Startup Teknologi Karbon Fairatmos Dapat Pendanaan Awal

Fairatmos

Tim Fairatmos terpilih di program Spark 02. (Foto: istimewa)

youngster.id - Fairatmos, startup teknologi karbon lokal, mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal sebesar $4,5 juta atau lebih dari Rp69 miliar. Dana segar bakal digunakan untuk memperkuat platform dengan menyediakan inovasi digital baru di pasar karbon.

CEO dan Founder Fairatmos Natalia Rialucky mengatakan, mereka berambisi  mendemokratisasi akses ke pasar karbon melalui platform yang mendukung pengembangan proyek penyerapan karbon bagi komunitas, korporasi, dan pihak lain.

“Salah satu cara bagi perusahaan untuk memenuhi targetnya adalah dengan mengimbangi emisi mereka melalui kredit karbon,” kata Natalia dalam keterangan resmi, Senin (5/12/2022).

Selain itu, Fairatmos akan membantu pengembang proyek dalam aspek pendanaan bersama entitas komersial dan individu, menjangkau lebih banyak komunitas dan pengembang proyek, serta memperluas tim di berbagai fungsi, termasuk pakar analitik penginderaan jauh, produk, dan engineer.

Pendanaan ini dipimpin Go-Ventures dan Kreasi Terbarukan TBS, lengan investasi dari perusahaan energi lokal Toba Bara Sejahtera. Vertex Ventures SEA and India dan angel investor terkemuka turut serta dalam putaran tersebut.

Natalia melanjutkan, mengembangkan proyek penyerapan karbon yang berkualitas tinggi dan terukur bukanlah tugas yang mudah. Terlepas dari potensi yang melimpah bagi Indonesia untuk menjadi penyerap karbon dunia, secara historis hanya ada sedikit proyek di Indonesia, karena ada banyak hambatan teknis dan biaya di muka yang mempersulit masyarakat dan organisasi untuk berpartisipasi.

Fairatmos bertujuan untuk mendemokratisasi akses ke pasar karbon. Misi perusahaan adalah meningkatkan mata pencaharian masyarakat petani kecil melalui pendapatan tambahan dari keterlibatan dalam proyek karbon dan mengurangi degradasi ekosistem di sekitarnya. Fairatmos sedang membangun solusi inovatif yang membantu masyarakat, pemilik aset, dan pengembang proyek untuk merancang dan memverifikasi proyek karbon, selain itu memberikan panduan teknis dan studi pra-kelayakan digital gratis.

Produk pertamanya adalah Digital Pre-Feasibility Study (Pre-FS) untuk penyerapan karbon melalui konservasi mangrove. Platform tersebut membantu proses verifkasi karbon dengan ringkas yang mencakup identifikasi, standardisasi, dan pemilihan metodologi, hingga pengecekan kelayakan proyek berdasarkan metodologis.

Menurut Natalia, dengan proses biasa dapat memakan waktu 60 hari sehingga memerlukan biaya yang tinggi. Sementara dengan platform Pre-FS ini dapat dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari secara gratis.

Platform Pre-FS dibangun dengan teknologi Remote Sensing dan Machine Learning yang diklaim dapat memprediksi potensi proyek penyerapan karbon secara tepat. Dalam pengembangan, Fairatmos selalu merujuk pada basis data yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti National Forest Reference Emission Level for Forest Deforestation and Forest Degradation yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Beberapa proyek Digital Pre-FS yang sedang dijalankan oleh Fairatmos termasuk di antaranya program restorasi bakau di Muara Badak Ulu, pedesaan Handil Terusan di Kalimantan Timur, dan program restorasi bakau di Cilacap, Desa Ujungalang di Jawa Barat.

Dalam waktu kurang dari satu tahun beroperasi, Fairatmos telah mendapatkan daya tarik yang kuat dan bekerja dengan lebih dari 40 pengembang proyek di beberapa proyek penyerapan karbon di hutan bakau, hutan dan pertanian.

“Dengan tutupan hutan lebih dari 126 juta hektar, Indonesia secara global dikenal sebagai ‘paru-paru dunia’. Potensi pasar karbon di Indonesia sangat besar, dengan nilai $565 miliar nilai ekonomi karbon,” kata Aditya Kamath Partner Go-Ventures.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version