youngster.id - Program Corporate Innovation Lab PT. Telekomunikasi Indonesia, yaitu Digital Amoeba menunjukkan hasil yang membanggakan. Produk aplikasi dari usaha rintisan ini siap diserap dan beroperasi di sejumlah unit kerja BUMN Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) tersebut.
Chief of Telkom Digital Innovation, Arief Mustain mengatakan, dari 60 rintisan usaha saat program Digital Amoeba dimulai Januari 2017, tersisa saat ini 17 yang siap beroperasi dan beberapa diantaranya sudah digunakan Telkom Group. Rintisan yang masih bertahan antara lain Usight, SmartEye, Kiwari, Emago, Geekpro, Ketitik, Open Trip, Helio, KitaIna, Pometera, Pasarkoe, dan lainnya.
“Bagi kami, tidak ada istilah kegagalan dengan berkurangnya jumlah start up internal. Justru program ini membuka mata dan wawasan semua divisi tentang bagaimana membangun bisnis digital, bagaimana bertransformasi dari perusahaan telekomunikasi jadi perusahan digital,” katanya di sela-sela Digital Amoeba Fest 2018, belum lama ini di Telkom Landmark Tower, Jl Gatot Subroto, Jakarta.
CEO Digital Amoeba, Fauzan Feisal menjelaskan, aplikasi yang sudah digunakan hasil dari Digital Amoeba antara lain adalah Zoomin yang sudah digunakan oleh 6-8 Wilayah Usaha Telekomunikasi (Witel) yakni aplikasi pemberian poin apresiasi pada teknisi Telkom yang memperbaiki sarana TIK kepada pelanggan.
Kemudian ada Arkademia, yakni aplikasi pembelajaran yang sudah digunakan Telkom Corporate University (Corpu) serta aplikasi Ketitik yang digunakan oleh Divisi Goverment Service PT. Telkom yang fokus pada layanan TIK pemerintahan.
Menurut Fauzan, produk rintisan Digital Amoeba siap bersinergi dengan Telkom Group maupun umum sekalipun tak seluruhnya dibuat dalam upaya membuat mesin keuntungan baru, tapi banyak juga yang bersifat menekan pengeluaran secara sistematis.
Fauzan mengatakan, secara proses, para pihak yang terlibat langsung atau tidak dalam Digital Amoeba ini menjadi tahu esensi bisnis digital. Terutama tentang validasi ide, produk, dan owner, yang seluruhnya ini relatif baru dalam skema bisnis reguler PT Telkom.
“Semua jadi mengetahui arti penting sebuah layanan itu targetnya konsumer mau pakai atau tidak, produknya memenuhi kebutuhan pasar atau tidak, serta belajar bagaimana bermental seorang founder startup”. sambungnya.
Secara simultan, sambung dia, Divisi Human Capital Management (HCM) pun bisa dengan cepat mengetahui potensi sumber daya manusia yang bisa diandalkan sekaligus bisa bersinergi dengan unit lain dalam membesarkan bisnis digital.
Fauzan menambahkan, untuk tahapan startup Amoeba hampir mirip dengan program Indigo Telkom (Indigo.id) yaitu melalui customer validation, product validation, business model validation, dan market validation.
“Tapi ini masih kami review. Kami ingin prosesnya lebih lean (ramping, red). Misalnya baru 20 persen bisa langsung launching,” tuturnya.
Ke depannya, PT Telkom akan menyaring 15 startup terbaik hasil digital amoeba yang akan diberikan injeksi modal, proses inkubasi, bahkan tak menutup kemungkinan menjadi anak perusahaan tersendiri.
STEVY WIDIA
Discussion about this post