youngster.id - Project InnerSpace merilis laporan baru berjudul Masa Depan Panas Bumi di Indonesia yang menilai peluang pengembangan energi panas bumi generasi berikutnya di Indonesia. Laporan tersebut memaparkan bahwa kemajuan teknologi pengeboran dan rekayasa bawah permukaan memungkinkan pemanfaatan panas bumi secara lebih luas, termasuk untuk listrik generasi baru, pemanas industri, dan sistem pendinginan terpusat.
Dengan sumber daya konvensional yang besar dan keahlian domestik yang kuat, Indonesia dinilai mampu memanfaatkan panas bumi untuk menyediakan energi bersih yang andal, menekan ketergantungan pada batu bara dan bahan bakar impor, serta memperkuat daya saing industri.
Direktur Global Engagement Project InnerSpace, Jackson Grimes, mengatakan Indonesia telah menjadi pemimpin global dalam pemanfaatan panas bumi hidrotermal dan memiliki modal keahlian dari sektor minyak, gas, dan panas bumi untuk memasuki tahap berikutnya, yakni pemanfaatan energi panas bumi untuk pendinginan, panas industri, dan listrik generasi baru.
“Modernisasi regulasi dan perluasan fokus nasional di luar kelistrikan dapat membuka ribuan megawatt energi rendah emisi dan memperkuat daya saing industri nasional,” ujar Grimes, dikutip Selasa (2/12/2025).
Indonesia yang berada di jalur Cincin Api Pasifik disebut memiliki salah satu potensi panas bumi terbesar di dunia. Laporan tersebut memperkirakan potensi teknis panas bumi Indonesia mencapai 2.160 gigawatt, jauh lebih tinggi dari estimasi sumber daya hidrotermal saat ini. Pemanfaatan penuh potensi ini diproyeksikan mampu memenuhi hingga 90 persen kebutuhan process heat industri di berbagai sektor dan menciptakan lebih dari 650.000 lapangan kerja.
Chief Executive Officer IESR, Fabby Tumiwa, menambahkan bahwa teknologi panas bumi generasi berikutnya tidak lagi bergantung pada reservoir alami sehingga dapat dikembangkan di lebih banyak lokasi. Menurutnya, pendekatan ini dapat mengurangi konflik lahan dan menghadirkan manfaat langsung bagi masyarakat karena energi dapat diproduksi di area yang benar-benar membutuhkan panas atau listrik.
“Indonesia memiliki kapasitas teknis yang memadai untuk mempercepat pengembangan proyek panas bumi generasi baru dan menurunkan biaya pemanfaatannya,” imbuh Fabby.
Laporan tersebut menekankan bahwa teknologi pengeboran dan konstruksi sumur yang lebih maju memungkinkan pemanfaatan panas bumi di luar sumber daya hidrotermal tradisional. Penguatan kerangka kerja panas bumi nasional dinilai penting untuk mempercepat penetrasi energi terbarukan, mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga batu bara, serta meningkatkan ketahanan energi jangka panjang.
Sebagai tindak lanjut atas temuan dalam laporan tersebut, Project InnerSpace akan mendanai studi kelayakan di Universitas Gadjah Mada untuk mengevaluasi potensi proyek pendinginan panas bumi di lingkungan kampus. Jika penelitian tersebut menunjukkan hasil positif, proyek akan dilanjutkan melalui program GeoFund. (*AMBS)

















Discussion about this post