youngster.id - Berbagai data memperkirakan bahwa sekitar dua juta ton sampah plastik atau 17% mencemari laut pada 2017-2019. Sampah-sampah ini berasal dari Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Namun, tidak hanya mencemari laut, sampah plastik yang dibakar atau dibuang sembarangan juga memberikan ancaman bagi lingkungan dan biodiversitas.
The Incubation Network meluncurkan program akselerator yang bertajuk Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge. Program ini untuk mendorong solusi inovatif yang fokus pada kegiatan daur ulang dan upcycling sampah plastik. Ada lima inovator yang terpilih, dua diantaranya dari Indonesia yaitu Bank Sampah Bersinar dan Kibumi akan berpartisipasi.
Direktur The Incubation Network Simon Baldwin mengatakan, program ini akan mendukung berbagai inovator yang memiliki misi meningkatkan efektivitas pengumpulan dan daur ulang sampah plastik melalui peningkatan taraf hidup, transparansi, kapasitas, dan peran dari sektor informal
“Di The Incubation Network, kami berkomitmen untuk mendukung usaha lokal yang membuat solusi-solusi untuk mencegah kebocoran sampah plastik,” kata Simon dalam keterangan pers, Selasa (16/8/2022).
Menurut dia, program yang dilakukan bersama Global Plastic Action Partnership, UpLink dari World Economic Forum, dan Alliance to End Plastic Waste telah menerima lebih dari 100 pendaftaran melalui platform UpLink. Dari seluruh pendaftar tersebut, 48 kandidat telah disaring kembali oleh periset akademis, praktisi keberlanjutan, inovator, serta ahli iklim dan ekonomi sirkuler.
“Kelima inovator yang terpilih akan menerima kesempatan untuk mengembangkan kemitraan, mendapatkan mentorship, meningkatkan profil, memperluas akses ke jaringan, dan mendapatkan hibah untuk mengembangkan solusi mereka,” kata Simon lagi.
Dari Indonesia terpilih Bank Sampah Bersinar, perusahaan sosial yang memberikan solusi pengelolaan sampah berbasis komunitas. Lalu Kibumi perusahaan rintisan yang memperkuat rantai pasok daur ulang plastik melalui digitalisasi dan modernisasi tempat pengumpulan sampah.
Selain itu juga dari Vietnam ada Plastic People yang mendaur ulang (upcycle) sampah plastik menjadi produk seperti furnitur dan aksesoris. Dari Filipina ada Envirotech yang mengumpulkan sampah plastik sekali pakai dan mengubahnya menjadi produk yang berguna seperti furnitur untuk digunakan di sekolah-sekolah di Filipina. Dari Thailand ada TerraCycle Global Foundation memberikan solusi yang mudah, inovatif, dan berdampak luas untuk mencegah, menarik, dan mendaur ulang sampah dari lingkungan.
Vice President Projects, Alliance to End Plastic Waste Nicholas Kolesch mengatakan, salah satu alasan diadakannya tantangan ini karena solusi-solusi berkelanjutan untuk menghadapi tantangan global polusi plastik semakin dibutuhkan.
“Seiring dengan peningkatan permintaan untuk plastik daur ulang, tantangan Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge akan mendukung berbagai inovator di region ini untuk memenuhi permintaan tersebut, mengurangi sampah plastik di lingkungan, dan memutar roda ekonomi sirkuler,” ucapnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post