youngster.id - Dampak pandemi COVID-19 menyebabkan banyaknya usaha mikro yang tidak dapat berlanjut. Diantaranya adalah usaha – usaha yang dijalankan oleh kaum muda, termasuk kaum muda dengan disabilitas. Hal ini mendorong Standard Chartered meluncurkan program sosial Futuremakers untuk meningkatan keterampilan wirausahawan muda yang terkena dampak pandemi COVID-19.
Head of Corporate Affairs, Brand & Marketing Indonesia & ASEAN Markets (Australia, Brunei, the Philippines) Standard Chartered Diana Mudadalam mengatakan, melalui Futuremakers by Standard Chartered, para penerima manfaat akan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh peningkatan ekonomi melalui keterampilan dan dukungan bisnis.
“Futuremakers adalah sebuah inisiatif global dari Standard Chartered untuk mengatasi kesenjangan dengan mempromosikan inklusi ekonomi yang lebih besar bagi kaum muda yang rentan, termasuk mereka yang terdampak oleh pandemi covid-19,” kata Diana dalam keterangan pers, Rabu (26/10/2022).
Dia menjelaskan, sehubungan dengan pandemi COVID-19 yang melanda dunia, Standard Chartered secara global mendonasikan US$25 juta atau sekitar Rp366,3 milyar untuk program Economic Recovery untuk membantu masyarakat dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Khusus untuk Indonesia, Standard Chartered telah mengalokasikan US$1,1 juta (Rp16,1 milyar) untuk berbagai program pelatihan yang berfokus pada wirausaha perempuan dan kaum muda yang terimbas oleh pandemi.
“Futuremakers merupakan sebuah inisiatif global Standard Chartered untuk mengatasi ketidaksetaraan dengan mempromosikan perekonomian inklusif di setiap negara di mana Standard Chartered beroperasi. Futuremakers mendukung kaum muda yang kurang beruntung, terutama anak perempuan dan orang-orang dengan disabilitas, untuk mempelajari keterampilan baru dan meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan atau memulai bisnis mereka sendiri,” papar Diana.
Di Indonesia, Futuremakers pertama kali diluncurkan pada tahun 2019, dan hingga kini telah mendukung lebih dari 2.000 penerima manfaat lewat berbagai ragam inisiatif seperti Goal, Youth to Work dan Entrepreneur. Diharapkan, melalui program Futuremakers, kaum muda memiliki kemampuan ekonomi yang komperhensif untuk terus berdaya dan melanjutkan kehidupan secara bermakna. Program di Jakarta ini bekerja sama dengan CBM Global dan Mien R. Uno Foundation (MRUF).
Country Director CBM Global Indonesia Marisa Kristianah mengatakan, program ini menyasar 350 wirausahawan muda yang mana 175 diantaranya adalah mereka yang mengalami disabilitas. Proyek ini juga menargetkan agar 60% dari penerima manfaat adalah perempuan.
“Program ini akan memberikan serangkaian pelatihan tentang kewirausahaan, yang mencakup topik-topik seperti ‘kanvas’ bisnis (business plan), pemasaran digital, branding, produksi, akuntansi dasar, dan juga analisis pasar,” kata Marisa.
Program Futuremakers juga mengurangi hambatan – hambatan yang dialami oleh wirausahawan muda baik yang mengalami disabilitas maupun tidak, agar mampu membangun usaha mereka kembali. Sebagai pendukung, pelatihan seputar soft skill, komunikasi, networking, literasi keuangan, dan penguasaan penggunaan teknologi digital juga akan diberikan.
“Dari jumlah tersebut, 280 (atau 80%) usaha yang dibangkitkan kembali akan ditingkatkan menjadi UMKM yang memiliki legalitas.“ ujar Marisa.
Menjelang akhir program, kaum muda yang tertarik untuk mempresentasikan bisnis mereka di berbagai platform akan didukung untuk melakukannya, dan lokakarya lanjutan tentang e-commerce juga akan diadakan.
Selain itu, CBM akan memberikan pelatihan dan pendampingan bagi mitra MRUF untuk membangun kapasitas mereka dalam isu gender dan inklusi disabilitas. CBM juga akan membangun jejaring antara MRUF dengan gerakan difabel / Organisasi Penyandang Disabilitas (OPDs) di area program. CBM akan terus mendampingi MRUF dalam hal inklusi disabilitas di sepanjang keseluruhan program.
STEVY WIDIA
Discussion about this post