui Teten, masalah utama pertumbuhan usaha startup itu adalah dari sisi pembiayaan. Untuk itu, pihaknya terus mempromosikan kepada perbankan untuk menerapkan credit scoring, sehingga para pelaku usaha rintisan ini tidak lagi dipusingkan soal agunan saat akan mengakses pembiayaan.
Pembiayaan ini harus ada inovasi. Ternyata di 145 negara sudah diterapkan credit scoring. Jadi bukan aset yang dijadikan jaminan, tetapi track record digital mengenai kesehatan usaha yang menjadi penilaian.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan BI (Bank Indonesia) untuk kepentingan ini. Jadi yang harus didorong adalah inovasi perbankan yang masih jadul,” kata Teten.
Dukungan infrastruktur dalam melahirkan startup berkualitas juga perlu ditingkatkan agar Indonesia tak ketinggalan.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan, ekosistem digital itu harus ditopang oleh infrastruktur digital yang juga berkualitas.
Tetapi datanya, kecepatan internet di Indonesia baru 21,7 Mbps, termasuk 100 terbawah dunia. Di ASEAN, Indonesia menang dari Laos saja. Sementara itu, Thailand itu sudah 100 Mbps.
“Dari sisi harga, data kita murah 0,47 per dolar AS per GB. Di negara maju itu 60 sampai 70 per GB per bulan. Kalau bisa Indonesia itu ditekan sampai 30 GB, sehingga memberikan ruang gerak kemajuan ekonomi digital kita,” kata Budi.
Diakui Menkominfo, ekosistem digital khususnya internet masih memiliki problem sendiri. Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara lainnya, mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas.
“Yang pasti bahwa infrastruktur kita memang harus dibenahi. Banyak Pekerjaan Rumah (PR) bersama, Kominfo akan sangat mendukung dari mulai infrastruktur ke depan. Dalam kemajuan digital, hanya dua kata kuncinya, yaitu transformasi dan inovasi. Kita harus yakin tidak akan tertinggal dengan berbagai dinamika yang ada,” tutup Menkominfo Budi. (*AMBS)
Discussion about this post