Platform Tanda Tangan Digital Privy Kini Hadir di Australia

Privy Founders

(ka-ka) Co-Founder & CTO Privy Guritno Adi Saputra, Founder & CEO Privy Marshall Pribadi dan CIO & CFO Privy Krishna Chandra. (Foto: istimewa)

youngster.id - Mengawali tahun 2023, Privy memantapkan langkah ekspansi bisnis ke Australia. Sebagai pasar penting dalam strategi global perusahaan,  Privy menerapan solusi identitas digital dan tanda tangan digital di negeri Kangguru ini. Langkah ini mendapat dukungan dari Katalis.

CEO Privy Marshall Pribadi mengatakan, rencana ekspansi Privy ke Australia mendapat dorongan signifikan melalui kemitraannya dengan Katalis, sebuah program pengembangan bisnis yang didukung pemerintah Indonesia-Australia.

“Kami tentunya optimis bahwa teknologi Privy cocok untuk bisnis Australia yang ingin mengurangi waktu dan biaya transaksi secara signifikan dan pada saat yang sama meningkatkan privasi dan keamanan bagi konsumen,” kata Marshall dalam keterangan pers, Rabu (18/1/2023).

Menurut dia, Privy mengalokasikan AU$ 5 juta untuk mendirikan kantor dan memulai operasi di Australia.

Berdiri sejak tahun 2016, Privy menawarkan berbagai macam produk yang memungkinkan solusi end- to-end perusahaan yang telah terbukti mengubah dan merevolusi bisnis di Indonesia. Perusahaan yang berbasis di Jakarta ini merupakan institusi non-pemerintah pertama yang mendapat izin sebagai PSrE (Certificate Authority (CA)) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia dan telah tercatat di Otoritas Jasa Keuangan.

Privy melayani lebih dari 30 juta pengguna terverifikasi dan 2.800 konsumen perusahaan, serta setiap tahunnya memproses lebih dari 40 juta tanda tangan digital.

Sementara itu, Direktur Katalis Paul Bartlett, mengatakan, melalui dukungan kepada perusahaan teknologi Indonesia untuk berinvestasi di Australia, Katalis mewujudkan integrasi pasar yang lebih baik antara kedua negara demi kemitraan ekonomi baru yang inklusif, sebagaimana diamanatkan oleh Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia.

“Ekspansi Privy ke pasar Australia membawa keuntungan bersama bagi Australia dan Indonesia. Di pihak Australia, pengenalan layanan identitas dan tanda tangan digital akan meningkatkan efisiensi dan keamanan transaksi online dan sistem manajemen dokumen,” kata Paul.

Paul juga mengatakan, ekspansi Privy juga pertanda baik tidak hanya bagi perkembangan perusahaan, tetapi juga untuk meningkatkan kepercayaan tentang adanya peluang kemitraan, perlindungan, dan akses pasar sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia.

Berbasis di Jakarta dan didukung oleh Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia, Katalis, juga dikenal sebagai Program Kerjasama Ekonomi Indonesia-Australia CEPA, dimandatkan untuk membuka potensi besar kemitraan ekonomi antara kedua negara.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version