Solusi IoT Menghubungkan Seluruh Rantai Operasional Perusahaan

Solusi IoT

Solusi IoT Menghubungkan Seluruh Rantai Operasional Perusahaan (Foto: Istimewa)

youngster.id - Saat ini, industri masih menghadapi berbagai tantangan. Operasional yang terfragmentasi, lonjakan permintaan energi yang memicu peningkatan emisi karbon, serta tekanan dari investor dan konsumen untuk berpraktik lebih berkelanjutan menjadi realitas yang tak terelakkan.

Ada tiga megatrend yang mendorong perubahan global: perubahan iklim, digitalisasi & AI, serta transisi energi. Hasil Sustainability Survey 2024 yang dilakukan Schneider Electric menunjukkan 52% perusahaan di Indonesia menilai perubahan iklim sebagai risiko signifikan, sementara 47% melaporkan gangguan rantai pasok yang terkait dengan iklim dalam 12 bulan terakhir.

Di sisi lain, laju digitalisasi dan adopsi kecerdasan buatan (AI) diproyeksikan meningkatkan konsumsi energi hingga 4,2 kali lipat pada periode 2023–2028, bahkan satu permintaan ChatGPT saja mengkonsumsi energi 10 kali lebih besar dibandingkan pencarian Google sederhana.

Tonny Hendro Kusumo, Business Vice President Industry & Process Automation, Schneider Electric Indonesia mengatakan, kendati begitu, peluang tetap terbuka karena hingga 70% emisi CO2 dapat dihilangkan dengan teknologi yang sudah tersedia saat ini, apabila diintegrasikan dalam strategi dekarbonisasi yang tepat.

“Data ini menunjukkan urgensi bagi industri untuk berubah. Tantangan yang kita hadapi adalah nyata, namun peluangnya juga besar. Dengan digitalisasi, otomasi, dan elektrifikasi, kita dapat menjembatani kesenjangan menuju operasional yang lebih efisien, tangguh, dan berkelanjutan,” ujar Tonny, dikutip Jum’at (19/9/2025).

Untuk menjawab tantangan tersebut, Schneider Electric menghadirkan solusi EcoStruxure, sebuah platform terbuka berbasis Internet of Things (IoT), yang menghubungkan seluruh rantai operasional—dari lantai produksi hingga cloud. Melalui solusi ini, Schneider Electric telah membantu pelanggan global mencapai tujuan keberlanjutan dengan mengoptimalkan penggunaan energi dan mengurangi emisi. Hingga saat ini, lebih dari 734 juta ton emisi CO2 berhasil dihindari, dengan target mencapai 800 juta ton pada 2025.

Solusi ini juga telah terbukti di kedua smart factory Schneider Electric di Indonesia yang berada di Cikarang dan Batam.  Transformasi digital kedua pabrik ini dimulai sejak 2017 sebagai bagian dari inisiatif global Schneider Electric untuk mendigitalkan fasilitas manufaktur. Pabrik Schneider Electric di Batam bahkan menjadi salah satu showcase global Schneider Electric dengan pengakuan sebagai Global Lighthouse oleh World Economic Forum.

Di smart factory Batam, penerapan EcoStruxure, diklaim berhasil meningkatkan produktivitas hingga 35%, mengurangi konsumsi energi sebesar 37%, serta menekan emisi karbon sebesar 1.002 ton. Pabrik ini juga mencatat pengurangan material terbuang hingga 54%, penurunan emisi CO2 pada rantai pasok utama hingga 42%, serta mengurangi emisi CO2 hingga 1.002 ton. Sementara di smart factory Cikarang, Schneider Electric memadukan EcoStruxure dengan instalasi panel surya untuk memperkuat keberlanjutan. Hasilnya, pabrik ini mampu menghasilkan energi terbarukan sebesar 200 kWp setiap tahun, mengurangi emisi karbon sebesar 181 ton per tahun, serta menghemat energi hingga 6.935 kWh

Menurut Tony, masa depan manufaktur akan bergerak menuju paradigma otomasi berbasis software-defined. Pendekatan ini mendorong integrasi yang lebih terbuka dan fleksibel melalui Universal Automation, sehingga industri tidak lagi terikat pada sistem yang terkunci pada satu vendor. Dengan mengacu pada standar IEC 61499, Universal Automation kini telah diadopsi oleh puluhan pelanggan lintas industri.

“Melalui EcoStruxure Automation Expert, Schneider Electric membantu menyederhanakan integrasi, mempercepat skalabilitas, sekaligus memberdayakan generasi berikutnya untuk berinovasi dengan lebih adaptif,” tutup Tony. (*AMBS)

 

Exit mobile version