Perlu Keterlibatan Seluruh Stakeholder dalam Pengumpulan Data Profil UMKM

Pelaku UMKM menggunakan layanan POS untuk memudahkan layanan jual beli online. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM menekankan pentingnya kolaborasi dari berbagai pihak dalam mengintegrasikan dan menyediakan informasi terkait data akurat profil UMKM maupun yang sudah terhubung secara digital.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan jika data UMKM maupun koperasi telah terintegrasi dengan baik, kemudahan mulai dari pendanaan/pembiayaan, bantuan sosial, hingga pendampingan maupun pelatihan kepada UMKM akan lebih mudah dan tepat sasaran. Pihaknya sedang melakukan penjajakan dengan startup Qasir untuk pengumpulan data UMKM.

“Saya kira ini bagian dari ekosistem dan klaster yang bagus disediakan oleh Qasir. Khususnya membantu UMKM dalam percepatan digitalisasi dan optimalisasi pendanaan bagi UMKM. Termasuk untuk mungkin integrasi data, dari data yang dimiliki Qasir bisa dipelajari kemungkinan kolaborasi bersama,” kata Teten dalam siaran pers Senin (7/3/2022).

Menurut Menteri Kemenkop UKM, pihaknya tengah melakukan Sistem Informasi Data Tunggal KUMKM (SIDT-KUMKM), sehingga penyediaan data dari pihak lain sangat penting dalam menunjang hal tersebut.

“Jumlah UMKM ini sangat banyak, sehingga datanya pun bergerak dinamis. Kita bisa mulai kolaborasi dengan Qasir untuk pendataan. Semoga bisa juga kerja sama dengan pihak lainnya,” tutur Teten.

Qasir merupakan perusahaan yang menyediakan aplikasi kasir atau point of sale (POS) mendukung sistem kasir digital, fitur kelola produk dan inventori, laporan penjualan, pembayaran digital kepada para UMKM.

CEO Qasir Michael Liem menuturkan, data sebaran yang dimiliki pihaknya cukup relevan. Namun dari sisi adaptasi digital cukup relatif di berbagai daerah cukup berbeda. Khususnya di luar Jawa dan Bali. Namun di memastikan secara ekosistem data Qasir ini cukup tervalidasi.

“Satu hal yang menarik yang ingin kami eksplorasi bersama Kemenkop UKM adalah UMKM yang jumlahnya 62 juta ini masih banyak sub kategori di bawahnya. Misalnya koperasi petani dan lainnya,” kata Michael.

Qasir juga memiliki Point of Buy (POB) yang bisa digunakan oleh koperasi, offtaker atau pengepul dalam mendata perkumpulan hasil buminya. Sehingga akses terhadap transparansi data juga perlu dilakukan petani dan ekosistemnya, dalam hal ini koperasi.

Hingga saat ini, tercatat 900 ribu usahawan yang bergabung dengan Qasir dan menyebar di 514 kota. Dan mencatat transaksi di Qasir sebanyak 119 juta transaksi dengan nilai hingga Rp 14 triliun. Sebagian besar pun masih dikuasai oleh sektor perdagangan, dengan sub kategori seperti toko kelontong dan warung. Kemudian diikuti oleh UMKM klaster Food and Beverages (F&B).

“Selama ini kita bicara petani, nelayan dan peternak, hanya bisa mendapatkan akses terhadap koperasi. Ini bisa menjadi salah satu kunci keberhasilan Kemenkop UKM sendiri dalam mensupport digital. Harapannya selaras tak hanya untuk digitalisasi usaha mikro tapi juga ke koperasi,” ucap Michael.

Beberapa data yang disediakan Qasir mulai dari data sebaran UMKM, tren penambahan jenis usaha, tren perkembangan jenis usaha, tren lokasi perkembangan jenis usaha, tren transaksi lokasi digital payment, jumlah karyawan berdasarkan lokasi dan jenis usaha, hingga omzet per bulan.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version