youngster.id - Menurut Laporan UNESCO AI Readiness Assessment Pendidikan dan Pengembangan Keterampilan merupakan salah satu dari lima klaster strategis utama untuk mempersiapkan Indonesia dalam menghadapi perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI). Hal ini mendorong Lintasarta menggelar Program Laskar AI untuk mempersiapkan talenta digital berbasis kecerdasan buatan yang siap kerja.
President Director & CEO Lintasarta Bayu Hanantasena, mengungkapkan, Lintasarta percaya bahwa penguasaan teknologi AI akan menjadi faktor penting meningkatkan daya saing bangsa di ranah global.
“Melalui Laskar AI, kami tidak hanya membuka akses pendidikan berkualitas, tetapi juga menjembatani talenta terbaik Indonesia menuju peluang kerja nyata di sektor digital,” katanya pada Kamis (14/8/2025) di Jakarta.
Bayu menegaskan, Lintasarta berkomitmen membangun ekosistem talenta digital yang setara dan berkelanjutan, sejalan dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
“Program Laskar AI bukan sekadar pelatihan tetapi gerakan membangun Indonesia yang berdaulat di bidang AI, inklusif dan berdampak nyata. Ilmu dan jejaring yang dibangun di sini merupakan bekal berharga untuk terus berinovasi dan menciptakan solusi yang bermanfaat bagi masyarakat luas,” ucapnya.
Sejak dibuka pada November 2024, Laskar AI telah menjaring 13.588 pendaftar dari seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 657 peserta lolos seleksi dan mengikuti pelatihan intensif sejak Februari 2025.
“Laskar AI menegaskan bahwa kolaborasi erat antara industri, akademisi dan pemerintah mampu melahirkan SDM digital berdaya saing global,” tegas Bayu.
Chief Cloud Officer Lintararta Gidion Suranta Barus menambahkan, program Laskar AI mengusung kurikulum berbasis industri global yang didukung Nvidia. Dengan metode project-based learning. Peserta dibekali keterampilan AI, pemrograman, pengolahan data, machine learning, dan kurikulum berbasis industri.
“Laskar AI tidak hanya memberikan keterampilan teknis, tetapi juga pengalaman nyata yang mempersiapkan peserta untuk langsung terjun ke dunia kerja,” ujarnya.
Program yang digelar bersama Dicoding ini berlangsung selama hampir satu semester untuk mahasiswa-setara 958 jam pembelajaran-dan 626 jam pelatihan untuk profesional dan dosen.
Sebagai puncak pembelajaran, peserta mahasiswa berkewajiban menyelesaikan Capstone Project berdurasi 250 jam yang menghasilkan lebih dari 100 portofolio proyek AI, dengan 13 proyek di antaranya diakui sebagai pengganti skripsi oleh perguruan tinggi asal peserta—sebuah pengakuan atas kualitas dan relevansi nyata dari materi yang dipelajari.
Akhirnya program ini meluluskan 547 mahasiswa aktif dan fresh graduate dari 197 kampus, serta 110 profesional dan dosen dari 70 institusi di seluruh Indonesia.
Sementara Founder dan CEO Dicoding Narenda Wicaksono menegaskan, kurikulum dari program ini relevan dengan perkembangan industri dan didukung infrastruktur mutakhir, seperti GPU Merdeka.
“Kolaborasi ini tidak hanya membekali peserta dengan keterampilan teknis, tetapi juga mempersiapkan mereka menjadi talenta siap pakai yang mampu mendorong inovasi di berbagai sektor,” katanya.
Lulusan ini siap diserap sebagai tenaga kerja di Lintasarta, mitra strategis, dan mitra bisnis lintas sektor. Salah satu mitra Lintasarta yang langsung tertarik untuk menyerap lulusan dari Laskar AI adalah Bank Banten.
Direktur Operasional Bank Banten Rodi Judo Dahono mengatakan, pihaknya sebagai bank daerah yang sedang bertransformasi digital, sangat percaya bahwa AI ready talent adalah kunci untuk mempercepat layanan, meningkatkan efisiensi operasional, dan menghadirkan solusi keuangan yang lebih inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan masyarakat.
“Harapan kami sangat besar. Kami ingin melihat Indonesia tidak hanya sebagai pengguna teknologi, tetapi sebagai pencipta solusi berbasis AI yang relevan dengan konteks lokal dan berdampak global. Talenta AI Ready seperti lulusan Laskar Al adalah fondasi penting untuk mewujudkan hal itu,” katanya.