youngster.id - Data “Economy Southeast Asia (SEA) 2020” yang dirilis Temasek, Google, dan Bain & Company, menyebut setidaknya terdapat 40 juta jiwa jumlah pengguna internet baru di Asia Tenggara tahun 2020 akibat pandemi COVID-19. Sebanyak 39% diantaranya berasal dari Indonesia yang membuat bangsa kita menjadi target pasar utama bagi para startup di Asia Tenggara.
Merespons perubahan yang positif di atas,dan mempercepat perkembangan ekosistem startup di Indonesia PT Telkom Indonesia Tbk (Persero) merebranding Indigo. Untuk mewujudkan misi itu, Indigo menyediakan inkubasi/akselerasi startup yang lengkap dengan program pengembangan startup end-to-end yang dimulai dengan kegiatan nurturing creativity di tahapan pre-startup, inkubasi/akselerasi startup hingga pada program sinergi bisnis dan investasi lanjutan atau follow-on-funding.
Fajrin Rasyid, Direktur Digital Business PT Telkom Indonesia, Tbk mengatakan, proses rebranding Indigo merupakan respons PT Telkom Indonesia untuk menyesuaikan dengan perubahan dalam menjalankan program inkubasi dan akselerasi startup digital di era ‘New Normal’ akibat pandemi COVID-19 ini.
“Kebaruan dari proses rebranding bukan hanya secara internal dalam hal pengelolaan program inkubasinya, melainkan juga meluncurkan inisiatif secara eksternal yang besar harapannya bisa memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi digital yang nyata bagi Indonesia,” kata Fajrin dalam keterangan pers Selasa (7/9/2021).
Program inkubasi/akselerasi startup digital Indigo ini pertama kali diadakan pada tahun 2013 dan secara konsisten Indigo melaksanakan startup batch intake sebanyak dua kali setiap tahunnya. Selama 8 tahun menjalankan program inkubasi/akselerasi startup digital, Indigo telah membina 52.276 talenta digital yang tersebar di 17 IndigoSpace (dahulu bernama “Digital Innovation Lounge” [DILo]) di seluruh Indonesia.
Indigo juga sudah membina 194 startup dari 15 jenis industri. Dari 194 startup tersebut, terdapat 91 startup alumni yang masih aktif menjalankan bisnisnya di pasar domestik maupun internasional, 28 startup yang saat ini sedang berada dalam program inkubasi/akselerasi, dan 75 startup gagal.
Selain itu terdapat 24 startup Indigo yang telah memperoleh investasi lanjutan dari berbagai Venture Capital (VC) serta Investor dalam dan luar negeri. Bahkan pada tanggal 8 September 2021 mendatang, RUN System (startup Indigo tahun 2014) akan menjadi startup alumni Indigo pertama yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia (IDX) dengan melakukan Initial Public Offering (IPO) menggunakan kode saham RUNS.
Selama satu windu menjalankan program inkubasi, startup Indigo telah berkontribusi dalam mendigitalisasi Indonesia di berbagai sektor seperti Smart City, Commerce, Financial, Small Medium Enterprise, Education, Logistic, Health, dan Enterprise dimana beberapa kontribusi ini terwujud melalui kolaborasi bersama Telkom Group.
Dari 30 startup game yang mengikuti IndigoGame sejak tahun 2019 itu, beberapa diantaranya bahkan telah menarik minat sejumlah publisher global untuk melakukan publishing game asal Indonesia ini.
Pada bulan September 2021 ini, Indigo juga akan membuka kembali Indigo startup intake batch 2 – 2021. Startup yang berhasil lolos dalam seleksi akan mengikuti program inkubasi/akselerasi dengan berbagai fasilitas yang mendukung perkembangan startup.
Beberapa contoh startup sukses yang diinkubasi dan diakselerasi di program Indigo selain RUN System yang akan melakukan IPO dalam waktu dekat antara lain PrivyID (aplikasi tanda tangan digital), IZY (penyedia mobile concierge), Verihubs (penyedia layanan verifikasi data berbasis Artificial Intelligence [AI], Nodeflux (aplikasi video analytic berbasis AI), Muslim Life (platform edukasi keluarga muslim), Opsigo (online booking platform dan Corporate Travel Management), Goers (online ticketing system), Osman (aplikasi penunjang bisnis kegiatan BUMDES), OnTruck (platform logistic on-demand), dan Bahaso (platform e-learning bahasa asing).
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post