youngster.id - Kementerian Perindustrian gencar melakukan upaya pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) di dalam negeri melalui program e-Smart IKM. Hingga Agustus 2018, peserta yang telah mengikuti kegiatan workshop e-Smart IKM sebanyak 3.450 pelaku usaha.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal IKM Kemperin Gati Wibawaningsih. Menurut dia, langkah strategis itu sejalan dengan implementasi pada 10 program prioritas nasional yang terdapat di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Pada poin ke-4, Kemperin memfokuskan pemberdayaan UMKM yang di dalamnya termasuk sektor IKM. Ini untuk menyiapkan IKM kita memasuki era revolusi industri 4.0,” kata Gati dalam keterangan pers, Senin (3/9/2018) di Jakarta.
Program e-Smart IKM yang diluncurkan sejak tahun 2017 telah dilaksanakan di 22 provinsi dengan melibatkan lima lembaga, yaitu Bank Indonesia, BNI, Google, iDeA serta Kementerian Komunikasi dan Informatika. Selain itu menggandeng pemerintah provinsi, kota dan kabupaten.
“Program e-Smart IKM juga telah bekerja sama dengan marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Blanja.com, Ralali, dan Gojek Indonesia,” sebut Gati. Adapun sembilan komoditas yang tengah difokuskan pengembangannya di dalam skema program e-Smart IKM, yakni makanan dan minuman, logam, perhiasan, herbal, kosmetik, fashion, kerajinan, furnitur, dan industri kreatif lainnya.
“Dari seluruh peserta yang terlibat di e-Smart IKM, kami mencatat, total nilai penjualan yang sudah dibukukan hingga sekarang mencapai Rp1,3 miliar,” ungkapnya.
Gati percaya, program e-Smart IKM mampu membuka akses pasar lebih luas khususnya terhadap pemasaran online. Selain itu mempermudah pencarian bahan baku untuk produksi, dan meningkatkan kualitas produk. “Jadi, para peserta tidak hanya mengikuti workshop saja, tetapi juga kami akan terus memonitor dan mengevaluasi serta menyiapkan program pendampingan lanjutan,” ujarnya.
Berbagai fasilitas pendampingan dan bimbingan yang diperoleh para peserta lokakarya e-Smart IKM, antara lain konsultasi desain produk dan kemasan, bantuan mesin dan peralatan produksi, serta pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI). “Selain itu, para IKM di setiap daerah dapat memanfaatkan peran dari Pejabat Fungsional Penyuluh Perindustrian (PFPP),” imbuhnya.
Oleh karena itu, beberapa waktu lalu, Kemperin memberikan pelatihan kepada 100 tenaga penyuluh untuk memacu daya saing IKM nasional. Peserta itu terdiri dari PFPP, fasilitator manajemen mutu, analis kontrol industri pangan, dan konsultan HKI. “Kami pun ikut mendorong peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) bagi pelaku IKM sekaligus tenaga penyuluhnya,” tutur Gati.
Kemenperin menggagas platform e-commerce bertajuk e-Smart IKM ini sebagai upaya pemerintah membangun sistem database IKM yang diintegrasikan melalui beberapa marketplace yang sudah ada di Indonesia.
STEVY WIDIA
Discussion about this post