youngster.id - Tren hidup berkelanjutan kinisedang berkembang pesat di dunia, termasuk di Indonesia. Salah satu implikasi trennya adalah melalui cara konsumsi berpakaian, mulai dari kesadaran untuk beralih ke material ramah lingkungan, tren thrifting, upcycle, hingga reuse yang juga disambut dengan meningkatnya antusiasme brand-brand mode meluncurkan tren sustainable fashion.
Salah satunya adalah SukkhaCitta yang menggunakan mode untuk menciptakan perubahan signifikan di desa-desa yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Sejak SukkhaCitta didirikan, kami ingin menunjukkan bahwa praktik pada industri fesyen yang berbeda itu sangat memungkinkan, perubahan yang menciptakan peluang bagi perempuan pengrajin dan petani di tempat mereka berada serta merawat bumi di saat yang bersamaan,” kata Denica Riadini-Flesch CEO dan Founder SukkhaCitta dalam keterangannya, Rabu (2/11/2022).
Startup sociopreneur ini mendapatkan sertifikasi B Corp dari organisasi nirlaba B Lab pada tahun 2022. Sertifikasi B Corp hanya diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang memiliki standar tertinggi dan kekuatan untuk mendorong perubahan positif dalam bidang sosial dan lingkungan dengan menerapkan transparansi publik, akuntabilitas hukum, serta memiliki tanggung jawab dalam menyeimbangkan tujuan sosial dan laba.
Dalam peraihan sertifikasi B Corp, SukkhaCitta mencatat skor yang cukup signifikan yaitu 95.3, dari skor pada umumnya senilai 50.9. Selain itu, SukkhaCitta juga turut mendapatkan penghargaan B Corp Best For The World kategori komunitas dengan skor 5% teratas dari kategori komunitas.
Sejak didirikan pada tahun 2016, SukkhaCitta secara konsisten mengutamakan praktik kerja yang sehat bagi para pengrajin dan petani, untuk mendapatkan upah yang layak serta merawat bumi melalui regenerative farming. Dimulai dari 3 Ibu-Ibu di desa, kini lebih dari 1,500 kehidupan juga turut merasakan dampaknya.
Mengusung konsep Farm-to-Closet, SukkhaCitta berguru kepada para Ibu-Ibu di desa untuk menciptakan pakaian menggunakan material dan proses alami,salah satunya dengan menggunakan pewarna alami yang berasal dari tanaman dan limbah pertanian.
Selain itu, SukkhaCitta juga menanam kapas sendiri dengan menggunakan metode tumpang sari, sebuah metode dengan kearifan lokal yang alami agar terhindar dari hama tanpa menggunakan pestisida. Kapas yang menghasilkan kain, kemudian dijadikan pakaian untuk dikenakan dan 100% dapat ditelusuri asalnya. Dari hasil penjualan SukkhaCitta, 56% dikembalikan langsung ke para pengrajin dan petani di desa-desa. Untuk belajar lebih lanjut tentang bagaimana dampak yang diberikan SukkhaCitta kepada para perempuan dan keluarga mereka serta lingkungan.
Adapun public figure Marsha Timothy juga turut mengapresiasi upaya SukkhaCitta sebagai brand fesyen pertama yang mendapatkan sertifikasi B-Corp di Indonesia. “Saya senantiasa mendukung SukkhaCitta karena saya percaya tiap produk SukkhaCitta memiliki nilai tambah dan manfaat kepada manusia dan alam. Jadi bukan cuma sekedar fesyen, dan saya ingin menjadi bagian dari itu,”ucap Marsha.
STEVY WIDIA
Discussion about this post