youngster.id - Kemajuan teknologi telah melahirkan model pendekatan pembangunan yang disebut Kota Pintar (Smart City). Kota-kota di dunia telah menerapkan konsep tersebut. Bagaimana dengan Indonesia ?
Beberapa kota di dunia seperit Barcelona (Spanyol), New York (AS), London (Inggris), Nice (Prancis) dan Singapura adalah kota yangs udah menerapkan konsep Kota Pintar. Bagaimana dengan Indonesia?
Di atas kertas, kota-kota di Indonesia jelas memiliki kesempatan yang sama untuk menerapkan konsep kota pintar. Namun tantangan Indonesia menjadikan kotanya lebih pintar dan efesien masih banyak.
Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, saat menjadi pembicara kunci dalam seminar Smart City : Big Bussines Big oportunity, , Jumat (19/5/2017) di Hotel Mulia, Kawasan Senayan, Jakarta.
Darmin membeberkan berbagai tantangan Indonesia mengembangkan konsep kota pintar atau smart city di berbagai daerah. Konsep tersebut, tidak hanya diperuntukkan bagi kota-kota besar, melainkan juga kota kecil agar menciptakan pemerataan.
“Menurut data BPS saja lebih sedikit 50% penduduk ada di kota. Dan diperkirakan pada 2035 penduduk di kota akan mencapai 67% jumlahnya dari total penduduk yang makin bertambah. World bank malah memprediksi lebih cepat lagi perpindahan penduduk? di Indonesia,” ungkapnya.
Tingginya penduduk di kota menurut Darmin juga bisa berpotensi positif dan negatif, tergantung dari pengelolaan pemerintah daerahnya.
“Ini bukan hanya soal urbanisasi tapi ini soal suatu daerah makin berkembang, dulu kota kecil sekarang jadi kota besar, harus dipersiapkan dengan baik,” kata dia menambahkan.
Smart city menurut Darmin adalah konsep tata kota yang terintegrasi dan berkelanjutan agar menjadi layak huni, meningkatkan produktivitas dan mempercepat pembangunan ekonomi.
“Tentu tidak mesti sama, satu kota dengan yang lain. Bisa berbeda. Nanti akan ada modelnya,” ujar
Kementerian atau lembaga terkait, kata Darmin, pun saat ini tengah menyusun dan melaksanakan program menuju pembangunan smart city sesuai dengan sektor masing-masing. Misalnya saja, Kementerian Perhubungan yang saat ini menerapkan Intelligent Transport System untuk menciptakan sistem pengaturan transportasi yang efisien.
Bahkan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pun telah menerapkan program kota cerdas berkelanjutan, yang menggunakan teknologi untuk memaksimalkan sumber daya kota. Dengan begitu, diharapkan pengembangan smart city bisa direalisasikan.
Meskipun demikian, eksekusi tetap berada di tangan pemerintah daerah. Darmin menilai, para pemimpin daerah pun harus memiliki komitmen kuat mengembangkan konsep smart city untuk meningkatkan kelayakan hidup masyarakat dan kenyamanan kota.
“Jangan lupa, kami tidak merencanakan. Karena, penguasa kota itu, pemerintah daerah dan penduduknya. Pemerintah hanya berbuat hal yang sifatnya nasional,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Rudiantara juga mengungkapkan bahwa perencanaan Smart city di seluruh Indonesia sebenarnya sudah terdapat rancangannya secara detail di Kementerian PPN/Bappenas. “Konsep sudah ada, tinggal actionnya saja secara disiplin apa kita bisa melakukannya,” ujarnya.
Sementara Budi Karya mengatakan, 6 hal dalam Smart city diantara lain Smart living, Smart government, Smart infrastructur, Smart mobility, Smart environment, dan Smart economy. “Jadi tergantung dari Pemda nya, apakah fokus membangun kota atau tenggelam dalam politik praktis,” tambah Menhub.
Sejauh ini, DKI Jakarta, Bandung, dan Surabaya dianggap sebagai salah satu kota yang mulai mengembangkan konsep smart city.
STEVY WIDIA
Discussion about this post