Startup Climatetech Arysun Memperoleh Pendanaan Pre-Seed Sebesar US$575.000

Startup Climatetech Arysun

Startup Climatetech Arysun Memperoleh Pendanaan Pre-Seed Sebesar US$575.000 (Foto: Istimewa/youngster.id)

youngster.id - Startup teknologi iklim (climatetech) yang berfokus pada demokratisasi penerapan energi surya, Arysun mengumumkan telah meraih pendanaan pre-seed sebesar US$575.000 atau sekitar Rp9,51 miliar, yang dipimpin oleh Wavemaker Impact, dengan partisipasi dari First Move Fund.

Ng Aik-Phong, Founder dan CEO Arysun mengatakan, pendanaan ini akan mempercepat upaya Arysun untuk menyediakan solusi tenaga surya yang terjangkau dan mudah digunakan bagi rumah tangga berpenghasilan menengah di seluruh Asia Tenggara.

Menurutnya, pendanaan Pre-Seed ini akan memungkinkan Arysun untuk memperluas tim perintisnya, mempercepat pemasangan sistem tenaga surya di Indonesia yang saat ini merupakan pasar utama Arysun, serta membangun kemitraan dengan lembaga pembiayaan, tim pemasang solar, dan pemasok lokal. Dalam jangka menengah, Arysun juga akan mengembangkan dan menguji coba platform digital untuk mendorong adopsi tenagal surya.

“Dengan pendanaan ini, kami berupaya membangun solusi yang terjangkau, cerdas, dan scalable untuk menghadirkan energi bersih bagi jutaan penduduk Asia Tenggara—dengan pendekatan yang masuk akal secara finansial bagi keluarga berpenghasilan menengah, sekaligus membantu kami mencapai target jangka panjang untuk mengurangi emisi karbon hingga 100 juta ton setiap tahunnya,” kata Aik-Phong, Selasa (6/5/2025).

Didukung oleh kelas menengah yang berkembang pesat, Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia—baik dari segi ekonomi maupun demografi—dan diproyeksikan menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia. Di Indonesia sendiri, jumlah rumah tangga kelas menengah diperkirakan akan tumbuh dari 32 juta menjadi 54 juta pada tahun 2035.

Pergeseran demografi ini mendorong lonjakan kebutuhan energi, dengan permintaan listrik rumah tangga di seluruh kawasan Asia Tenggara diproyeksikan akan berlipat ganda dari level tahun 2017 pada tahun 2040. Menurut 8th ASEAN Energy Outlook, porsi kapasitas terpasang tenaga surya di ASEAN akan meningkat dari 7,7% (25 GW) pada tahun 2022 menjadi sekitar 27% (200 GW) pada tahun 2040—atau meningkat delapan kali lipat.

Dengan biaya energi yang semakin mahal, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim, serta semakin terjangkaunya harga perangkat tenaga surya, Arysun melihat peluang besar untuk mendorong transisi menuju energi terbarukan. Arysun bertujuan untuk mengatasi kesenjangan akses energi terbarukan bagi pemilik rumah kelas menengah, dengan menyediakan rangkaian solusi tenaga surya yang terjangkau.

Berangkat dari latar belakang ini, Arysun berkomitmen untuk merancang model penerapan teknologi yang bersifat hyper-lokal, yang membuat adopsi tenaga surya lebih mudah, lebih terjangkau, dan lebih berdampak bagi rumah tangga kelas menengah. Dengan menjawab kebutuhan sehari-hari dan menghadirkan manfaat yang berarti bagi setiap keluarga, Arysun bertujuan untuk mempercepat transisi Asia Tenggara menuju masa depan energi yang lebih bersih dan cerdas.

“Kami percaya bahwa tenaga surya harus dapat diakses oleh semua orang — dan kuncinya adalah menyesuaikan solusi yang tepat bagi target pelanggan kami agar harganya tetap terjangkau. Setiap elektron hijau yang dihasilkan tidak boleh terbuang sia-sia. Segala sesuatu dengan spesifikasi yang berlebihan justru akan menghambat adopsi oleh masyarakat luas,” tambah pria yang akrab disapa AP.

Para pengguna awal solar starter-kit (paket standar tenaga surya) Arysun di Indonesia telah melaporkan penghematan tagihan listrik lebih dari 50%, yang menandai titik balik penting dimana menurunnya harga teknologi surya yang semakin cepat tidak hanya masuk akal secara finansial, tetapi juga membangkitkan antusiasme dari segmen target pelanggan Arysun.

Di Indonesia, tarif listrik saat ini rata-rata sekitar Rp 1.600 per kWh (sekitar USD 0,11), dan biaya energi rumah tangga untuk pelanggan non-subsidi telah meningkat sekitar 5% sejak pertengahan 2022. Untuk rumah tangga berpenghasilan menengah, biaya listrik dapat mencapai 10% dari pendapatan bulanan, sehingga menjadi beban yang terus bertambah seiring dengan kemungkinan kenaikan tarif listrik di masa depan.

Guillem Segarra, Principal di Wavemaker Impact mengatakan, seiring dengan semakin terjangkaunya harga panel surya, rooftop solar kini dengan cepat menjadi salah satu aset dengan nilai pengembalian tertinggi bagi keluarga kelas menengah di Asia Tenggara, dan berpotensi meningkatkan penghematan bulanan sebesar 15%-20%.

“Dengan meningkatnya permintaan akan alternatif energi yang lebih murah, Rangkaian produk surya Arysun yang dirancang sesuai kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau dapat menyediakan alternatif energy yang lebih murah bagi segmen pelanggan yang besar namun kurang terlayani ini. Kami sangat antusias mendukung AP dalam misinya untuk menciptakan perusahaan konsumen yang menyediakan produk terbarukan dan hemat energi yang dirancang untuk masyarakat umum,” kata Segarra. (*AMBS)

 

Exit mobile version