Startup Suryanesia Kantongi Pendanaan Eksternal Perdana Senilai Rp31 Miliar

Suryanesia

Tim Suryanesia. (Foto: istimewa)

youngster.id - Startup penyedia solusi energi terbarukan Suryanesia mengantongi pendanaan awal sebesar US$2 juta atau sekitar Rp31 miliar. Suntikan pendanaan ini dipimpin Intudo Ventures diikuti sejumlah angel investor, termasuk eksekutif di perusahaan consulting, private equity, dan sovereign wealth funds.

Putaran awal ini merupakan pendanaan eksternal pertama Suryanesia sejak berdiri Agustus 2021. Startup ini menawarkan akses terhadap energi terbarukan untuk sektor komersial dan industrial.

CEO dan Founder Suryanesia Rheza Adhihusada mengatakan, Indonesia berperan sebagai medan perang dalam melawan perubahan iklim.

“Misi kami adalah memberdayakan konsumer, pelaku bisnis, dan pemerintah untuk memanfaatkan teknologi dan solusi baru untuk mengatasi perubahan iklim dan mempercepat transisi ke energi terbarukan,” ujarnya dalam keterangan pers, Jumat (23/12/2022).

Menurut Rheza, pendanaan ini akan digunakan untuk menambah SDM sehingga dapat mempercepat pemasaran dan pengerjaan proyek. Suryanesia juga berencana ekspansi jangka panjang untuk menawarkan solusinya ke segmen residensial dan produksi tenaga independen (battery storage, wind power) agar dapat mengakomodasi kebutuhan energi terbarukan (renewable energy) di Indonesia.

“Kami berupaya memberikan pengalaman seamless dan end-to-end, mencakup pemahaman klien dan regulatory management agar klien dapat menikmati penghematan energi. Adapun, pihaknya melakukan analisis struktural yang ketat dengan memberikan rekomendasi kuat untuk memastikan bangunan milik klien aman terhadap instalasi panel surya,” ungkapnya.

Pengembangan Suryanesia dipimpin oleh tim berpengalaman yang antusias terhadap perubahan iklim. Diawali Rheza yang sebelumnya konsultan di Bain & Company, diikuti oleh Nikesh Shamdasani sebagai Head of Engineering dengan keahlian mendalam dan telah berpengalaman memasang sistem tenaga surya 17 MWp di Indonesia. Terakhir, Grant Adsit bergabung menjadi Head of Business Development, sebelumnya berkarier sebagai eksekutif marketing di Colliers.

Sebagai penyedia Solar-as-a-Service, Suryanesia memfasilitasi pembiayaan, pemasangan, pengoperasian, dan pengelolaan sistem tenaga solar pada area rooftop milik klien. Melalui solusinya, energi bersih yang dihasilkan dapat membantu pemilik bangunan menghemat biaya listrik dan mengurangi jejak karbon tanpa dikenakan biaya di depan (upfront).

Pihaknya menyasar segmen bangunan komersial, seperti mal, serta manufaktur di sektor FMCG, tekstil, farmasi, furnitur, hingga plastik dengan target penghematan berkisar $20.000-$50.000 per tahun. Solusi ini juga dapat dimanfaatkan perusahaan multinasional atau publik yang ingin mendorong keberlanjutan dengan pengurangan karbon.

Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip mengatakan, selama satu dekade ke depan  Indonesia diyakini dapat mendorong dekarbonisasi.

“Solusi Suryanesia dapat membantu pemangku kepentingan di sektor komersial dan industrial untuk mengarungi jejak karbon sambil meningkatkan profitabilitas mereka. Kami menantikan upaya mereka menciptakan masa depan lebih hijau untuk Indonesia,” katanya.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah telah menetapkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025. Meski jejak startup energi belum panjang di Indonesia, hal ini justru memunculkan peluang bagi pemangku kepentingan untuk mengembangkan solusi menekan emisi karbon.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version