Samsung Innovation Campus 2022 Dukung Siswa Menjadi IoT Developer Terampil

Samsung Innovation Campus (SIC) Batch 3

Salah satu desain project IoT yang dirancang oleh peserta SIC Batch 3 dari SMK Al Huda, Kota Kediri Jawa Timur. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Teknologi Internet of Things (IoT) mengalami pertumbuhan yang pesat di Indonesia. Data Kementerian Kominfo pada 2022, akan terdapat 400 juta perangkat IoT di Indonesia dan akan menjadi 678 juta perangkat pada 2025 yang didorong oleh teknologi 5G. Untuk mengantisipasi hal itu, Kominfo dan Kemendikbudristek kemudian mendorong peningkatan pendidikan SMA dan SMK dalam pemanfaatan TIK yang berfokus pada teknologi IoT, Big Data, Cloud Computing, Video Based Learning, Virtual Reality, dan Augmented Reality.

Dalam mendukung langkah pemerintah, Samsung menyelenggarakan Samsung Innovation Campus (SIC) Batch 3 – 2021/2022 memasuki stage IoT Product Development Bootcamp.

Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia Ennita Pramono mengatakan, program ini dirancang untuk mendorong kapasitas siswa menjadi IoT Developer yang terampil dan siap diserap oleh industri, melalui kurikulum yang unik dan sistem pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja (Link and match).

“Program ini mendorong peningkatan kapasitas guru dalam bidang TIK dan mencetak siswa Indonesia sebagai generasi muda yang menguasai teknologi digital, mampu menghasilkan solusi nyata untuk berbagai permasalahan di komunitas mereka, dan siap bersaing di industri. Kami berharap pengalaman dan keterampilan yang mereka dapatkan di SIC akan bermanfaat bagi masa depan mereka,” kata Ennita dalam keterangan pers, Senin (19/9/2022).

Ennita menjelaskan, Stage IoT Product Development Bootcamp di SIC Batch 3 – 2021/2022 digelar pada Juni-September 2022. Tahap ini diikuti oleh siswa-siswi yang telah melewati seleksi Stage 2 dengan ide solusi dan nilai terbaik, yakni 100 siswa (25 tim) dari 6 MAN (8 tim) dan 10 SMK (17 tim) yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Sebanyak 100 siswa ini disaring dari 1.000 siswa dari 40 SMK dan 30 MAK/MAK/MAP yang berpartisipasi di SIC Batch 3 – 2021/2022. 1.000 siswa ini adalah mereka yang lolos dari logic test dari 3.000 pendaftar. Para peserta dibimbing oleh para mentor berpengalaman dari Skilvul.

“Pada tahap bootcamp ini, para siswa diajarkan beberapa materi, diantaranya; Foundation & Hardware (IoT), Networking & Communication Basics (Raspberry Pi), Software & Platform (MongoDB, PyMongo, UBIDOTS),” katanya.

Salah seorang peserta Daffa Eka Sujianto siswa dari SMK Al Huda, Kota Kediri Jawa Timur mengatakan, materi yang diajarkan di stage bootcamp adalah materi-materi baru. Contohnya seperti cara menjalankan sensor dengan program python, mengirim data sensor ke data IoT, cara menjadikan ide menjadi produk melalui tahap perakitan hardware dan pembuatan program. “Kami senang bisa lolos sampai ke stage ini, karena kami belum pernah diajarkan materi-materi seperti itu, jadinya sangat bermanfaat,” kata Daffa.

Desain project IoT tim Daffa adalah kacamata yang dilengkapi sensor ultrasonic, GPS, kamera, dan speaker yang bisa memberikan perintah berbelok kepada tuna netra berdasarkan data dari sensor. Kacamata itu diciptakan untuk membantu tuna netra untuk lebih mudah beraktivitas.

Tantangan yang dihadapi saat mengerjakan project itu terjadi pada tahap merakit hardware. Ternyata ada beberapa hardware yang tidak mendukung atau malah tidak tersedia. Selain itu, ada beberapa sensor yang tidak bisa menangkap sinyal, contohnya sensor GPS, sehingga harus membeli perangkat baru. Meski begitu, Ardika mengakui pelatihan ini banyak manfaatnya terutama dalam hal problem solving, sehingga jika ada masalah, bisa diselesaikan dengan tepat.

Daffa berharap SIC di masa depan bisa menambahkan waktu untuk mentoring. Sebab menurutnya pertemuan dengan mentor itu sangat penting dalam menyelesaikan masalah yang terjadi ketika hendak mewujudkan ide.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version