youngster.id - Memasuki usia 10 tahun, wirausaha social atau social enterprises Du’Anyam telah berhasil memperkenalkan hasil karya para wirausaha perempuan, khususnya para mama di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) ke kancah global.
Startup Du’Anyam dibangun pada November 2014 oleh tiga orang sahabat, yakni Azalea Ayuningtiyas, Hanna Keraf, dan Melia Winata. Nama Du’Anyam sendiri berasal dari Bahasa Sika, yang artinya anyaman ibu.
Hanna menjelaskan, Du’Anyam selalu percaya bahwa potensi anyaman lontar dari NTT dapat menjadi kekuatan besar yang tidak hanya memperkuat ekonomi lokal, tetapi juga membawa dampak sosial yang signifikan.
Bagi masyarakat NTT, terutama di Pulau Rote dan Sabu, pohon lontar memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat di dalamnya. Manfaat besar lontar dalam berbagai sektor kehidupan bahkan membuat masyarakat setempat menyebutnya sebagai pohon kehidupan.
“Dengan memanfaatkan keterampilan turun-temurun menganyam daun lontar, kami tidak hanya menciptakan produk bernilai, tetapi juga memberikan kemampuan dan kesempatan bagi perempuan untuk dapat mengambil keputusan sendiri, menjadi pemimpin bahkan merencanakan masa depan diri dan anak-anak kami,” kata Hanna, dikutip Sabtu (14/9/2024).
Adapun hingga September 2023, Du’Anyam telah mengirimkan 13 kontainer produk untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan internasional. Produk anyaman lontar dari NTT kini telah hadir di 52 negara, dengan target penjualan lebih dari 450.000 produk hingga 2028.
Saat merenungi satu dekade perjalanan ini, Du Anyam tetap berkomitmen pada nilai-nilai inti seperti pemberdayaan perempuan, keberlanjutan, dan pelestarian budaya. Perjalanan 10 tahun ini juga jadi bukti Du’Anyam sebagai kewirausahaan sosial bisa bertahan sampai sekarang dan teguh pada komitmen awal.
“Kami berkomitmen untuk terus berinvestasi dalam pengembangan keterampilan para penganyam, memperluas pasar, dan berinovasi dalam produk-produk kami. Ke depan, kami akan terus berupaya untuk berkontribusi pada ekonomi hijau yang berkelanjutan,” tambahnya.
Plt. Deputi Bidang UKM, KemenKopUKM Temmy Setya Permana mengatakan bahwa model bisnis yang dilakukan oleh Du’Anyam merupakan hal yang perlu diapresiasi dan juga dicontoh oleh berbagai pihak. Pasalnya, penggunaan sumber daya alam lokal unggulan dapat menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi dan juga pendapatan masyarakat setempat.
“Kita mendorong produk yang mungkin selama ini tidak terbayangkan. Jadi produk seperti ini yang kita harapkan untuk ekspor. Maka kami sangat support. Dukungan dari berbagai pihak juga terlihat sangat baik untuk mendorong produk dari NTT yang memang punya bahan baku melimpah. Jadi kami mendorong penggunaan sumber daya lokal unggulan yang bisa bernilai tambah yang ujungnya meningkatkan pendapatan daerah. Jadi kami harapkan model bisnis seperti ini bisa direplikasi oleh semua pihak,” ujar Temmy.
Head of Group Strategic Marketing & Communications Bank DBS Indonesia, Mona Monika, mengatakan bahwa sejak menerima dukungan hibah dari DBS Foundation pada 2017, Du’Anyam telah mampu memanfaatkan potensi besar mereka untuk memberikan dampak sosial yang positif melalui pemberdayaan perempuan, khususnya di wilayah NTT.
“Dengan dukungan DBS Foundation, Du’Anyam mampu mewujudkan spark-nya memberikan dampak sosial secara positif, memberdayakan perempuan, meningkatkan taraf hidup perekonomian, dan mendorong keberlanjutan melalui praktik usaha yang bertanggung jawab,” kata Mona.
STEVY WIDIA
Discussion about this post