youngster.id - Crypto to The Moon! Kiranya itulah kondisi yang pas untuk menggambarkan market kripto yang berangsur angsur naik saat ini.
Berdasarkan market Indodax, harga Bitcoin sudah tembus 360 juta/1BTC. Jika dibandingkan dengan tanggal 17 di bulan Desember 2022, kenaikan harga Bitcoin sudah lebih dari 37%. Hal ini pun turut diikuti oleh sejumlah kripto lainnya seperti Ethereum yang tembus 25 juta rupiah.
Kripto lain yang masuk dalam top 15 Coin Market Cap seperti Cardano sudah naik lebih dari 40%, Ripple yang naik 5%, SOL yang naik lebih dari 70% dan DOT juga turut naik lebih dari 33% jika dibandingkan dengan tanggal 17 di bulan Desember 2022
CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan bahwa adanya kenaikan harga pada kripto yang terjadi, disebabkan oleh permintaan pasar yang besar terhadap kripto dan mampu menggerakkan pasar sehingga bisa menaikkan harga. Namun jika diteliti secara lebih dalam, tentu ada faktor-faktor pendukung yang membuat investor memutuskan untuk membeli kripto.
“Turunnya laju inflasi AS di awal tahun 2023 menyebabkan investor bisa bernafas lega. Dengan turunnya angka inflasi membuat masyarakat lebih leluasa untuk mengoleksi portofolio investasi digital. Dengan turunnya laju inflasi yang ada juga bisa mengindikasikan pelonggaran kebijakan moneter di AS,” jelas Oscar.
Pada awal investasi kripto ini ada, segala hal dilakukan full secara terdesentralisasi sehingga kadang peristiwa makroekonomi pun tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan kripto. Namun seiring berjalannya waktu, investasi kripto semakin populer, investor pemula banyak yang bermunculan dan berbondong bondong meramaikan pasar kripto. Institusi investor pun banyak yang berpartisipasi seperti Elon Musk, perusahaan MicroStrategy, dsb
Semakin banyaknya investor, membuat kripto semakin mengglobal. Investor yang berinvestasi pada saham dan properti pun mulai melirik Bitcoin dan kripto sehingga kripto pun semakin lama semakin dipengaruhi oleh peristiwa ekonomi makro di hampir setiap negara di dunia. Negara El Salvador dan negara Republik Afrika Tengah yang menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran, penolakan kripto yang dilakukan oleh negara China, ataupun kenaikan suku bunga The FeD mempengaruhi gerak kripto.
“Jika kondisi makroekonomi global sehat, orang orang cenderung akan memiliki lebih banyak aset dan rajin untuk mengumpulkan portofolio aset digital. Jadi tidak heran apabila permintaan terhadap aset kripto sejalan dengan harga yang meningkat. Tingkat Inflasi juga berpengaruh terhadap kripto. Dengan tingkat inflasi yang sehat akan mendorong perusahaan untuk mendorong produksi, lapangan kerja pun jauh lebih terjamin. Bitcoin yang menurut para ekonom sering disebut sebagai penyimpan nilai inflasi, berkinerja lebih baik saat indeks harga konsumen (CPI) melonjak,” tutup Oscar. (*AMBS)
Discussion about this post