youngster.id - Seiring adanya perubahan gaya hidup masyarakat dan meningkatnya penetrasi internet di berbagai daerah, pertumbuhan e-commerce di Indonesia diproyeksikan akan terus meningkat, dengan estimasi penetrasi mencapai 34,89% pada tahun 2029.
Tren ini diharapkan dapat berkontribusi langsung terhadap ambisi pemerintah dalam menargetkan ekonomi digital sebesar mencapai Rp4.531 triliun pada tahun 2030.
“Namun, untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan pendekatan yang lebih holistik dari para pelaku bisnis dalam memahami dan merespons perubahan preferensi konsumen,” kata Brian Marshal, Founder dan CEO SIRCLO, Rabu (30/4/2025).
SIRCLO memproyeksikan dua tren yang akan berkembang di tahun 2025. Pertama, video commerce mampu menjadi kanal penjualan yang mendominasi di 2025. Google, Temasek, dan Bain & Company melihat bahwa tren video commerce semakin diminati oleh konsumen dalam proses menemukan produk (product discovery), melakukan riset, hingga memutuskan membeli produk tersebut. Perjalanan ini didorong dari video yang dibuat oleh kreator, sponsored content, hingga afiliator. Keputusan membeli barang semakin diperkuat oleh interactive live streaming dan promo dengan waktu terbatas guna menciptakan rasa urgensi serta meningkatkan konversi.
Tren ini sejalan dengan data internal SIRCLO yang mencatatkan live streaming sebagai primadona khususnya di platform TikTok melalui rata-rata kontribusi pada Gross Merchandise Value (GMV) sebesar 47%, diikuti 27% dari short video. Hal ini menegaskan bahwa pendekatan berbasis video perlu diintegrasikan dalam strategi penjualan digital. Investasi dalam menunjang live streaming, short video, serta kemitraan dengan kreator dan afiliator akan menjadi kunci untuk meningkatkan visibilitas brand hingga mempercepat proses konversi.
Kedua, Omnichannel Retailing: Fondasi pertumbuhan e-Commerce yang merata. Industri e-commerce di Indonesia masih menunjukkan ketimpangan distribusi transaksi, di mana 83,8% dari total pembelian berasal dari konsumen di Pulau Jawa. Meskipun demikian, potensi pertumbuhan di luar Jawa sangat menjanjikan. Sepanjang 2020 hingga 2024, SIRCLO mencatatkan rata-rata jumlah transaksi dari luar Pulau Jawa meningkat sebesar 80%, sementara jumlah konsumen tumbuh sebesar 74,5% secara year-on-year.
Sayangnya, ketimpangan di luar Jawa juga tercermin dalam pilihan metode pengiriman. Di wilayah ini, pengiriman masih sangat bergantung pada layanan reguler sebesar 84,5%, diikuti oleh pengiriman hemat sebesar 13,1%, sementara opsi pengiriman cepat seperti Same Day dan Instant Delivery masih tercatat di bawah 1%. Ketergantungan yang tinggi terhadap layanan reguler dan hemat ini menunjukkan adanya tantangan struktural dalam infrastruktur logistik, di mana tingginya biaya pengiriman dan terbatasnya jaringan distribusi cepat menjadi faktor utama.
Oleh karena itu, pelaku bisnis perlu mengadopsi teknologi untuk mempercepat pemerataan distribusi logistik dan integrasi layanan omnichannel di seluruh Indonesia. Fokus pada efisiensi pengiriman, optimalisasi jaringan distribusi lokal, dan penguatan konektivitas antara kanal online dan offline menjadi langkah krusial dalam menjangkau konsumen secara lebih luas. Ke depannya, optimalisasi omnichannel retailing akan menjadi fondasi utama dalam mendorong pertumbuhan e-commerce yang lebih inklusif dan merata.
Menurut Brian, proyeksi tren e-commerce 2025 membuka peluang besar bagi inovasi, karena konsumen kini tidak hanya mengutamakan kenyamanan, tetapi juga mengharapkan konektivitas dan pengalaman belanja yang lebih personal dan efisien. Melalui dua tren utama tersebut, pihaknya melihat potensi besar bagi brand untuk memperluas jangkauan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan konsumen dan transaksi di ranah digital.
Untuk menjawab tantangan ini, SIRCLO terus menghadirkan inovasi melalui layanan SIRCLO StreamLab, sebuah solusi 360° social commerce yang mencakup shoppable live streaming, produksi konten, hingga dukungan afiliator. Di sisi lain, untuk mendorong pemerataan akses di luar Pulau Jawa, SIRCLO menghadirkan teknologi Multi-Origin Go-To-Market Strategy yang berfokus pada efisiensi distribusi, agar konsumen dapat menerima produk lebih cepat dan dengan biaya pengiriman yang lebih terjangkau.
“Kami harap layanan yang kami hadirkan dapat membantu brands menciptakan pertumbuhan di tahun 2025,” tutup Brian. (*AMBS)
Discussion about this post