youngster.id - Bagi pengguna perangkat mobile, terutama di kalangan anak muda, aplikasi berbagi foto merupakan suatu hal yang “wajib” dimiliki. Nah, salah satu aplikasi berbasis fotografi yang popular merupakan karya anak muda Indonesia. Bahkan, aplikasi ini telah digunakan oleh lebih dari 30 juta pengguna di seluruh dunia.
Anak muda masa kini tentu mengenal Instagram, sebagai aplikasi sosial media berbasis fotografi. Akan tetapi, aplikasi ini hanya tersedia untuk perangkat berbasis iOS dan Android. Keadaan ini memicu para pengembang untuk menghadirkan aplikasi serupa bagi media seperti Blackberry dan Windows Phone. Salah satunya adalah PicMix.
Aplikasi PicMix ini dikembangkan oleh Roberto Thamrin dan teman-temannya, di bawah bendera Inovidea Magna Global. Aplikasi ini cukup populer bagi orang-orang yang gemar mengedit foto. Berdasarkan keterangan di App Store, sejak diluncurkan pada Mei 2012 aplikasi ini telah diunduh oleh 30 juta pengguna di seluruh dunia. Menariknya lagi PicMix adalah buatan pengembang Indonesia.
“Aplikasi PixMic yang kami buat ini merupakan jawaban atas banyak orang yang meremehkan kemampuan orang Indonesia dalam membuat aplikasi. Dan, sekarang kami bangga karena aplikasi yang kami buat sejajar dengan aplikasi buatan orang asing,” ungkap Roberto Thamrin kepada Youngster.id.
Nama PicMix ini, menurut Roberto, merupakan kependekan dari : picture dan mixing. Pasalnya, di dalam aplikasi ini pengguna bisa menggunakan 400 efek foto gratis serta menautkannya ke akun Twitter, Facebook, dan Instagram. Jika ingin menambah koleksi frame, pengguna juga bisa membeli frame dan efek foto yang tersedia di toko dalam aplikasi.
”PicMix itu semacam mobile photography gado-gado. Semua yang dibutuhkan orang ada dalam aplikasi ini. Daripada pengguna gawai mengunduh berbagai aplikasi fotografi, lebih baik mengunduh satu aplikasi yang semuanya ada,” katanya sambil tertawa.
Alhasil kesuksesan PicMix tidak hanya menjadi sorotan di Indonesia. Pemberitaan soal aplikasi ini juga pernah dibuat oleh media asing seperti Tech Crunch. Selama lima tahun kehadirannya, selain menguasai pasar Tanah Air, PicMix juga menjadi aplikasi populer di Afrika Selatan, Venezuela, Nigeria, dan negara berkembang lainnya. Kini, PicMix ingin menyasar pasar Asia Tenggara.
“Sebenarnya sejak dari munculnya PicMix itu target marketingnya hanya untuk Indonesia. Sama sekali nggak menyangka, karena ini awalnya hanya projek iseng. Jadi kalau tarik data, user PicMix ini ada di 195 negara ada di kami,” klaim Roberto dengan bangga.
Lulusan S1 IT Bina Nusantara ini mengatakan, apa yang mereka capai ini bukan tanpa perjuangan. Namun dia berprinsip, jangan pernah takut gagal dan mencoba.
“Intinya jangan pernah takut gagal dan jangan pernah berhenti mencoba. Karena kalau kita sama sekali nggak pernah mencoba, kita nggak akan pernah tahu,” tuturnya.
Berawal Dari Iseng
Aplikasi PicMix ini dibangun oleh Roberto bersama dengan teman-temannya: Calvin Kizana, Sandy Colondam, Revie Pitono, Vinsen Mego, Yogi, Christian, Davis Ray, dan Nico.
