youngster.id - Lahir sebagai platform dalam bidang kesehatan, Halodoc telah menempatkan diri sebagai wirausaha berbasis social entreprenur terdepan. Bagaimana sebenarnya perkembangan startup kesehatan tersebut dan bagaimana peluang mereka di tahun 2018 tahun ini?
“Kalau kami sebenarnya atau Halodoc ini bukan pure businessman atau pure entrepreneur. Pertama bisnis kami mengarah ke socialpreneur karena it’s not business or revenue dan ada beberapa pasien yang kami tolong,” kata Jonathan Sudharta, CEO Halodoc saat ditemui youngster.id Senin (16/4/2018) di kantornya, Jakarta.
Jonathan mengatakan, masuk di era digital pertumbuhan start-up ini terus meningkat baik secara transaksi maupun pengunduh. “Jadi melihat jumlah di 2018 pertumbuhan angka pasien yang kami tolong cukup banyak. Tapi yang paling penting bagi kami bukan berapa banyak jumlah pasien, tetapi juga bagaimana tentang kepuasaan pasien. Dan tanggapan di pasien kami yang mudah dibaca ada di Google Playstore mereka kasih tanggapan yang positif. Jadi masuk dikuartal pertama tahun 2018 ini pertumbuhannya sangat baik,” sambung Jonathan.
Menurut dia, tim Halodoc terus melakukan pendekatan sosial bagi masyarakat awam lainnya yang membutuhkan layanan kesehatan melalui platform ini.
“Karena kalau melihat jumlah dokter yang ada di Indonesia, jumlahnya hanya 3/10.000 pasien. Dari angka ini kami lihat sangat kecil jika dibanding average dunia yang mencapai 13,9. Atau di Singapura saja yang hanya 28 dokter. Itu baru dari sisi dokter. Belum lagi dari sisi obat, layanan obat di Indonesia tak jauh dari sisi tunggu. Jadi kalau mengacu pada pertanyaan bagaimana Halodoc bisa mendekatkan diri terhadap layanan bawah, kendalanya adalah susahnya akses kepada spesialis. Khususnya di daerah, karena di Indonesia ini kalau kami lihat, seperti dokter jantung cuma ada 600. Berarti 90%-nya ada di Jakarta. Tetapi kalau ngomong di Klaten, Tegal, setahu saya cuma ada satu dokter jantung di Tegal,” kata Jonathan.
Selain itu, mereka juga memberikan layanan dari beberapa dokter spesialis kepada masyarakat di daerah secara gratis. “Tidak ada halangan lagi kami, biarpun mereka tidak memiliki ekonomi yang cukup untuk mendapatkan layanan kesehatan. Tentu selama mereka punya hubungan dengan wifi dan internet akses dapat berkonsultasi dengan kami. Itu salah satu hal yang dapat kami bantu di khakayak yang sangat membutuhkan,” jelasnya.
Saat ini Halodoc memberikan tiga pelayanan. Pertama konsultasi dokter melalui chat, telpon, maupun telpon video. Diklaim Jonathan, saat ini Halodoc sudah memiliki lebih dari 20.000 mitra dokter, baik dokter umum maupun dokter spesialis. Tak cukup sampai di situ, dalam perjalanannya Halodoc juga melakukan subsidi konsultasi dokter umum dan spesialis. Dengan begitu, pengguna tidak dibebani biaya untuk konsultasi dokter umum, sedangkan konsultasi dokter spesialis dikenai biaya Rp 25.000 per sesi.
Meskipun demikian, tidak ada batas waktu konsultasi. Biasanya konsultasi di Halodoc selesai dalam kurun waktu 5-10 menit. Adapun layanan konsultasi ini, mengambil margin sangat kecil pada setiap konsultasi dokter.
Kedua, layanan antar obat dengan menggandeng hampir 1.100 apotek yang tersebar di 30 kota yang sudah ada Go-Jek. Sebab Go-Jek merupakan mitra pengiriman obat Halodoc.
Ketiga, untuk layanan laboratorium, Halodoc menggandeng Prodia untuk memberikan fasilitas laboratorium kepada konsumen. Layanan ini memungkinkan petugas laboratorium datang ke rumah konsumen. Menariknya di tahun 2018 ini Halodoc telah merangkul semua sistem kesehatan, baik asuransi, rumah sakit, dan mobil ambulan.
Jonathan menegaskan, pertumbuhan Halodoc dibarengi oleh tanggapan positif yang mereka peroleh. “Kami happy melihat komentar-komentar yang jujur dari orang yang di tolong. Karena kami sekarang melayani bukan hanya cepat dan nyaman tapi juga hemat. Dan layanan obat ini juga hemat dari sisi waktu dan hemat dari segi biaya, yang bedanya bisa 50%,” ungkapnya.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post