“Tahun 2012 itu smartphone yang paling terkenal adalah BlackBerry. Hampir setiap orang pakai BB, dan ada iPhone, dimana Instragram baru di luncurkan. Ketika itu, ada teman-teman yang menemukan aplikasi untuk melakukan sharing foto. Jadi, kami bikinlah aplikasi ini dengan menambahkan fitur kolase dan bisa menaruh foto. Juga, ada fitur follow. Waktu itu kami merilis hanya melalui broadcast di BlackBerry Massenger,” ungkap Roberto.
Menurut Roberto, kelebihan PicMix adalah kemampuannya menggabungkan foto atau kolase foto. Setelah pengguna gawai mengambil foto, lalu menggabungkan foto-fotonya, mereka bisa memilih frame dengan berbagai tema, mulai valentine sampai hari raya. Mereka juga bisa menambahkan teks dalam foto.
Roberto dan teman-temannya akhirnya menetapkan diri membawa PicMix untuk dijadikan ke dalam sebuah perusahan persero. “Awalnya PicMix hanya salah satu dari beberapa produk yang kami kerjakan. Namun karena semakin bertambahnya user, maka kami yakin pada produk ini dan memutuskan untuk fokus pada PicMix,” ujar Roberto.
Ternyata keputusan itu tepat. Dalam waktu satu minggu PicMix langsung menggaet 10 ribu pengguna. Dan dalam waktu satu bulan mereka sudah mendapat satu juta users. “Semua diluar dugaan. Kami nggak menyangka aja, karena dalam promosi waktu itu, saya dan teman-teman tak mengeluarkan biaya satu sen pun, zero marketing,” ungkapnya.
Bahkan pengguna aplikasi itu datang dari berbagai negara. Sayangnya saat disinggung berapa besar modal awal dan omset per bulan yang kini didapat PicMix, ayah satu anak ini enggan menyebutkannya.
Meski demikian Roberto mengaku masih belum banyak yang percaya bahwa PicMix adalah asli dari Indonesia. “Jadi sebelum mencapai 10 juta users itu, banyak yang nggak percaya kalau PicMix ini buatan Indonesia. Tetapi setelah mencapai 10 juta users dan kami bikin press conference, lalu announce bahwa ini aplikasi buatan Indonesia, yang bikin orang Indonesia asli, mindset langsung berubah. Meski masih banyak juga orang yang memandang sebelah mata, tetapi kami sudah membuktikan itu,” ungkap Roberto.
Dan kini pengguna aplikasi ini sudah mencapai lebih dari 30 juta, dengan persentasi : Indonesia (35%), Afrika Selatan (13%), Venezuela (13%), Nigeria 8%, dan Timur Tengah 6%. Selebihnya negara-negara di Eropa dan Asia.
Dua Model Bisnis
Menurut Roberto, pencapaian PixMix itu diperoleh dengan dua cara model bisnis yaitu business to customer (B2C) dan business to business (B2B). Untuk B2C, PicMix menjual stiker, frame, dan filter foto kepada pengguna. Jika menginginkan produk premium dan bermerek seperti Hello Kitty atau Spongebob, pengguna harus membayar.
PicMix banyak bekerja sama dengan pemilik merek dan agensi. PicMix bekerja sama dengan 55 merek dalam bentuk kontes foto, antara lain kontes foto selfie. Bahkan dengan memiliki pengguna sebanyak 8 juta di Indonesia, PicMix menjadi target pasar untuk mempromosikan merek. Pemilik produk menilai PicMix cocok sebagai tempat promosi.
“Selain user yang banyak tadi PicMix mengandalkan kelebihannya melalui frame dan stiker. Di PicMix ini kami membuatkan frame dan stiker sesuai produk yang dipromosikan. Jadi salah satu syarat kontestan ikut kontes foto adalah menggunakan frame dan stiker merek produk,” jelas Roberto.
Syarat lainnya, kontestan menjadi pengikut (follower) akun Twitter perusahaan yang mengeluarkan produk itu, juga menconteng tanda “Like” (suka) di akun fanpage Facebook perusahaan itu.
”Kalau perusahaan ingin menaikkan jumlah ’Like’ dalam akun fanpage Facebook dan jumlah pengikut akun Twitter-nya, PicMix bisa melakukan. Kami menjadikan itu sebagai syarat kontestan,” ujarnya.
Menurut ayah satu anak ini, langkah PicMix selanjutnya juga turut melakukan profiling engine. Saat kontes foto berlangsung, pemilik merek bisa membuat kuesioner untuk peserta. Data peserta umumnya akurat. Peserta jarang memberikan data palsu karena mengincar hadiah, seperti gawai, uang tabungan, dan voucer. Namun demikian, bagi para pesertanya di sini tak dipungut biaya.
”Yang jelas, model bisnis B2B banyak menyumbang pendapatan, sedangkan B2C tak terlalu diminati karena pengguna gawai umumnya mencari yang gratis,” paparnya
Saat ini untuk mengoperasikan PicMix, ia dan rekannya memilih Jakarta dan Yogyakarta sebagai tempat riset dan untuk bisnis. ”Jogja untuk risetnya, sedangkan Jakarta untuk bisnisnya. Anak muda Indonesia itu kreatif, pemerintah harus bisa menjaga agar talenta-talenta muda itu tidak kabur ke luar negeri,” ucapnya.
Untuk meningkatkan user, PicMix juga menggarap pasar komunitas. Menurut Roberto, ini diharapkan menumbuhkan jumlah pengguna menjadi menjadi 50 juta pada akhir 2017. Lima komunitas itu adalah fotografi, otomotif, klub motor, kuliner dan film.
“Kami punya strategi masuk ke kampus, ke kelas-kelas, ke komunitas milenial, anak SMP, SMA. Dari situ kami harapkan mereka pakai, menumbuhkan kami. Karena dari situ terjadi pembicaraan secara viral, bangga pakai produk Indonesia,” jelasnya.
Dengan komunitas, menurut Roberto, dampaknya lebih lama. Komunitas menggunakan dan membicarakan PicMix, dan akhirnya menguatkan basis dari pengguna PicMix. Hal itu telah dibuktikan, peringkat PicMix di Play Store terus naik. Sebab basisnya begitu banyak yang memakai aplikasi itu, maka dengan sendirinya mendongkrak di pusat aplikasi.
“Sekarang terjadi itu di Afrika Selatan. Kami selalu top 10, di Venezuela juga. Itu terjadi dengan sendirinya (organik)” ujar Roberto.
Saat ini, PicMix telah mendapat suntikan dana dari Era Jaya Group senilai US$ 3 juta dan yang terbaru dana Series A dari Gobi Partners. Dengan begitu Roberto bisa berharap di usia kelima tahun perjalanan usahanya itu dalam bidang IT bisa terus tumbuh. Bahkan, dirinya meyakini bahwa usaha dalam bidang startup yang ditekuninya akan terus ada ke depannya.
“Kepinginnya PicMix ini bisa tumbuh terus. Yang pasti ide-ide dari starup akan terus ada dan muncul sesuatu yang baru, saya yakin di situ,” ucapnya.
Ia juga menegaskan, PicMix ingin fokus mengembangkan basis pengguna di Indonesia. Dia ingin karya anak bangsa ini dipakai orang lokal. “Saya mau orang kita bangga pakai media sosial lokal, paling enggak sosial media kedua yang sering dipakai deh,” pungkasnya penuh harap.
=====================================
Roberto Thamrin
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 1983
- Pendidikan Terakhir : Computer Science Universitas Bina Nusantara
- Mulai Usaha : September 2012
- Nama Usaha : PicMix (PT Inovidea Magna Global)
- Jabatan : Co-Founder PicMix / Head of Brand & Agency Partnership
- User : 30 Juta
- Jumlah karyawan : 35 orang (Jakarta & Jogjakarta)
Prestasi :
- Juara I Bubu Awards 2013 kategori Best Social Media Application,
- Top 100 Companies Asia Red- Herring 2013
======================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post